e17 (will u marry me?)

241 185 563
                                    

Seperti biasa, Zehan selalu diikuti oleh asistennya, ditangga mengarah turun ke lantai satu, dia mulai berbisik ringan.

"Zehan, dia belum mengantarmu makanan? Jam makan siang hampir berakhir." Tanya asistennya yang berjalan disampingnya.

"Belum." ketus Zehan.

"Kenapa? Kalau begitu kau makan apa? Semua orang juga tau kau sudah tidak makan dikantin lagi kurang lebih 3 minggu." Tanyanya, menggoda Zehan sudah menjadi kebiasaannya.

"Kan bagus karena ada yang mengurusmu, kau juga selalu menghabiskan makanan itu." Asistennya melanjutkan omongannya dan meledek Zehan.

Zehan menghentikan langkahnya di separuh anak tangga menju lantai 1, "Diam, aku memakannya karena rasanya sama." Tegas Zehan menjelaskan tindakannya.

Asistennya heran, dia semakin penasaran. "Sama? Apa maksudmu? Oh... itu dia, Zeya sudah datang. Aku pergi, yah."

Tanpa mendapat jawaban, aistennya pergi setelah melihatku berjalan ke arah tangga. Tapi sebelum asistennya pergi, dia berbisik pada Zehan. "Kalau kau tidak menyukainya, tolong perkenalkan aku dengannya." Bisiknya.

Zehan tentu marah mendengarnya, matanya membulat sempurna menatap asistennya, karena takut, asistennya pergi meninggalkan dirinya secepat kilat. Aku yang melihat Zehan berdiri di pertengahan tangga langsung menghampirinya.

"Menu hari ini daging tiram." Kataku seraya mengangkat bekal sejajar kepalaku dan memamerkannya kepada Zehan.

Tanganku menyodorkan bekal yang ku bawa, tapi hari ini dia tidak mengambilnya seperti biasa. Tatapannya terasa dingin, aku tau ekpresi apa yang dia berikan padaku sekarang.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan? Kau tidak malu? Tidak bosan?" Zehan marah padaku.

Aku terkejut, sikapnya kembali ketus seperti dulu. "Kau tau apa yang mereka bisikkan setiap hari? Zehan tidak tahu malu, istrinya baru saja meninggal dan dia berkencan dengan wanita yang mirip dengan mantan istrinya." Kata Zehan mengulang perkataan yang selalu dia dengar setiap hari.

"Zeya sangat murahan, dia sudah memiliki calon suami dan dia mengincar seorang duda. Itu yang mereka bicarakan setiap hari, aku pikir kau akan bosan jika aku menerimanya, aku pikir kau akan mengerti kenapa aku melakukan ini. Tapi tidak, kau terus melakukannya dan melakukannya lagi. Kenapa? Aku bertanya kenapa kau melakukan semua ini?!" Tanya Zehan dengan semua kemarahan yang meluap.

Semua orang dirumah sakit melihat kearah kami yang sedang berdiri di pertengahan tangga rumah sakit, para suster, pasien, wali dan dokter, mereka semua melihat kami.

Aku terkejut, aku sakit hati, dia mempermalukan diriku. Aku memberanikan diri membalas perkataannya dengan air mata yang hampir menetes dipipiku.

"KARENA AKU MENCINTAIMU!" Teriakku yang terdengar sampai ketelinga mereka. Zehan terekjut, dia menatapku dengan ekpresi bingung.

"Aku mencintaimu Zehan, itu kenyataannya. Itu sebabnya aku tidak pernah peduli dengan perkataan orang lain, karena aku hanya peduli padamu. Tidak bisakah kau hanya melihat itu saja? Tidak bisakah kau menghilangkan perkataan mereka dari pikiranmu?" Aku melanjutkan perkataanku dengan air mata yang sudah menetes.

"Lalu kenapa kau tidak menolakku? Bukankah kita sama? Apa kau pikir aku bodoh sampai tidak mengetahui kalau kau menerima semua yang aku berikan karena wajahku?" Kataku lagi. Aku tidak berani menatapnya, tanganku gemetar dan pikiranku tak terkendali.

Di tangga itu aku jongkok menutup wajahku dengan tangan, menangis kecil tanpa memperdulikan orang lain yang melihat kami.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Married you twice (menikahimu dua kali)Where stories live. Discover now