e03 (bertemu dengan pemilik)

440 263 409
                                    

Nama mereka Viona dan Zirga? Dan mereka menganggapku sebagai Zeya? Aku sangat bingung, kepalaku sakit dan aku tidak bisa mengerti semua ini. Aku melihat kearah Zehan, dia masih menatapku, kulihat dia menahan air mata yang hampir menetes dari matanya.

Zehan sedikit menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya. "Kalau begitu saya permisi," Zehan langsung pergi meninggalkanku. Bahu kekarnya perlahan menjauh bersama langkah besarnya.

Marah, aku tidak bisa lagi menerima kebohongan ini. "Apa yang sebenarnya kalian bicarakan? Aku tidak mengenal kalian, ini bahkan bukan april mop." Kataku dengan wajah linglung.

"Tolong cukup sampai disini, aku bukan Zeya." Kataku pelan namun Tegas.

Aku melangkahkan kakiku menjauh dari mereka, mencoba mengejar Zehan yang sudah berlari jauh dariku. Bu Viona mengikutiku dari belakang karena khawatir kepadaku, tapi aku aku tidak memperdulikannya. Aku berjalan cepat tanpa melihat sekitarku, aku tidak menyadari kalau terlalu banyak orang disini.

Kakiku terus melangkah cepat, semakin cepat aku melangkah, semakin ramai orang disana. Jantungku berdegup kencang, tiba-tiba saja aku tidak bisa mengontrol nafasku. Dadaku sesak, aku tidak tau apa yang terjadi padaku. Langkahku yang tadinya cepat, terhenti sejenak karena nafasku semakin tidak teratur.

Apa ini gangguan cemas? Aku tidak pernah mengalami ini sebelumnya. Saat aku terduduk lemas dilantai rumah sakit, bu Viona menghampiriku dan memelukku dengan segera. Dia menutup kedua telingaku dengan telapak tangannya yang lembut.

"tarik nafas pelan dan buang perlahan." Katanya berbisik.

Huh... aku mengikuti perkataannya dan kini aku sudah bisa mengatur nafasku. Saat aku sepenuhnya sadar, aku merasakan kehangatan dari tubuh bu Viona, dia seperti ibuku. Tangannya masih berada ditelingaku, dia menatapku dengan penuh kasih sayang.

Uban mulai telihat di rambut hitamnya, kerutan di area mata dan dahi. Kulit tidak seputih susu dan tinggi sekitar 150 centi. Untuk orang yang sudah berumur sepertinya, selera pakaiannya cukup bagus. "Apa karena dia orang kaya?" Batinku. Setelan bewarna biru muda polos, simple tapi terlihat mahal.

"Aku mau ke toilet."

Kataku setelah aku memperhatikannya cukup lama. Bu Viona mengangguk kecil. Aku bergegas pergi ke toilet dan bu Viona menungguku diluar pintu. "Apa-apaan mereka, kenapa semua orang bilang kalau aku Zeya. Jelas-jelas aku Hera. Ini benar-benar gila. Aku mau ketemu Zehan sekarang." Gumamku menggerutu.

Ahh, Shit! Keran air yang rusak membasahi pakaian yang aku pakai. Aku mengibasnya dan meremas pakaiank, saat aku mencoba mengeringkannya dan mengangkat pakaianku sedikit keatas, perutku terlihat. Aku sangat terkejut melihat bayanganku sendiri di cermin. "Dimama lukaku?" Gumamku kaget.

Luka yang membekas jelas diperutku hilang tanpa jejak, aku bingung bukan main. Saat ini entah kenapa aku teringat dengan orang-orang yang terus saja menyebutku Zeya. "Tidak mungkin kan? Ini bahkan bukan drakor ataupun manhwa, hal seperti ini tidak ada di dunia nyata." Kataku menolak kenyataan.

Ditengah rasa takutku, aku memberanikan diri untuk melihat tanda lahir yang ada di tungkuk leherku. Hah! Tanda itu juga tidak ada. Aku terduduk diam tanpa mengatakan apapun, aku sangat terkejut. "Tidak, tidak mungkin, aku pasti salah." Tegas ku meyakinkan diriku.

Aku memberanikan diri untuk bercermin lagi, dan saat aku perhatikan wajahku lebih dekat aku baru sadar, kalau rambutku sekarang bewarna coklat. Aku yakin rambutku bewarna hitam, karena aku tidak pernah sekalipun mengecat rambutku.

Kubanting pintu toilet itu dan menyusul wanita yang menungguku dikuar toilet, "Bisa aku pinjam ponselmu, bu?" Kataku dengan ekspresi panik di wajahku. "Oh tentu, tapi kenapa kau memanggilku ibu? Biasanya kau selalu memanggilku dengan sebutan mama." Tanyanya seraya mengambil ponsel dari sakunya.

Married you twice (menikahimu dua kali)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