16

124 28 2
                                    

Happy Reading


Tara's side

"Kok lucu sih? Gue kira bakal alay karena jaman SMP," ucap Gavin.

"Lucu apaan dah?"

"Kata gue sih kocak. Sampai minta saran ke dokter. Itu urat malu lo udah putus apa gimana?"

Theo, Julian, Gavin dan Gilang tertawa renyah. Aku hanya mengulum senyum karena tiba-tiba diserang rasa malu. Malu saja rasanya.

"Pertanyaan bonus. Suratnya masih lo simpen?" tanya Gilang.

"Masih lah, tapi gue lupa nyimpen di mana. Kalau gak di lemari pasti di laci meja."

Julian, Gavin dan Gilang bersorak heboh. Menggoyang-goyang kan bahu Theo brutal. Melihat Theo nampak tidak nyaman, aku menepuk tangan ketiganya dengan keras. Langsung saja ketiganya mengaduh dan mengusap tangan masing-masing.

"Galak banget Ra. Kenapa dah? Cowok lu juga gak bakal kita embat," sahut Julian. Aku menatapnya tajam. Dia tidak sadar apa kesalahannya?

"Jangan brutal bercandanya. Kalau Theo kesakitan gimana?" ucapku kesal.

Ketiganya langsung menunduk dan meminta maaf. Tapi aku tahu mereka bercanda. Mana ada minta maaf tapi nadanya seperti prajurit yang salam hormat kepada raja mereka? Terserah. Yang penting mereka tidak begitu lagi.

Kegiatan selanjutnya adalah melihat foto-foto di album lagi. Banyak sekali foto di album tersebut. Maklum saja karena sudah hampir 7 tahun. Album itu ada semenjak aku dan Theo bertemu. Dan isi album tersebut pasti akan bertambah entah sampai kapan.

Theo dengan semangat 45 menjelaskan satu persatu foto tersebut. Menceritakan kenangan yang tersimpan di dalamnya. Bibirnya tak henti bergerak. Senyumnya tak pernah lelah. Dan lesung pipinya yang tidak pernah malu menampakkan diri.

Aku bahagia sekali melihatnya. Theo begitu senang. Setiap Julian, Gavin atau Gilang bertanya tentang salah satu foto, Theo akan dengan semangat menceritakan kisahnya. Bagaimana kejadiannya bisa sampai foto itu diambil.

Theo ingat semua kenangan itu.

Aku terharu. Air mataku sampai menumpuk di pelupuk mata. Sebegitu berbekasnya kah setiap kejadian yang kami lalui sampai Theo masih ingat dengan jelas setiap detail kenangan itu?

Aku saja hampir lupa 80% semua kenangan itu. Efek dari penyakit yang ku derita. Apalagi kondisiku semakin memburuk.

Aku tidak punya harapan untuk hidup lagi sebenarnya. Apalagi yang aku harapkan? Kanker otak stadium 4, aku sering mengantuk, kelupaan apa lagi, semakin hari semakin banyak anggota tubuhku yang lumpuh. Yang bisa aku syukuri sekarang hanya masih bisa bangun dan bernapas.

Dan satu lagi. Theo. Melihatnya masih dapat beraktivitas dengan normal, tersenyum, tertawa, bercerita banyak hal dan bernyanyi membuatku lupa kalau aku punya kanker. Dialah penguatku. Tiang dan pondasi yang kokoh.

Harapanku hanya satu. Aku harap penyakit Theo tidak memburuk dengan cepat.

Dan permintaanku juga hanya satu. Aku mau pergi lebih dulu dari Theo.

-IMPERFECT-

Sekolah.

Aku tidak menyangka masih bisa sekolah lagi dengan keadaan yang sudah buruk ini. Mama mengizinkan. Entah kesambet apa. Papa juga tidak mempermasalahkan.

Aku sebenarnya malas sekolah. Lebih baik tidur saja di rumah. Tapi aku dapat chat dari Theo kalau dia juga diperbolehkan untuk pergi ke sekolah dan akan menjemputku nanti.

(end) imperfect - Taerae Место, где живут истории. Откройте их для себя