e10 (bertekad)

283 207 216
                                    

Tangisanku tak terdengar, tapi hatiku jelas sakit. Kenapa mereka menikahkan Zehan lagi saat kematianku baru saja terjadi. "Kejadiannya tidak seperti ini, kan? Pasti ada alasannya, kan?" Gumamku meyakinkan hatiku kalau keluargaku tidak sejahat itu.

Aku turun dari bis, mulai berjalan tanpa arah dan tujuan. Saat aku mulai tersadar dari lamunanku, aku sudah berada didepan rumah Zehan, dulu itu rumah kami.

Berdiri didepan rumah itu membuatku sedih, aku merindukan mereka, aku merindukan keluargaku dan juga Zehan.

Aku duduk didepan pintu rumah itu, menyandar didinding dengan lutut ditekuk, tangan yang menopang kepala diatas lutut dan tertidur disana seraya menunggu pemilik rumah pulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku duduk didepan pintu rumah itu, menyandar didinding dengan lutut ditekuk, tangan yang menopang kepala diatas lutut dan tertidur disana seraya menunggu pemilik rumah pulang.

Tak... tuk... tak... entah berapa lama aku tidur, mungkin karena suasana sunyi, aku mendengar detak arlojiku.

Kubuka mataku perlahan, dengan samar aku melihat sesosok pria keren yang berdiri didepanku.

"Zehan, kau sudah pulang? Ah... maaf, aku lupa menjemputmu." Kataku setengah mengantuk, aku lupa kalau aku bukan lagi Hera, melainkan Zeya.

" Kataku setengah mengantuk, aku lupa kalau aku bukan lagi Hera, melainkan Zeya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bingung, itu yang dirasakan Zehan, dia menatapku sinis tapi juga hangat. "Ck, apa kau penguntit? Kenapa kau tidur dirumah orang lain?" Katanya ketus.

Mendengar kata kasarnya membuatku tersadar dari tidurku sepenuhnya, aku beranjak dan menatapnya dengan canggung. Aku bingung, bahkan aku tak sempat berdalih.

Tapi disaat itu, yang aku pikirkan hanyalah pernikahannya, "Kau akan menikah dengan Sasa? Kenapa? Bukannya istrimu baru saja meninggal?" Tanyaku tak bisa menahan rasa penasaran.

Perkataanku sangat menohok, Zehan sedih saat aku bertanya tentang itu, dia merasa perasaan ini terjadi karena wajah kami yang sama persis.

"Itu bukan urusanmu." Jawabnya ketus.

Aku bisa melihat kernyitan di dahinya. Dia melewatiku yang sedang berdiri didepan pintu, membuka pintu itu dan masuk.

Dia meninggalkanku diluar sendirian, aku seperti orang bodoh yang mendekatinya tanpa rasa malu. Aku menyeka air mataku, berjalan menjauh dari rumah itu. Rumah itu bukan rumahku lagi, keluarga itu juga bukan keluargaku lagi, suamiku juga bukan suamiku lagi.

Married you twice (menikahimu dua kali)Where stories live. Discover now