Chapter 16

356 42 0
                                    

Mobil polisi terlihat terparkir di sepanjang jalan Seoja, tepatnya di depan jalan sempit di tengah-tengah bangunan kedai makanan dan toko kelontong

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Mobil polisi terlihat terparkir di sepanjang jalan Seoja, tepatnya di depan jalan sempit di tengah-tengah bangunan kedai makanan dan toko kelontong. Di depan jalan itu telah terpasang police line dan di jaga oleh beberapa polisi berseragam rapi. Mobil milik Vino terparkir tepat di depan toko kelontong, sang pemilik mobil pajero sport itu langsung keluar dari mobil dengan terburu-buru, di belakangnya wanita dengan mata kucing dan jaket tebal mengikuti langkah panjang Vino. Setelah berbicara pada beberapa polisi yang berjaga, Vino dan Naomi langsung masuk ke dalam tempat dimana mayat Grey di temukan.

Vino dan Naomi di sambut oleh Dio dengan kacamata tebalnya yang bertengger apik di hidungnya yang mancung. Dio yang langsung mempersilahkan Vino dan Naomi untuk melihat mayat Grey.

"Pembunuh yang sama...." monolog Vino dengan jarinya yang berada di dagu.

Mayat Grey di temukan dengan keadaan mulut terjahit sempurna, kedua matanya juga di jahit walaupun Vino tau jika kedua bola mata Grey telah di congkel keluar. Kedua kaki Grey di ikat menggunakan manila rope. Tali yang sama yang di gunakan pembunuh untuk menghabisi nyawa Tuan Devan. Lalu kepalanya tercongkel, hingga Vino bisa melihat serat-serat keputihan dari otak Grey.

Naomi berdiri setelah dia puas untuk memfoto mayat Grey menggunakan kameranya. Tubuhnya sedikit berjengit saat bola mata milik Grey yang teronggok begitu saja hampir terinjak olehnya.

"Tidak di temukan ponsel, tas atau barang yang lainnya. Hanya ada dompet berisi kartu identitas, kartu atm, dan uang tunai." ucap Dio.

"Ponselnya pasti sudah di ambil oleh si pembunuh.." opini Vino, lalu berdiri di samping Naomi.

"Pola pembunuhannya kurasa hampir sama seperti kasus pembunuhan Tuan Devan, jika di lihat dari kondisi mayatnya, kemungkinan dia di bunuh sekitar pukul 2 dini hari sampai pukul 3 pagi. Aku bisa memastikan jika dia meninggal karena kehilangan banyak darah, melihat luka di kepalanya yang dalam dan juga darahnya yang kau bisa lihat sendiri seperti sebuah kubangan." wanita dengan mantel abu-abu yang sedari tadi berdiri di dekat tembok bata itu mengeluarkan suaranya. Hanna Sutiono, seorang ahli forensik yang bekerja di RS Ackerley, juga sering bekerja sama dengan Kepolisian Ackerley.

"Hann... Apa menurutmu dia di bunuh dengan senjata tajam??" tanya Vino.

"Semacam pisau??"

Vino mengangguk.

Hanna berjalan lebih dekat ke arah mayat Grey.

"Di lihat dari lukanya, ini akibat benda tumpul dengan bahan besi. Mungkin palu atau semacamnya. Kalian bisa lihat kan luka di kepalanya?? Aku bersumpah pasti si pembunuh memukulinya dengan membabi buta hingga tengkoraknya pecah, lalu mencongkel kepala korban hingga lukanya sangat abstrak seperti ini." jelas Hanna.

"Oh!! Bukankah Grey adalah kekasih dari putri Tuan Devan?? Aku pernah melihat infotainment dan berita itu sempat menjadi perbincangan hangat." ucap salah satu polisi dengan seragam lengkap yang tengah berdiri di samping Dio.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora