e16 (mulai terbiasa)

339 206 239
                                    

Riho dan teman-temannya duduk di perpustakaan, dia memiliki dua teman yang sangat dekat dengannya. Suasan perpustakaan yang hening membuat mereka nyaman.

"Hei, apa kalian percaya tentang manusia yang bisa bertukar tubuh?" Tanya salah satu temannya bernama Tio.

Plak! Sera memukul tengkuk leher Tio, "Kau gila, tentu saja tidak. Bagaimana bisa seseorang bertukar tubuh." Bantah Sera.

Tio melirik kearah Riho yang hanya terdiam dan fokus pada buku yang dia baca. "Kau, Riho? Apa kau percaya?" Tio bertanya pada Riho.

Riho tersenyum kecil, "tidak." Jawabnya singkat.

"Aku tidak pernah mempercayai hal setidak masuk akal itu. Tapi... aku memilih untuk membodohi diriku dan mempercayainya, karena dengan begitu aku bisa mengobati rinduku." Gumam Riho tersenyum.

"Apa?" Tanya Sera dan Tio yang tidak mendengar ucapan Riho. Tanpa menjawab, Riho meninggalkan mereka dan meletakkan buku dimana dia mengambilnya.

***

Sedangkan aku masih duduk ditaman itu, memikirkan cara apa yang akan membuat Zehan mempercayaiku. Kurogoh saku bajuku dan ku keluarkan parfume yang kusimpan disakuku.

"Apa ini akan berhasil?" Gumamku pelan.

Perlahan aku beranjak dan berjalan sedikit cepat menuju rumah sakit, tapi entah kenapa langkah kakiku terhenti didepan pintu.

"Haruskah aku mengatakannya? Bukankah kalau aku menyebutkan nama Hera dia akan semakin marah dan membenciku?" Aku bertanya pada diriku sendiri.

Perasaan bingung yang campur aduk membuat pikiranku berantakan, aku terus saja bimbang dengan keputusan yang akan kuambil kali ini.

Aku jongkok didepan pintu masuk tanpa malu dan menggigit jariku seperti orang gila, mengecoh rambutku yang sudah tersisir rapi dan berdiri lagi setelah berfikir cukup lama.

Akhirnya aku memutuskan apa yang akan aku lakukan selanjutnya. "Ya, aku tidak akan mengatakannya. Aku akan mendekatinya sebagai Zeya, karena aku bukan lagi Hera sekarang." Kataku meyakinkan hatiku.

"Aku harus ketoko bunga sekarang dan memberikannya saat dia pulang kerja. Zehan, kau harus siap denga hal-hal romantis yang akan aku berikan padamu." Tegasku dengan senyuman aneh yang ku keluarkan.

Tanpa kusadari seorang anak kecil duduk di dekatku dan menatap diriku, "Mama, kakak itu seram." Katanya seraya menunjuk kearahku.

"Sstt... diam, nanti dimakan." Jawab ibunya.

Aku pergi dari sana dan kembali kemobilku, aku tidak menyadari aku sudah menjatuhkan botol parfume yang aku buat semalam.

Dan setelah beberapa detik, terlihat seseorang mengutip parfume yang tergeletak di lantai. Orang itu adalah Zehan, ternyata dia memperhatikanku sedari tadi dengan tingkahku yang seperti orang gila.

Zehan terkejut saat dia mencium parfume itu, tangannya gemetar dan pandangannya kaku.

*
*
(flashback =ON=)

Sore hari, Zehan berkunjung kerumah ku sepulang dari rumah sakit. Mencium aroma yang sangat harum membuatnya penasaran, itu adalah aroma parfume yang biasa kugunakan.

Dia langsung masuk kekamarku setelah berbincang dengan orang tuaku dilantai bawah.

"Apa yang kau buat, aku bisa menciumnya dari luar kamar." Tanya Zehan saat dia membuka pintu.

Aku menoleh kearahnya dan tersenyum padanya. "Ini parfume, tidak ada yang menjualnya dan aku sangat yakin hanya ada satu didunia, karena hanya aku yang tau bahan-bahannya." Jawabku menjelaskan.

Married you twice (menikahimu dua kali)Where stories live. Discover now