Chapter 1

4K 113 6
                                    

Rintik hujan membasahi jalanan yang lengang, bagaimana tidak lengang, sekarang pukul 2 dini hari, sebagian manusia telah terlelap menyelami mimpi mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rintik hujan membasahi jalanan yang lengang, bagaimana tidak lengang, sekarang pukul 2 dini hari, sebagian manusia telah terlelap menyelami mimpi mereka. Hanya manusia-manusia malam yang masih berjubel di satu ruangan dengan kelaknatan mereka, saling berbaur dan mendesah di balik pintu-pintu yang tertutup rapat. Sorot lampu disco yang berpendar, berbeda dengan sorot lampu warna kuning di pojok ruangan milik seorang pemuda.

Pemuda itu meringkuk di pojok tempat tidurnya, sambil berkomat-kamit entah membaca apa, tangannya menggenggam erat ujung selimut yang membungkus tubuhnya. Keringat dingin mulai mengalir melewati pelipisnya dan jatuh begitu saja.

"Jim.... Tave.... Kau kah itu???" ucap pemuda itu, sambil terus memperhatikan pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

Hening dan sunyi, namun suasana itu berbeda dengan isi kepalanya yang riuh oleh berbagai macam ocehan dari mulut-mulut yang tidak terlihat. Pemuda itu mengerjapkan matanya, saat sekelebat bayangan melintas dari balik kaca jendela dengan tirainya yang terbuka. Dia menyingkap selimutnya, lalu bangkit dan berjelan tergesa ke arah jendela.

Deru nafasnya saling berkejaran dengan debaran jantungnya yang bekerja dua kali lipat. Dia menelan ludahnya kasar, lalu menempelkan telapak tangannya pada kaca jendela yang dingin. Tetesan embun membuat pola bintik-bintik di balik kaca jendela itu. Matanya memicing, mencoba menembus ke dalam kegelapan di luar sana. Telinganya sedikit berdengung, namun detik berikutnya hanya suara hujan yang terdengar.

Pemuda itu menutup tirai jendelanya dengan gerakan kasar, lalu berjalan bolak-balik seperti tengah mengkhawatirkan sesuatu. Kedua tangannya mengepal erat hingga otot-ototnya terlihat. Bunyi gemeredak tiba-tiba membuat tingkahnya berhenti, dia berjalan perlahan ke arah pintu, tangannya perlahan terulur, lalu menutup pintu yang sebelumnya sedikit terbuka. Pemuda itu sedikit membungkukkan badannya, mengintip lewat celah lubang kunci dengan matanya yang menyipit.

"Hades...." ucapnya dengan nada ketakutan, dia berbalik dan berlari hingga menabrak tempat sampah yang terletak di sebelah meja belajar, hingga menimbulkan suara yang berisik.

"Hades!" teriaknya dengan suara yang parau, dia meringkuk di pojokan dengan selimut yang membungkus tubuhnya.

"Aku tidak melihat. Aku tidak melihat. Aku tidak melihat. Aku tidak melihat." ucapnya terus menerus di balik selimut yang menutupi tubuhnya.

Cklek!

Bunyi pintu yang terbuka, pemuda itu semakin meringkuk, memejamkan matanya saat telinganya menangkap suara langkah kaki seseorang yang mendekat. Dia menahan nafas, saat ranjangnya sedikit berderit, menandakan ada seseorang yang duduk di atasnya.

"Jim.... Tave...."

"Arghhhhhhh!!!! Aku tidak melihat!!!!" pemuda itu berteriak ketakutan saat selimut yang menutupi tubuhnya tersingkap. Nafasnya memburu dengan tubuhnya yang menggigil, tatapannya bersirobok dengan sepasang mata berwarna coklat gelap yang tengah menatapnya dengan tatapan yang tajam.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Where stories live. Discover now