Chapter 13

399 42 3
                                    

Pembunuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pembunuh.... Pembunuh....

Pembunuh.... Pembunuh....

"Tidak. Tidak. Aku bukan pembunuh. Bukan. Bukan!!!!!! Arghhhhhhhh!!!!!" Shan menghempaskan semua barang yang ada di atas meja belajarnya, hingga semua barang itu berjatuhan dan menimbulkan suara bising yang memekakkan telinga. Mata Shan memerah, kedua tangannya memegang kepala sambil terus mengusap rambutnya hingga kusut.

"Kenapa mengataiku pembunuh?!!! Aku bukan pembunuh!! Tidak! Hades. Hades yang melakukannya. Ah bukan-bukan. Medusa. Dia yang jahat!! Dia yang membuat Hades datang. Bukan aku. Bukan aku. Bukan aku." Shan terus meracau, duduk di pojokan ruangan dengan kedua kakinya yang menekuk di depan dada.

Isakannya kini terdengar, tubuhnya di hujani sinar lampu yang temaram, punggungnya terlihat naik-turun, kepalanya menunduk menyentuh lututnya. Pemuda itu terlihat rapuh.

Di malam yang semakin larut, sekelebat bayangan melintas dari arah jendela. Entah apa itu, namun Shan meyakini jika itu adalah Hades.

.

.

.

.

Jam digital yang di pakai Vino menunjukkan pukul 15.02, awan mendung yang berarak pelan membuat Vino merapatkan mantelnya yang berwarna coklat. Dia membuang puntung rokoknya begitu saja, lalu menginjaknya, bibirnya mendesah pelan sambil kepalanya menengadah ke atas. Mendung semakin menggelayuti kota Ackerley, mungkin beberapa menit lagi hujan akan turun.

Vino duduk di atas kursi besi di dekat sebuah toko perhiasan yang berdiri mewah di depan Santa Mall. Sambil memasukkan kedua tangannya ke saku mantel, matanya awas memandang ke arah bangunan nan megah dengan tulisan bercahaya di atasnya "SANTA MALL". Manusia berlalu-lalang dan keluar masuk ke dalam bangunan megah itu. Beberapa remaja terlihat tengah bercanda sambil mengobrol. Sepertinya mereka baru saja berbelanja karena kedua tangan mereka penuh dengan paper bag berlogo merk terkenal.

Perkiraan Vino benar, hujan mulai turun dan membuat manusia terlihat seperti semut yang berkeliaran mencari tempat untuk berteduh. Mereka berjubel untuk menghindari hujan yang akan membuat tubuh basah. Begitu juga Vino, dia langsung berdiri dan berlari kecil ke arah sebuah Coffee Shop di sebrang jalan. Hujan deras membasahi kota Ackerley, membuat beberapa pejalan kaki terlihat berdiri kedinginan di depan toko-toko, juga kendaraan bermotor yang melaju lambat.

"Satu Macchiato." ucap Vino pada barista. Setelah memesan, Vino langsung duduk di kursi dekat dengan jendela besar yang mengarah ke jalan raya.

Guyuran hujan membuat jendela itu berembun, hingga menimbulkan bola-bola kecil yang terbentuk dari air yang menempel di seluruh kaca jendela. Vino merogoh ponselnya, lalu membuka layar benda berbentuk persegi panjang itu dan terlihat ada 5 panggilan tak terjawab, juga 3 pesan dari Naomi. Vino tersenyum, saat membuka pesan dari kekasihnya itu, Naomi bilang bahwa dia sudah membuat janji untuk bertemu dengan Boby dan Sisca. Lalu 5 panggilan tak terjawab itu dari Ashel, teman semasa SMAnya yang juga menjabat sebagai ketua Tim IT di Kepolisian Ackerley.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Where stories live. Discover now