e28 (khawatir denganmu)

19 19 0
                                    

Tapi sayangnya dia menyadarinya dan langsung menampar pipiku dengan tangannya yang masih bersimbah darah. Dia menarikku dengan kasar hingga berdiri lalu membantingku dengan kuat ke dinding ruangan.

Brak! Salah satu rak yang berada diruangan itu terjatuh setelah pria itu membanting tubuhku untuk kedua kalinya. Kepalaku sakit, pandanganku buram dan telingaku berdengung kuat. Serangan panikku timbul, aku tak bisa mengendalikan nafasku.

Zehan yang mendengar kegaduhan ini langsung berlari kearah sumber suara, "Zeya, itu kau? Zeya, TOLONG Jawab AKU!!" Teriak Zehan tak bisa menahan rasa khawatir. Tangannya mencoba membuka pintu yang sudah dikunci oleh pria biadab ini.

"Zehan ... tolong ..." Rintihku pelan yang terdengar sampai ketelinga Zehan.

Khawatir? Tentu saja, Zehan sangat khawatir, dia terus mencoba membuka pintu itu dan mendobraknya. Sedangkan pria ini... "Pft... HAHAHA..." Pria itu malah terkekeh, membuatku semakin takut dan membuat Zehan semakin khawatir.

"Suara pria?" Gumam Zehan.

Zehan semakin terbakar rasa khawatir, dia mencoba mendobrak pintu itu, tapi pintu itu tak kunjung terbuka sebab pria jahat ini menahannya dengan lemari kecil.

Aku putus asa, aku terduduk dilantai dan bersandar didinding ruangan dengan serangan panik yang tak kunjung reda. Saat aku melirik kearahnya, dia dengan cepat berjalan kearahku.

Tangannya dengan kasar memegang kedua bahuku agar pandanganku fokus kearahnya. "Kalian benar – benar mirip. Aku pernah menodai wanita yang sangat mirip denganmu, seseorang membayarku mahal untuk itu. Dan sekarang, orang yang sama membayarku juga untuk menodaimu." Kata pria itu dengan senyuman licik.

Aku mencerna apa yang barusan dia katakan, Menodai? Aku tidak mengerti. Sementara Zehan masih berusaha membuka pintu ini, dia tak putus asa dan terus mendobrak pintu dengan kakinya, kernyitan di dahinya semakin jelas, menandakan bahwa dirinya sangat khawatir padaku.

Aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Tapi saat kupandang kembali wajah itu... jantungku langsung berpacu cepat, ini lebih buruk dari sebelumnya.

Nafasku kembali tak stabil, air mataku jatuh bersama ingatanku yang kini perlahan kembali. Aku ingat, aku ingat siapa pria ini. Mungkin karena bertransmigrasi, aku melupakan ingatan terakhirku saat aku masih menjadi Hera. Ingatan yang begitu penting dalam hidupku, bisa – bisanya aku melupakan itu?

Saat itu sebelum kecelakaanku, aku bertengkar dengan Zehan karena dia mendapatiku tidur dengan pria lain yang bahkan aku sendiri tidak tau siapa pria itu. Pertengkaran itu yang memicu kecelakaanku dan awal dari proses transmigrasi ini.

Kini aku mengingatnya, bahwa pria yang berada dihadapanku inilah yang menodaiku saat itu. "Siapa ... yang memintamu ... huh... melakukan ... hal keji itu?" Aku bertanya meskipun aku tau dia tidak akan menjawabku.

Karena rasa sakit, aku tak bisa berbicara dengan benar.

Bukannya menjawab, dia justru terkekeh dengan tindakan tak bermoralnya itu. "Cih! Pria rendahan ... sepertimu memang ... cocok melakukan hal ... rendahan ... seperti itu." Serangan panik membuatku kesulitan bernafas dan berbicara.

Sakit hatiku saat aku mengingat bahwa aku disetubuhi oleh pria asing dimalam pernikahanku, betapa kejinya mereka ... betapa kejinya mereka melakukan ini padaku.

Tak terima mendapat penghinaan dariku, dia langsung membenturkan kepalaku kedinding sebanyak dua kali dengan sangat kuat, kini darah mengalir dari kepalaku.

Mungkin karena marah, dia langsung mencekik diriku, membuatku semakin kesulitan untuk bernafas. Tubuhku terasa panas, denyut dikepalaku semakin terasa, pandanganku semakin tak fokus, aku rasa aku akan mati.

"AYO KATAKAN LAGI!!"

