18

116 31 3
                                    

Happy Reading
Makasih yang udah baca dan vote
Lopek banyak-banyak 🫶🏼


Acara potong rambut hari ini gagal. Bukan karena ada masalah dari penyakitku atau masalah lainnya. Aku hanya tidak bangun seharian. Baru bangun saat hari sudah malam lagi. Mana ada salon dekat sini yang buka malam-malam.

Di malam hari ini aku cukup senang. Ada mama Theo. Beliau datang menemani kami sekalian merajut bannie untuk kami berdua. Beliau juga banyak bercerita. Bercerita saat jaman-jaman SMA seperti kami dulu.

"Saking berandalnya teman Tante, dia diikat di pohon pas upacara supaya gak kabur."

"Diikat di pohon? Kok bisa?"

"Ya kan berandal. Mana mau dia diatur. Ya udah daripada ngilang, guru-guru pada ngikat dia di pohon."

Aku geleng-geleng kepala. Jaman dulu memang banyak menyimpan cerita diluar nalar. Aku yang mendengarnya sampai tidak habis pikir.

"Tante kok masih mau temenan dengan dia padahal berandal?"

Mama Theo berhenti sebentar merajut. Dahinya mengernyit, sedang berpikir. "Soalnya seru. Tante kayak ngerasa punya dunia baru waktu temenan sama dia. Untungnya Tante gak ngikut jadi berandal. Cuma teman biasa gitu aja."

"Iman Mama kuat dong. Kalau Papa sih udah pasti ngikut."

"Papamu gak mungkin ngikut. Soalnya papamu yang jadi berandalnya."

Kami bertiga tertawa renyah. Beginilah yang terjadi kalau ibu dan anak ini sedang bercerita, pasti terselip hujatan untuk kepala keluarga. Untungnya yang dibicarakan tidak ada.

"Ini bannie Mama buat untuk kalian. Besok katanya mau potong rambut 'kan? Nanti habis potong rambut langsung dipakai ya?" ungkap Mama Theo. Aku mengangguk semangat.

"Harusnya hari ini potong rambutnya Tante. Tapi Tara ketiduran."

"Besok mau Tante bangunin? Sekalian Tante antar. Gimana? Mumpung lagi free."

Aku tersenyum lebar. Lantas mengangguk. Mama Theo terkekeh pelan, kemudian mengusap pipiku.

Posisi sekarang aku dan Theo berbaring di ranjang masing-masing. Mama Theo duduk diantara ranjang kami sambil merajut. Televisi juga hidup supaya suasana ruangan tidak sepi-sepi amat.

Mataku mulai memberat. Beberapa kali juga aku menguap lebar. Aku mau tidur lagi. Sebelum itu kulirik Theo. Cowok itu malah sudah tertidur menghadapku. Baiklah, aku juga mau tidur.

"Tante, Tara tidur dulu ya?" ijinku pada Mama Theo.

Mama Theo mengelus kepalaku pelan. Beliau juga mengecup dahiku cukup lama. "Selamat tidur Sayang, mimpi indah."


—IMPERFECT—


Segar sekali udah siang ini. Aku memejamkan mata. Merasakan angin menerpa seluruh badanku. Napas dalam kuambil, lalu ku hembuskan pelan-pelan. Rileks sejenak.

Rasanya seperti tidak keluar ruangan selama setahun. Padahal baru beberapa hari aku tidak keluar melihat dunia liar. Posisiku sekarang ada di lobi. Menunggu Mama Theo yang sedang mengambil mobil di parkiran.

(end) imperfect - Taerae Where stories live. Discover now