Chapter 12

418 44 4
                                    

Sapuan awan yang berwarna biru cerah berpadu dengan warna putih dan sedikit keabu-abuan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sapuan awan yang berwarna biru cerah berpadu dengan warna putih dan sedikit keabu-abuan. Tadi malam hujan turun cukup lebat, membuat daun-daun masih di tempeli embun juga bintik-bintik air hujan. Rumput di sepanjang pekuburan juga masih basah, membuat sensasi menyegarkan mata jika memandangnya. Namun apakah masih ada orang waras yang menghirup aroma segar jika itu di tengah pemakaman??

Puluhan burung berwarna hitam terbang bergerombol melintasi area pemakaman, membuat sepasang mata langsung mendongak ke atas langit. Memperhatikan burung-burung itu sambil menggumamkan kata-kata yang tidak jelas. Pemuda dengan rambut hitam itu terus menggumamkan sesuatu hingga rangkulan wanita berambut blonde sukses membuatnya terdiam.

"Berdoa Shan...." ucap Sisca, sambil kedua tangannya menyatu di depan dada. Shan menirukan gaya wanita di sampingnya itu, sambil menatap peti mati berwarna coklat mengkilap itu yang perlahan-lahan di turunkan ke dalam liang kubur.

Sisca terisak lirih, gurat kesedihan jelas terpancar dari wajah ayunya. Kedua orangtuanya telah tiada, dia anak pertama dan sekarang tanggung jawabnya semakin besar. Kepala Sisca terkulai di dada bidang laki-laki dengan kemeja hitam yang sedikit ketat. Laki-laki itu memeluk Sisca dari samping, seraya mengecup pucuk kepala wanita itu. Membuat Oniel yang berdiri tak jauh dari mereka mengepalkan tangannya saat melihat adegan itu. Lalu menatap sengit ke arah laki-laki yang tengah memeluk mesra Sisca dari samping.

Boby yang berdiri di samping Shania terlihat lebih tegar di banding Sisca. Wajahnya masih tetap sama. Dingin dan arogan. Shania memeluk lengan Boby, lalu menempelkan pipinya pada bahu laki-laki itu. Helaan nafas keluar dari mulut Boby, tepat saat tanah berwarna coklat gelap itu menutupi peti mati dan mengubur jenazah Tuan Devan dengan sempurna. Boby sama sekali tidak menangis, namun Shania tau semuanya, tidak menangis bukan berarti tidak sedih. Bahkan Shania berani bertaruh jika Boby sebenarnya sudah sangat hancur sekarang ini, namun laki-laki dingin itu lebih memilih untuk tetap memasang topengnya.

Upacara pemakaman berjalan dengan lancar. Kolega-kolega dari Tuan Devan terlihat memberikan ucapan duka cita atas kematian CEO sekaligus Presdir Ken Company itu. Mereka menyalami Sisca, Boby, dan Shan sambil mengucapkan kata-kata duka cita. Vino, Naomi dan beberapa polisi juga ikut hadir dalam acara pemakaman tersebut. Vino terlihat berdiri di samping Naomi, sambil terus memperhatikan keluarga Tuan Devan.

Mata Vino memicing, saat melihat tingkah Shan yang seperti ketakutan. Pemuda itu berdiri di belakang Boby dengan kepala menunduk.

"Apa yang dia lihat....?" batin Vino bertanya-tanya.

.

.

.

.

Chika berlari kecil ke arah Shan yang melambaikan tangannya. Pemuda itu tengah berdiri di depan Danau Serena. Tadi setelah upacara pemakaman, Shan langsung meluncur ke danau tersebut dengan sepedanya, setelah sebelumnya dia menelepon Chika untuk menemaninya di tempat ini.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Where stories live. Discover now