e27 (pria aneh)

21 19 0
                                    

Tanpa pikir panjang, Hesti masuk kedalam mobil dan... plak! Satu tamparan melesat tepat dipipi kanan Hesti setelah dia masuk kedalam mobil itu.

"BAGAIMANA BISA KAU MEMBUNUH SESEORANG?" Nada tinggi menyatu dengan kemarahan, suaranya bergetar menahan gejolak amarah.

Tidak salah lagi, itu adalah suaminya. Hesti marah, dia sangat marah dan malu. Bagaimana dia tidak malu ketika dirinya di tampar didepan asisten dan sopir pribadinya.

Tapi dia bisa apa? Hesti tidak bisa apa – apa didepan suaminya, karena suaminya jelas lebih kejam daripada Hesti. Mulutnya terkunci, dia bahkan tidak berani menatap wajah suaminya.

*

*

(FLASHBACK =OFF=)

"Kirim rekaman itu padaku, sekarang aku semakin yakin kalau Hesti memang dalang dibalik semua ini."

Percakapan terakhir antara Zayan dan Zeya yang asli membuatku pilu, aku bisa merasakan emosi yag mendalam saat rekaman suara itu diputar. Ini adalah perasaan Zeya, aku yakin perasaan sakit, kecewa, takut yang aku rasakan sekarang adalah perasaan Zeya, pemilik tubuh asli ini.

Dewi mengangguk pelan, dia menepuk bahuku tiga kali untuk menenangkanku. "Kita pasti akan mendapatkan bukti itu, ayo berusaha lebih keras lagi."

Kata semangat yang Dewi berikan berhasil membuat hatiku tergerak, aku kembali duduk dikursiku dan mengamati kedua bukti yang kini ada ditanganku. "Meskipun bukti ini tidak bisa menjadi bukti langsung kalau Hesti yang membunuh Zayan, tapi setidaknya bukti ini bisa membuat Hesti menjadi tersangka utama dari kematian Zayan, adik kandung Zeya."

Huh... helahan nafasku terasa berat, aku menutup mata dan menyandarkan tubuhku di kursi empuk ini. Rasa bersalah tidak bisa aku hilangkan dari pikiranku.

"Apa memang ini alasanku bertransmigrasi ke tubuhmu, Zeya? Agar aku bisa mengungkapkan kematianmu dan kematian adikmu? Apa aku memang berhubungan dengan kasus ini?"

Aku terus melontarkan pertanyaan yang tak mungkin ada jawabannya, tapi aku merasa, kalau aku memang ada hubungannya dengan kasus ini.

Haruskah aku berterimakasih pada Zeya? Karena jika aku tidak bertransmigrasi ketubuhmu, aku tidak akan tau betapa busuknya sifat Bella, ibu tiriku dan Sasa, adik tiriku.

Aku juga tidak akan tau kalau ayah kandungku hanya peduli dengan warisan yang ibuku wariskan untukku, kalau ibu mertuaku ternyata adalah seorang pembunuh.

Pft... aku terkekeh pelan, menyadari bahwa semua yang aku lihat saat aku masih menjadi Hera ternyata semuanya palsu. Kini aku berterimakasih padamu, Zeya, karna kau menyadarkanku bahwa yang terlihat baik belum tentu baik.

Terlalu sibuk mencari bukti tentang kejahatan Hesti membuatku lupa jika ini sudah puku 11.13, Zehan pasti sedang menunggu makan siang dariku sekarang.

Aku beranjak dan keluar dari ruanganku, ku tekan kunci mobil dan langsung melajukan mobilku dengan cepat. Aku harus cepat, sebentar lagi waktunya Zehan makan siang.

Sesampainya dirumah, aku langsung berjalan cepat kearah dapur. Kubuka kulkas yang penuh dengan sayuran dan daging segar. Aku mengambil salah satu wadah berisi daging yang sudah kumarinasi pagi tadi.

menu makanan hari ini daging BBQ, ini adalah makanan kesukaanku dan Zehan. Selain hemat waktu, ini juga mudah. 45 menit berlalu, sekarang aku berada dimobil dengan bekal daging BBQ yang kutaruh disamping kursi pengemudi. Aku langsung turun dari mobil begitu sampai kerumah sakit tempat Zehan bekerja.

Mungkin karena berita pernikahanku dan Zehan sudah tersebar, semua suster dirumah sakit terus menatap diriku. Namun aku tidak peduli, aku tetap berjalan santai menuju ruangan Zehan di lantai atas.

Terlalu fokus dengan bekal dan Zehan membuatku tak sadar kalau sejak tadi... seseorang mengikutiku dari belakang, bahkan kami berada dalam satu lift yang sama.

Aku tidak curiga, aku bahkan tak terlalu memperhatikan, aku hanya berfikir kalau dia adalah salah satu wali pasien rumah sakit ini. Pintu lift terbuka, aku segera keluar dan berjalan keruangan Zehan.

Saat ini... aku baru menyadari akan kehadirannya karena dia juga keluar saat aku keluar dari lift itu. Aku juga baru ingat kalau pria ini tidak menekan lantai tujuannya.

Tidak mungkin, tidak mungkin tujuan kami sama karena lantai ini adalah lantai khusus dokter dan staf rumah sakit. Aku reflex menoleh kebelakang untuk menanyakan tujuannya, dan saat aku melihat wajahnya... aku terkejut.

Aku rasa aku mengenalinya, dia adalah orang yang menabrakku pagi tadi sebelum aku sampai keruanganku. "Bagaimana bisa kami bertemu ditempat yang berbeda dua kali secara kebetulan?" Batinku mencoba mencernah keadaan.

Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena topi yang dia pakai, di tambah lagi hoodie yang berhail menutupi separuh wajahnya. Yang bisa kulihat hanyalah hidung dan mulutnya.

Aku membeku, tiba – tiba saja rasa takut menjalar keseluruh tubuh. Kenapa dia berhenti? Kenapa dia berhenti saat aku berhenti? Apa dia memang mengikutiku?

Perasaanku tak bisa kutenangkan, tanganku bergetar menahan rasa takut. Dan saat ini yang terlihat jelas adalah senyumannya, kedua sudut bibirnya naik membentuk senyuman yang menyeramkan.

Aku takut, aku langsung memutar langkahku dan meminta pertolongan. "ZEHAN!!" Hanya namanya yang ada di pikiranku, hanya dirinya yang bisa menolongku.

Teriakanku berhasil membuat Zehan diam sejenak, dia yang sedang mengerjakan laporan operasi diruangannya bingung dengan teriakan keras yang baru saja dia dengar.

"Zeya? Itu seperti suara Zeya, kenapa dia teriak?" Gumam Zehan menebak.

Tapi sebelum aku sempat berlari jauh dari pria itu, dengan cepat dia membungkam mulutku setelah aku berhasil teriak. "Mphh."

Aku menjatuhkan kotak bekal yang ku bawa, tanganku terus berusaha melepaskan bungkaman pria itu, tapi sialnya dia terlalu kuat. Dia menyeretku dengan mudahnya menjauh dari ruangan Zehan, membuat kedua heelsku terlepas dari kakiku.

Dan kemana pria itu membawaku, pria jahat ini membawaku kesebuah ruangan kosong, itu adalah ruangan khusus staf. Pria itu langsung membatingku ke lantai dan bergegas mengunci ruangan itu.

"Ahh!" Aku kesakitan, dia melemparku kelantai dengan kasar seperti binatang.

Zehan yang penasaran dengan teriakan itu langsung keluar dari ruangannya, dia menyusuri koridor lantai ini dan matanya menjelajah meneliti sekitar ruangannya. Dia menoleh kearah lift, kedua heelsku berhasil menarik perhatiannya, sekotak bekal yang tergeletak dilantai berhasil membuatnya panasaran.

Langsung dia berjalan kearah bekal itu dan memungutnya, kekhawatiran terlukiskan diwajahnya saat dia memandang bekal itu. dia pun berjalan untuk melihat sepasang heels yang tertingga.

Zehan mengernyit, dia sadar kalau kedua benda itu adalah milikku. Menyadari akan kehadiran Zehan, pria ini dengan cepat membungkam diriku dengan tangannya.

Aku berusaha menyelamatkan diriku, kugigit telapak tangan pria itu hingga mengeluarkan darah, membuatnya marah dan melepas bungkaman ini. Ini adalah kesempatanku, aku mendorongnya dan berlari kearah pintu.

Tapi sayangnya dia menyadarinya dan langsung menampar pipiku dengan tangannya yang masih bersimbah darah. Dia menarikku dengan kasar hingga berdiri lalu membantingku dengan kuat ke dinding ruangan.

Married you twice (menikahimu dua kali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang