e25 (flashback)

121 95 708
                                    

Aku goyah, keseimbangan tubuhku hilang saat heels ku mulai tak stabil. Tak terduga, orang yang menabrakku menarik tanganku, membuat keseimbanganku kembali stabil.

"Terimakasih." Kataku membalas pertolongannya, meskipun dia yang menabrakku.

Aku hanya bisa melihat wajahnya sekilas, sebab dia langsung pergi tanpa meninggalkan Kata maaf padaku. Perasaan aneh tiba – tiba muncul begitu saja saat aku menatap punggung pria itu, telapak tanganku basah menahan cemas.

Sebenarnya ... apa yang aku cemaskan begitu tiba – tiba?

Aku mengabaikan perasaan ini dan meneruskan langkahku menuju ruanganku, terlihat Dewi sudah duduk rapi di kursinya. "Selamat pagi." Sapanya.

"Pagi."

Aku menaruh tasku dan duduk di kursiku, ku ambil sebuah flashdisk dari laci meja kerjaku dan memasangnya di CPU computer.

Perasaanku kembali tersayat saat video penganiayaan Rio kembali di putar, sekarang aku tau, video yang sedang kulihat ini alasan dari kematian Zayan, dan juga awal permusuhan Zeya dengan Hesti, istri dari calon presiden dan ibu kandung Zehan.

"Dimana rekaman suara itu? Rekaman suara yang membuktikan kalau Hesti merencanakan sebuah pemerkosaan."

Ujung jariku mengetuk meja secara bergantian, aku terlalu fokus melihat video yang ada di hadapanku sampai aku tak sadar kalau Dewi sekarang berada di belakangku.

"GILA!" Teriak Dewi begitu tiba – tiba.

Aku terkejut, tubuhku langsung tersentak kaget. "Kenapa kau Teriak begitu kencang? Semua orang yang mendengarnya pasti percaya kalau suaramu seperti toa masjid."

"Hesti menganiaya staf kantor? Bukankah itu kantor tempat adikmu berkerja? Berarti dugaanmu benar, kalau adikmu tidak mati bunuh diri melainkan dibunuh?"

Pertanyaan yang Dewi lontarkan begitu banyak, mungkin karena dia baru menyadari hal ini? memang siapa yang tidak terkejut saat mengetahui istri capres melakukan penganiayaan?

"Itu bukan dugaan lagi, tapi memang kenyataan. Tapi sebanyak apapun aku bicara, tidak akan ada yang percaya. Karena aku tidak memiliki bukti langsung kalau Hesti yang membunuh Zayan." Jawabku sekaligus menjelaskan.

Brak! Mendengar jawabanku membuat Dewi memukul meja dengan kuat. "KAU GILA?" Reflex aku teriak heran.

"Kalau saja kau bukan asistenku, sudah kutendang kau dari kantor kejaksaan ini." Batinku meringis menahan emosi didepan asisten yang selalu bersikap diluar nalar.

Dia memegang kedua pipinya, mulutnya ternganga lebar membuat aroma jigong surganya sampai ke indra penciumanku. Sial! Wajahnya sangat membuatku jengkel. "Aku tidak tahan, tolong bawa aku pulang dari sini!!!!" Batinku.

Aku berdiri dengan cepat dan berusaha pergi meninggalkan gadis gila ini, tapi sebelum aku melangkah jauh, teriakannya berhasil membuatku membatu.

"Aku punya rekamannya."

Aku menoleh, ekspresi bingung dan senang bercampur jadi satu. "Dimana? Dimana kau menemukan rekaman itu?" Tanyaku.

Dewi kembali kemejanya dan mengambil ponsel miliknya, dia membuka layar ponselnya dan menunjukkan sebuah rekaman padaku. Jari telunjuk sudah siaga menekan tombol play, tapi dia tak menekannya dan hanya melirik kearahku. Membuatku semakin penasaran dengan rekaman suara itu.

"Kenapa tidak kau putar?"Aku menatapnya heran, tapi bukannya menjawabku, dia justru menggoyangkan ujung jarinya seperti memberiku kode bahwa aku harus mendekat padanya.

"Sabar, aku harus sabar." Gumamku menahan emosi karena Dewi terus saja mempermainkanku pagi ini.

Langsung aku berjalan kearahnya, dan benar saja, dia langsung membuat rekaman suara itu begitu aku mendekat.

"Ini bukan remakan suara yang aku cari." Kataku setelah mendengarkan rekaman itu selama beberapa detik.

"Ini memang bukan rekaman yang kau cari, tapi ini adalah rekaman suara terakhir Zayan saat menghubungimu sebelum kematiannya. Kau sendiri yang mengirimkan ini padaku. Ini rekaman terakhir pembicaraan kalian."

Jawaban Dewi membuatku diam sejenak, aku langsung merampas ponselnya dan mengulangnya dari awal agar aku tak melewatkan sedetikpun dari rekaman ini.

*Isi rekaman*

[[Noona.]] Panggil Zayan setelah Zeya mengangkat teleponnya.

[[Kenapa kau belum pulang? Ini udah tengah malam, kau dimana?]]

[[Aku akan mengirimmu sebuah video, kau harus melihatnya. Kau ingat aku pernah mengatakan kalau Hesti menganiaya temanku? Sekarang aku punya buktinya dan aku rasa Hesti mengikutiku sejak tadi.]]

[[Kau yakin dia mengikutimu sejak tadi? Kau dimana? Aku akan menyusulm—Zayan? Kau mendengarku? ]]

Rekaman suara berhenti di menit ke 1.30, kami tidak tau lagi apa yang terjadi setelah rekaman telepon ini berhenti.

Suara Zayan terasa berat, kepanikan dan ketakutan terdengar jelas. Jantungku berpacu cepat, kini aku yakin kenapa Zeya sangat mencurigai dan membenci Hesti.

"Sebenarnya ... apa yang terjadi setelah telepon ini berakhir?" Batinku yang tak mungkin ada jawaban.

(FLASHBACK =ON=)
*
*
Nafasnya tak beraturan, seorang pria dengan mobil mahalnya melaju kencang disebuah jalan kecil yang gelap didekat kota. Keringat dikeningnya menunjukkan betapa paniknya dirinya, di tengah kepanikan ini, dia merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sebuah ponsel.

Dengan cepat tangannya menekan nomor Zeya yang tak lain adalah kakak kandungnya, sesekali dia melirik kaca mobil dan melihat mobil bewarna hitam yang sedang mengikutinya.

[[Noona.]] Panggil Zayan setelah Zeya mengangkat teleponnya.

[[Kenapa kau belum pulang? Ini udah tengah malam, kau dimana?]]

[[Aku akan mengirimmu sebuah video, kau harus melihatnya. Kau ingat aku pernah mengatakan kalau Hesti menganiaya temanku? Sekarang aku punya buktinya dan aku rasa Hesti mengikutiku sejak tadi.]]

[[Kau yakin dia mengikutimu sejak tadi? Kau dimana? Aku akan menyusulm—Zayan? Kau mendengarku? ]]

Tut ... tut ... belum sempat Zayan menjawab pertanyaan kakaknya, teleponnya tergelincir ke bawah kursi mobil sebab Zayan menabrak sebuah pagar di jalan kecil itu.

Zeya sangat khawatir, bagaimana mungkin dia tidak khawatir? Dengan perasaan campur aduk, Zeya turun dari kamarnya dan pergi ke garasi mobil rumahnya.

Untung saja Zeya menaruh alat pelacak di setiap mobil keluarganya, sekarang hal itu justru berguna bagi Zeya. Dan sekarang masalah nya cuma satu ... mobil apa yang Zayan pakai hari ini?

"Ahh shibal!"

Begitu banyak mobil yang terparkir di garasi milik keluarganya, itu membuatnya bingung mobil apa yang dipakai Zayan hari ini. Terpaksa dia meneliti setiap sudut dan mengamati setiap merk mobil, dan akhirnya ... "Ketemu! Ferrari F8 spider."

Langsung dia membuka ponselnya dan menemukan titik dimana Zayan berada, dengan segera dia melajukan mobil sport mahal miliknya dan menyusul Zayan.

Di jalan pintas yang sempit itu, Zayan dan Hesti melaju dengan sangat cepat, tentu saja sesekali mereka hampir menabrak bangunan kecil yang ada disana. Karena jalan pintas itu lebih terlihat seperti sebuah gang kecil.

Zayan panik, bukan karena takut, tapi karena dia tau kalau Hesti mengincar bukti yang berada di dalam ponselnya ini. Tapi kalian jangan khawatir dulu, karena otak cerdik Zayan tidak berhenti disitu saja.

Diam – diam dia sudah menyalin rekaman itu dari ponselnya dan menyimpannya kedalam SD card bewarna hitam. Dan di tengah kepanikan itu ... bruk! Mobil Hesti berhasil menyusul Zayan dan menabrak mobil Zayan.

Married you twice (menikahimu dua kali)Where stories live. Discover now