Dengan kasar dia membentakku, membuat Zehan yang mendengarya semakin tersulut emosi. Kini dia berhasil menghancurkan pintu dan menyingkirkan lemari penghalang itu.

Zehan langsung berjalan kearah kami dan menarik pria itu sampai dia berdiri, melihat wajah pria itu membuat Zehan dipenuhi emosi, dia langsung meninju wajahnya dengan kuat dan membantingnya kelantai seperti dia membantingku sebelumnya.

Belum sempat bangkit, Zehan langsung menariknya lagi dan meninju bagian perut serta tulang kering milik pria itu, membuatnya sulit berdiri dan kabur dari ruangan ini.

Menyadari bahwa aku sudah terluka parah, dia langsung menghampiriku dan mengecek keadaanku. Melihat wajahku yang bersimbah darah membuatnya merasakan deja vu, dia teringat dengan kecelakaan yang sudah merenggut nyawaku saat itu.

Ketakutan terlihat jelas diwajahnya, matanya sendu seakan menahan air mata, sentuhannya yang hangat membuatku sedikit tenang untuk sesaat. Tangannya terus menyeka darah di wajahku, ini seperti dia menyeka darahku saat kami kecelakaan dulu.

Aku menggenggam tangannya, air mataku jatuh saat dia menatapku dengan penuh cinta dan rasa takut. "Pria itu ... huh ... pria yang kau ... tanyakan padaku... dia adalah pria itu."

"Apa? Apa yang kau katakan?" Tanya Zehan tak paham dengan perkataanku.

" ... aku tidak ... aku tidak bisa menjawab ... hah ... karena aku ... tidak tau siapa ... saat ... hah ... saat itu pria yang kau ... tanyakan di mobil ... sebelum kecelakaan ... huhh ... pria itu... dia..."

Serangan panik membuatku tidak bisa menyelesaikan perkataanku, aku kehilangan kesadaran karena luka dikepalaku, ditambah lagi memar ditubuhku setelah dibanting berkali – kali.

Zehan merasa bingung, dia tidak mengerti apa yang aku katakan dan apa yang aku maksud. Dan saat kebingunngan menguasai pikirannya, dia teringat dengan pembicaraanku dan Riho yang membahas tentang transmigrasi.

Baru ia tersadar apa yang aku katakan sebelum kesadaranku hilang, yang aku coba katakan adalah, pria yang bersamaku dimalam pertama pernikahan kami adalah pria itu, pria yang hampir membunuh diriku.

Amarah Zehan memuncak setelah dia mencerna perkataanku yang sulit dimengerti, urat leher berdenyut bersamaan dengan emosi yang meluap.

Dia menyandarkan kepalaku kedinding dan berbalik, Zehan bisa melihat pria itu masih meringkuk menahan sakit di kakinya. Dia menghampiri pria itu lagi, menjambak rambutnya hingga kepalanya mendongkak kearahnya dan memperhatikan wajahnya.

Bukannya mengaku salah, pria itu malah terkekeh kecil. Mungkin dia memang bangga dnegan tindakan murahannya. "Kita bertemu lagi, sekarang kau bisa melihat wajahku. Kau tau, istrimu ... ahh, almh istrimu sangat cantik, tubuhnya ... kulitnya ... sentuhannya ... aku sangat menikmatinya."

Jahat! Bahkan kata jahat saja tidak bisa mendefinisikan tingkah busuknya. Perkataannya berhasil memancing kemarahan Zehan, dalam hitungan detik, tak segan – segan Zehan langsung meninju wajahnya dan memukulinya habis habisan.

Rasa panas bisa dirasakan Zehan diujung jarinya, membuktikan betapa kuatnya pukulan yang baru saja dia hadiahkan untuk pria jahat itu.

"Katakan padaku kenapa kau melakukannya? Katakan sekarang sebelum kau kehilangan banyak darah akibat luka yang kuciptakan."

"Kau tidak bisa melukaiku, kau seorang dokter. Cih! Haha ..."

Kekehan kecil membuat benteng pertahanan Zehan hancur, dia tak bisa menahannya lagi. Persetan dengan jabatannya sebagai dokter yang di sebut sebagai penyelamat manusia, dia menyiksa pria itu sejadi – jadinya hingga dia menemukan jawaban yang dia inginkan.

Вы достигли последнюю опубликованную часть.

⏰ Недавно обновлено: Jan 21 ⏰

Добавте эту историю в библиотеку и получите уведомление, когда следующия часть будет доступна!

Married you twice (menikahimu dua kali)Место, где живут истории. Откройте их для себя