e12 (jahil)

271 210 205
                                    

"Kita tidak memiliki bukti, tunggu sebentar lagi, kita akan menemukannya dan memenjarakan dia. Setelah itu aku akan memutuskan hubunganku dengannya." Balas Yohan dengan nada lembut dan tenang.

Zeya meringis, dia menangkis tangan Yohan dari dibahunya. "Bagaimana kalau kita tidak menemukan bukti? Kau akan tetap berhubungan dengannya hanya karena ibumu percaya padanya?" Perkataan Zeya membuat Yohan terdiam.

Zeya mentap Yohan, "Kita akhiri saja hubungan kita, kita juga tidak saling mencintai. Aku muak dengan drama pertunangan ini." Zeya melanjutkan perkataannya sebelum dia meninggalkan Yohan dirumahnya.

(Flashback =OFF=)
*
*

Aku tidak mungkin ada disana, tapi entah kenapa sepertinya aku mengingat jelas kejadian itu.

"Mungkin ini ingatan Zeya." Batinku.

Tanpa melihat kebelakang aku pergi meninggalkan Yohan dengan mobilku.

***

Hari sudah sore, Zehan yang sudah menyelesaikan tugasnya dirumah sakit hendak pulang dengan cepat. Kaki nya melangkah cepat, tangannya yang handal dimeja operasi membawa tas yang berisi obat. Langkahnya tiba-tiba terhenti.

Zehan terdiam sejenak, melihatku menunggunya didekat pintu rumah sakit membuatnya terkejut. Rumah sakit memakai dinding kaca, begitu juga pintunya, didekat pintu rumah sakit ada sebuah kursi dan air mancur yang menjadi tempat andalanku saat menunggu Zehan.

Dia memandangku dari balik kaca, memperhatikan diriku yang terus menunggunya. Perlahan langkahnya mulai terlihat, dia berjalan cepat melewati diriku.

"Zehan!" Aku langsung memanggilnya saat aku melihatnya. Tapi... kenapa dia tidak berhenti? Tidak mungkin kalau dia tidak mendengarku, kan?

"Zehan tunggu!" Aku memanggilnya lagi.

Akhirnya langkah Zehan terhenti, dia membalikkan tubuhnya dan menatapku yang sudah berdiri dibelakangnya. Tangan kanannya berada didalam saku dan tangan kirinya menggenggam tas hitam.

"Kau seorang penguntit? Kenapa kau terus muncul dihadapanku, aku sudah katakan padamu aku membenci wajahmu." Tegas Zehan sinis. "Lebih tepatnya aku membenci wajahmu yang sama seperti istriku, aku takut aku akan goyah dengan kesetiaanku." Batin Zehan yang tidak mungkin kudengar.

Aku marah, tapi sikapnya juga benar. "Ya, aku penguntit, aku sedang menguntitmu sekarang." Balasku dengan sombongnya. Sorot mata yang sombong dan kedua tangan terlipat membuat Zehan merasa deja vu.

Kedua matanya fokus melihatku, "Sampai kapan kau akan begini?" Zehan memastikan, berharap aku tidak menemuinya lagi.

"Sampai kau mulai terbiasa denganku dan tidak lagi memakiku. Sampai kau merasa kehilangan jika aku tidak lagi melakukan ini." Jawabku dengan lantang.

Tatapannya berubah sinis, "Aku benar-benar tidak ingin melihat wajahmu, jadi tolong jangan pernah muncul lagi di hadapanku

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Tatapannya berubah sinis, "Aku benar-benar tidak ingin melihat wajahmu, jadi tolong jangan pernah muncul lagi di hadapanku." Zehan memohon, aku tidak pernah menduga kalau dia sampai memohon kepadaku.

Married you twice (menikahimu dua kali)Onde histórias criam vida. Descubra agora