e18 (undangan pernikahan)

193 154 185
                                    

Hesti terbelalak mendengar jawaban singkat dari Zehan, dia tak menyangka Zehan menuruti keinginannya tanpa bertengkar dengannya.

Hatinya berdesir. "Hah? Serius? Dia setuju begitu saja?"

"Kalau begitu ibu bisa pulang sekarang, aku tidak ingin diganggu malam ini." Lanjut Zehan meneruskan perkataannya.

Hesti tak berkata apapun, meskipun heran, dia berbalik pergi meninggalkan Zehan. Sesekali dia melirik kebelakang untuk memastikan apakah anaknya ini memang anaknya.

"Dia gila? Aku merinding, seharusnya dia membantah dulu baru mengiyakan." Hesti bergumam seraya masuk ke mobilnya.

Zehan menutup pintu itu setelah melihat mobil Hesti menjauh dari rumahnya, perlahan dia berjalan kekamarnya dan membuka sebuah kotak kecil yang dia taruh di bawa ranjangnya.

Tangan kekarnya meraih kotak itu dan membukanya, lalu mengambil salah satu kertas yang tak lain adalah undangan pernikahan dirinya dan Hera.

Ponselnya berdering lagi, dia langsung mengangkatnya karena ponselnya masih berada di genggamannya.

[[sudah?]]

[[aku sudah membuat design yang sama persis, aku tidak tau kenapa namanya harus diganti. Tapi bukannya keterlaluan meminta reporter menyetak sebuah undangan?]]

[[kerjakan saja apa yang ku minta, aku pastikan ranting berita ini sesuai dengan keinginanmu.]]

Segera dia mematikan telepon itu setelah menyelesaikan pembicaraan mereka, dia menutup kembali kotak itu dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Menatap langit-langit yang hampa, kehidupannya sekarang sudah tidak bewarna.

Dia terus memikirkanku, begitu juga aku. Bahkan aku tidak bisa melupakannya meskipun aku bukan lagi Hera. Malam ini terasa berat, tapi aku tidak mungkin menyerah begitu saja.

***

Begitu matahari terbit dan langit sudah mulai bersinar terang, aku bergegas pergi kerumah sakit saat kulihat jam dikamarku yang menunjukkan pukul 07.00.

Seperti biasa, aku memakirkan mobilku di dekat taman dan menunggu Zehan disini, bersandar di bagian samping mobil seraya melipat kedua tanganku dan terus melihat lengan kiri yang terpasang arloji mahal.

Aku pikir Zehan tidak akan parkir disini, tapi siapa sangka dia sampai tepat waktu dan memakirkan mobilnya di samping mobilku.

Aku pikir Zehan tidak akan parkir disini, tapi siapa sangka dia sampai tepat waktu dan memakirkan mobilnya di samping mobilku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tatapan kami canggung, suasana yang akward tak bisa kucairkan kembali setelah kejadian kemarin. Dia keluar dari mobilnya, menatapku dengan tatapan aneh.

"Ayo." Katanya.

?!

Hah?

Aneh, itu yang terlukiskan di wajahku. "Kau mengajakku?" Tanyaku memastikan.

 "Kau mengajakku?" Tanyaku memastikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Married you twice (menikahimu dua kali)Where stories live. Discover now