e26 (Flashback)

24 19 0
                                    

Diam – diam dia sudah menyalin rekaman itu dari ponselnya dan menyimpannya kedalam SD card bewarna hitam. Dan di tengah kepanikan itu... Bruk! Mobil Hesti berhasil menyusul Zayan dan menabrak mobil Zayan.

"Kau tidak bisa lepas dariku. Kau menantangku?Maka lihatlah akibatnya." Hesti tersenyum licik, jika saja hati yang jahat bisa mengeluarkan bau busuk. Maka tidak ada yang mau mendekatinya.

Panik, itu yang dirasakan Zayan setelah mobilnya mulai kehilangan kendali, dia lebih panik dari sebelumnya setelah dia menyaksikan sendiri kegilaan Hesti.

SD card yang berisi bukti rekaman itu masih digenggam kuat oleh Zayan, meskipun dia panik, dia bisa menstabilkan mobilnya dan melaju dengan kencang, lebih kencang dari sebelumnya.

Di tengah – tengah kepanikannya, dia menarik gantungan Barbie di kaca mobilnya dan melepaskan leher berbie itu dengan kasar dari kepalanya. Seperti dugaan, dia memasukkan SD card berisi rekaman suara itu kedalam kepala berbie dan menyambungkan kembali leher berbie itu.

Dengan cepat dia menggantungnya seperti semula, mungkin saat ini Zayan sadar... kalau nyawanya sedang dalam bahaya. Itu sebabnya dia terburu – buru menyembunyikan SD card itu agar tidak sampai ke tangan Hesti.

Belum sapai 1 menit setelah Zayan menyembunyikan SD card itu, hantaman kuat terdengar jelas dari belakang mobil Zayan.

Niat jahat berhasil, hanya demi mengambil sebuah rekaman video, Hesti nekat menabrak mobil Zayan dengan sangat kuat. Membuat bagian belakang mobil Zayan hancur.

Mobil yang di kendari Hesti hancur, tapi tak sehancur mobil yang dinaiki Zayan. Karena hantaman kuat dari belakang, Zayan kehilangan keseimbangan dan mobilnya melaju bebas.

Hesti berhenti setelah menabrak mobil Zayan dua kali, tanpa rasa bersalah dia turun dari mobilnya. Bersandar dibagian depan mobil seraya melipat kedua tangannya dibawah dada, mengamati mobil Zayan yang perlahan kehilangan kendali.

Saat ini Zayan tidak bisa mengendalikan mobilnya lagi meskipun dia sudah berusaha keras. "Noona, aku takut... tolong aku..." Rintih Zayan saat mengingat Zeya.

Kakinya berusaha menginjak rem untuk menghentikan laju mobil, dan saat itu dia menyadari... kalau rem mobilnya tidak berfungsi. Kepanikan langsung menjalar keseluruh tubuh.

Sekeras apapun dia menginjak rem itu, mobilnya tetap tidak berhenti. Ditengah malam yang gelap, di sebuah jalan pintas yang sempit, nyawa seorang pemuda sedang di pertaruhkan.

Rasa takut membuat pandangannya buram, matanya tak bisa fokus, tangannya gemetar menahan cemas dan jantungnya berdegup kencang.

Dan tiba – tiba saja cahaya terang muncul dari arah depan, membuat pandangan Zayan semakin terganggu. Menyadari bahwa ada sebuah mobil yang melaju dari lawan arah membuat Zayan sangat prustasi, sebab kalau dia tidak berhenti sekarang, mobil itu akan tertabrak.

Kini dia sadar, kalau ini adalah akhir dari hidupnya. Air mata menetes bersamaan dengan rasa putus asa, bahkan secercah harapan untuk hidup sudah tak terlihat lagi.

"Asyhadu an la ilaha ilallah, wa asyhadu anna muhamadar rasullullah."

Begitu dua kalimat syahadat terucap dari bibirnya, Zayan langsung membanting stir mobil ke sisi kirinya dan menghantam dinding kokoh hingga seluruh mobilnya hancur.

Darah mengalir dari luka yang sudah tak terhitung, pandangannya hanya tertuju kepada kepala Barbie tempat dia menyembunyikan SD card yang membuatnya berakhir setragis ini.

"Aku tidak tau kalau untuk menyelamatkan hidup temanku, aku harus merelakan hidupku sendiri."

Kata terakhir yang keluar dari mulut Zayan sangat menyayat hati, pria muda dengan hati yang baik harus merelakan hidupnya saat menghadapi busuknya hati Hesti.

Mengetahui bahwa Zayan sudah tak mungkin kabur darinya, Hesti langsung berjalan dengan lenggoknya mendekat ke arah mobil Zayan. Perlahan dia membuka pintu mobil yang sudah rusak parah dan mengambil ponsel Zayan.

Sunggu tega, bukannya memeriksa keadaan Zayan, dia justru menyelamatkan ponsel hanya demi menutupi kejahatannya, untung Zayan sudah menyembunyikan bukti itu dengan baik.

Hatinya tak bergeming, Hesti merogoh saku dan mengeluarkan ponsel miliknya, dengan cepat dia menghubungi suaminya dan mengadukan semua kejahatnnya.

"Aku membunuh seseorang, jika kau tidak ingin dikeluarkan dari daftar calon presiden, kau harus menolongku. Aku berada di jalan pintas xxx." Dengan nada sombong Hesti mengancam suaminya, dia tidak peduli dengan kejahatannya, yang dia pedulikan hanyalah citra baiknya.

Perlahan langkahnya mundur menjauhi mobil Zayan, menyadari akan saksi mata, dia langsung menghampiri mobil yang membuat Zayan membanting stir kesisi kiri.

Pemilik mobil sadar jika Hesti sedang berjalan kearahnya, dengan cepat dia langsung bergegas mencabut dascam mobil dan menyimpannya didalam bra miliknya.

Ya, kalian tidak salah, dia menyembunyikan dascam itu didalam bra miliknya. Tangannya gemetar, tapi meski begitu dia tetap membuka pintu mobilnya dan keluar, tatapan Hesti berhasil membuat jantungnya berpacu cepat.

Dan kalian tau siapa yang keluar dari mobil itu? Wanita itu adalah Bella, ibu tiri Hera. Bukan hanya terkejut, Hesti juga heran kenapa calon besannya berada di jalan sempin ini di tengah malam.

"Aku akan menutup mulut." Tegas Bella menahan takut.

Hesti tak percaya, dengan banyak kecurigaan dia masuk kemobil Bella dan mengecek dascam, tapi sayangnya tidak ada dascam di mobil itu. membuat Hesti semaki curiga, dia langsung keluar dengan tatapan sinisnya.

"Dimana? Dimana camera dasbor itu?"

"Aku belum memasangnya, ini juga mobil baru." Bantah Bella yang terasa seperti dalih di telinga Hesti.

"Sedang apa kau disini?"

"Tentu saja untuk pulang, ini adalah jalan pintas menuju ke rumahku." Jawab Bella, kali ini jawabannya terdengar masuk akal.

Tidak berhenti disitu, Hesti belum bisa menghilangkan kecurigaannya pada Bella. Bahkan tanpa ijin dari Bella, dia langsung meraba tubuh Bella, terlebih lagi saku jacketnya.

Bella gugup, dia menutup matanya dan berdo'a dalam hati. "Semoga dia tidak menemukannya." Batinnya menahan rasa takut.

Mungkin karena panik dan terburu – buru, mobil bantuan yang dikirimkan suami Hesti kini sudah sampai hanya dalam kurun 10 menit. Membuat Hesti berhenti memperdulikan Bella dan berjalan cepat kearah bantuan itu.

Bella dengan liciknya memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan Hesti disana, "Huh... untung saja, aku aman sekarang." Gumam Bella, dia pasti lega akan hal itu.

Tanpa di beri aba – aba, anak buah Hesti sudah tau jelas apa yang harus mereka kerjakan. Salah satu dari mereka langsung mengamankan mobil yang dikendarai oleh Hesti, dan yang lainnya menghancurkan semua cctv yang ada.

Hesti tersenyum licik, betapa senangnya dia setelah melakukan kejahatan serius. Tak lama sebuah mobil yang biasa dikendarai suaminya tiba, sang sopir pun turun dan membuka pintu penumpang untuk Hesti.

Tanpa pikir panjang, Hesti masuk kedalam mobil dan... plak! Satu tamparan melesat tepat dipipi kanan Hesti setelah dia masuk kedalam mobil itu.

Married you twice (menikahimu dua kali)Where stories live. Discover now