34 - Jika Tuhan Menakdirkan

207 4 0
                                    

Seminggu yang lalu di Makassar ....

Sejak kepergian Umma, Agung masih rutin mengantarkan makanan untuk anak-anak di sekolah itu seperti biasanya. Jangan sampai orang-orang beranggapan bahwa selama ini dia melakukan hal itu hanya supaya bisa dekat dengan Umma. Awalnya memang begitu, tapi makin lama Agung mulai menemukan sederet alasan kenapa dia harus membagikan makanan gratis setiap hari. Dan dia ikhlas sepenuhnya.

"Kamu nggak ikutan makan?" tanya Rena yang baru selesai membagikan makanan untuk anak-anak. Bagiannya dia bawa keluar. Masih ada Agung soalnya, tidak enak dicuekin.

Agung menggeleng, lalu bergeser sedikit agar Rena punya ruang lebih untuk ikutan duduk di bangku panjang itu.

"Nggak terasa, ya, udah seminggu Umma di Jakarta," ujar Rena sambil membuka kotak makanannya. "Anak-anak nanyain terus, katanya kapan Kak Umma pulang."

"Wajar, sih, orang sebaik dia dikangenin," lirih Agung antara sadar dan tidak sadar.

"Berarti kamu juga kangen, ya?" todong Rena.

"Iya lah." Detik selanjutnya Agung malah terkesiap, seolah baru sadar bahwa seharusnya dia tidak perlu menjawab sejujur itu.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan nasib rumah tangga Adam dan Umma selanjutnya, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Izin Mendua Di Malam PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang