e21 (apa dia dengar?)

169 150 6
                                    

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" Tanyaku dengan suara pelan, sedikit serak karena aku baru saja terbangun.

Aku mengangkat kepalaku dan merapikan rambutku, kukedipkan mataku beberapa kali agar pandanganku mulai fokus.

"Aku setuju dengan pernikahan ini bukan karena aku ingin, hanya saja kau orang yang cocok dan aku memang tidak bisa menolak wajahmu." Tegas Zehan begitu tiba - tiba.

"Tapi bukan berarti aku akan terus mengabaikanmu, aku juga akan berusaha menerimamu sebagai istriku, meskipun prosesnya tidak sebentar, kau tidak keberatan?"

Pft... reflex aku tertawa kecil dengan pertanyaan yang dia tanyakan, mungkin terlihat sedih, tapi untukku itu kelihatan lucu.

"Padahal 3 minggu lalu kau masih sangat kasar padaku, tapi sekarang kau bertanya tentang perasaanku? Kau mulai menyukaiku? Ternyata beneran manjur, ya perkataan Riho. Pria manapun akan luluh jika kita memberinya makan siang setiap hari." Aku sedikit meledek, membuat Zehan merasa malu.

"Cih!" Zehan berdecih.

"Kau luluh hanya karena makan siang? Hatimu benar - benar murahan." Lanjutku lagi. Sudah lama aku tidak meledeknya, ini sangat menyenangkan.

"Riho? Kau kenal dia?" Zehan bertanya sekaligus mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kenal, tentu saja kenal. Dia adik kandung Hera." Jawabku santai.

Mungkin karena sibuk mengejeknya, aku tidak memperhatikan wajah Zehan. Ceplak tangan terlihat jelas dipipi kirinya, semua orang yang melihat pasti sadar kalau Zehan di tampar seseorang.

Melihat kemar itu, hanya satu orang yang terlintas dibenakku, yaitu ayahnya, karena Hesti tidak pernah main tangan padanya.

"Itu ayahmu, kan?" Tanyaku khawatir.

Aku memegang pipinya, memperhatikan lukanya dan mengelus pipinya, rasa khawatir terlihat jelas di wajahku.

Aku terlalu berpacu pada memar itu sampai tidak menyadari kalau Zehan tidak nyaman dengan sentuhanku, aku bisa merasakannya meskipun Zehan tidak melarangku untuk menyentuhnya.

"Ah, maaf." Sesalku.

Langsung kulepaskan tanganku dari wajahnya dan menurunkan pandanganku, entah kenapa rasanya sakit saat aku melihatnya tidak nyaman berada didekatku.

Aku berusaha memecahkan suasana akward ini, tapi sebelum aku menoleh kearahnya, Zehan menarik tangan kananku dan meletakkan tanganku dipipi kirinya.

"Aku sudah mengatakan kalau aku akan berusaha menerimamu, termasuk sentuha dan perhatianmu." Kata Zehan dengan suaranya yang terdengar seperti sebuah melodi.

Perkataannya berhasil membuat jantungku berpacu cepat, pandangannya lurus menatapku, suhu tangannya terasa hangat saat menyentuhku, aku bisa merasakan nafasnya menyentuh ujung jariku.

Saat suasana mulai mencair, saat aku dan Zehan saling menatap satu sama lain, saat itu juga suara clakson mobil terdengar kuat ditelinga kami.

Membuatku dan Zehan reflex melihat kearah sumber suara, terlihat mobil sport bewarna hitam sudah terparkir rapi di depan rumah Zehan.

Tidak salah lagi, itu adikku, Riho. "Sialan! Dia sangat mengganggu," batinku. Tak ingin dilihat olehnya, aku menarik tanganku dari genggaman Zehan dan reflex berdiri.

Zehan pun berdiri setelah melihat Riho berjalan kearah kami, "Kenapa kau tiba - tiba kemari?" Tanya Zehan memastikan.

Sama seperti Zehan, Riho juga memiliki memar dipipi kirinya dan bekas cakaran, membuatku bertanya apa yang terjadi dengan mereka.

Married you twice (menikahimu dua kali)Where stories live. Discover now