Chapter 20

332 45 2
                                    

Plakkkk!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Plakkkk!!!

Tamparan itu mendarat sempurna ke pipi milik Boby, gurat kemerahan jelas terlihat di pipi milik laki-laki angkuh itu. Di depannya, wanita yang lebih pendek darinya dengan satu tangan yang masih melayang di udara, terlihat menatap Boby dengan tatapan penuh kemarahan. Bibirnya yang di poles dengan lipstik merah merona, lalu rambutnya yang tergerai indah dengan warna blonde, dan wajahnya yang cantik namun sekarang terlihat menyeramkan karena menahan luapan emosi yang sudah sampai di ujung tanduk.

"Apa kau sudah gila?!! Boby sadarlah!!!" suara melengking dari Sisca menembus ke dalam telinga milik Boby. Wanita itu mendengus sebal sambil menatap Boby dengan sorot matanya yang sangat tajam.

Boby hanya terdiam, wajahnya tetap datar dan angkuh seperti biasanya.

"Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu!! Kau sengaja menemui Tuan Erlangga dan menyuapnya hah?!! Astaga!! Kau benar-benar gila Boby!!!" suara Sisca kembali terdengar melengking. Emosinya benar-benar akan meledak sebentar lagi.

Sisca marah, tidak habis pikir dengan jalan pikiran Boby. Sisca sama sekali tidak menyangka jika Boby akan menyuap Tuan Erlangga, hanya agar penyidikan kasus pembunuhan Tuan Devan di hentikan untuk sementara waktu. Bukankah sangat aneh?? Harusnya Boby melakukan segala cara untuk menguak siapa dalang di balik kematian ayahnya, namun apa sekarang yang terjadi..? Laki-laki angkuh itu malah seolah-olah ingin menutupi kasus pembunuhan yang menimpa ayahnya.

"Aku tidak peduli." jawab Boby, masih dengan raut wajah angkuh dan tatapan yang terlihat menyebalkan di mata Sisca.

Sisca mengeratkan kepalan tangannya, mencoba meredam amarahnya agar dia tidak kembali menampar Boby untuk kedua kalinya. Perlahan air matanya turun membasahi pipi, Sisca mundur beberapa langkah dari hadapan Boby. Sambil terisak pelan dia memukuli dadanya.

"Kenapa?? Kenapa bob?!!! Kenapa!!!" teriakan Sisca kembali menembus telinga Boby, namun laki-laki itu hanya berdiri angkuh dengan tatapannya yang sulit untuk di artikan.

Sisca terisak pelan, sambil terus memukuli dadanya untuk sekedar meredam emosi yang sedang membara. Sungguh! Dia tidak ingin menyakiti Boby, bagaimana pun Boby adalah adiknya.

"Sudahlah. Kau tidak perlu menangis, tangisanmu itu tidak akan mengubah apapun." ucapan Boby sukses membuat Sisca semakin terisak.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu bob??? Kenapa kau melakukan semua ini..??" tanya Sisca, nadanya pelan dengan wajah yang penuh air mata.

Boby tidak menjawab, dia menatap datar Sisca sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, lalu berjalan santai dan sengaja menyenggol bahu Sisca hingga wanita itu sedikit terhuyung ke belakang. Di depan pintu, Boby menghentikan langkahnya, dia melirik ke arah Sisca yang masih terisak dengan kepala tertunduk.

"Tidak ada yang terjadi padaku. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan." ucap Boby dengan suaranya yang berat, lalu knop pintu itu berputar dan Boby keluar dari ruangan milik Sisca, bunyi debuman pintu yang di tutup dengan kasar menembus ke gendang telinga Sisca, lalu menyayat ulu hatinya.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Where stories live. Discover now