16 - Lamaran

158 3 0
                                    

Adam pulang bersama seorang lelaki paruh baya yang tidak Umma kenal. Mereka turun dari mobil nyaris bersamaan. Sambil melangkah ke teras, mereka mengobrol dengan suara rendah, sesekali melihat ke arah Umma.

Umma meraih dan mencium tangan Adam setibanya lelaki itu di depannya.

"Ini Om Nurdin, yang pernah aku maksud waktu itu." Adam lekas menjawab tatapan bertanya Umma.

Ternyata lelaki berkulit cokelat ini orang yang akan menjadi saksi pernikahan kedua Adam. Lalu, untuk apa Adam membawanya ke rumah ini? Untuk membicarakan pernikahan itu? seterburu-buru itukah?

Nurdin mengulurkan tangan sambil tersenyum ke arah Umma.

Umma pun menyambutnya dengan sopan, meski detak jantungnya mendadak tidak normal. "Umma, Om."

"Adam udah sering banget cerita tentang kamu."

"Mari masuk, Om," alih Adam. Dia masuk lebih dulu sambil merangkul Umma.

"Silakan duduk, Om. Saya ke belakang sebentar," pamit Umma.

Lelaki berkemeja putih polos itu pun duduk. Adam mengikut, mengambil posisi berhadapan.

"Dari gerak-geriknya saja, ketahuan dia perempuan baik-baik. Om tidak menyangka kamu akan tega menyakitinya."

Hati Adam mencelus. Omnya ini sudah menasihatinya panjang lebar, tapi pernikahan settingan itu memang harus tetap dilaksanakan.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan nasib rumah tangga Adam dan Umma selanjutnya, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Izin Mendua Di Malam PertamaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora