SATU

4K 118 2
                                    

Apa yang kamu pikirkan jika di beri pertanyaan mengenai sekolah? Menyenangkan, penuh kenangan bersama teman-teman dan sangat seru.

Mungkin itu yang terbesit didalam pikiranmu, tapi tidak dengan Dande, pemuda manis yang mengusap keringat di dahinya itu mempunyai jawaban yang lain, bahkan berlainan dengan pemikiranmu selama ini.

Sekolah yang ada di pikirannya adalah menyebalkan dan tukang paksa juga cuek.

Bukan sekolahnya, orang yang berada di hadapannya saat ini yang membuatnya mempunyai pemikiran seperti itu.

"Lepas bajumu, celana dan sepatumu. Cepat."

Menyebalkan bukan?! Ini masih jam 8 tapi...

"Lo mau ngapain gue lagi ha?!"

Pemuda didepannya hanya diam menatapnya dengan tajam. Dande membalasnya tak kalah tajam, melotot.

Tanpa ucapan apapun, pemuda itu maju melepas baju Dance, "Jangan!"

Dande tidak membiarkannya, ia melawan sekuat tenaga, meraung, mencakar bahkan memukul dan menendang tanpa hasil. Bajunya lepas, robek dibeberapa bagian.

Tubuh putihnya terlihat, dengan beberapa memar di bagian pundak.
"Ck! Apa?!" marahnya dengan tangan menyilang didada menghalau rasa dingin di kulitnya walau tak semuanya.

Pemuda yang ditunjuk sebagai Ketua OSIS itu menatap lekat tubuh Dande sampai pemuda manis itu malu.

Clap!
Sebuah cambukan langsung mengarah pada paha Dande, pelan tapi menyakitkan. Mata Dande mulai berlinang air mata.

"Jangan menangis baby boy. Ini hukumanmu." suara bas itu mengalun didalam ruang sepi beratmosfer dingin. Setiap cambukan diiringi ringisan.

"C-c-cukup, gue salah. Sakit." ucapnya menahan tangan pemuda itu yang akan kembali melakukan hal yang sama.

"Ok, katakan apa yang kau lakukan hari ini?"

Menghela nafas mencoba mengembalikan sedikit saja tenaganya lalu menatap mata hitam itu. "Meremas payudara cewek." katanya sambil menghapus air matanya.

Ucapan Dande seperti bisikan karena berada diruangan yang sangat sepi jadi terdengar jelas.

"Kenapa?" frustasi menghadapi sikap Dande yang agak di luar kewarasan.

"Yah karena gue penasaran lah. Ada yang gede dan kecil." jelasnya memalingkan wajah malu karena kelakuannya sendiri.

"Jadi, bagaimana sekarang?"

"Yah, gitu."

Si pemuda menggelengkan kepalanya pelan, bingung dengan pemuda didepannya ini. Mata hitam itu menatap kearah paha Dande yang nampaknya mulai memerah dengan segera mengambil kotak P3K yang tak jauh berada.

Dande yang hendak mengambil baju baru didalam lemari berhenti kala tangan penuh urat itu menahan pintu lemari. "Jangan pake apapun."

Perintah itu bagaikan petir menyambar, dengan segera Dande berbalik menatap tajam.

"Ck! Gue kedinginan, Spider! Ini juga masih pagi." sewot Dande tak terima.

"Ada selimut, lo pake." si pemuda dengan santai mengatakannya. Menarik tangan Dande kasar, jika tidak pasti akan ditepis.

Mendorongnya hingga terduduk, mengambil kaki Dande lalu mulai mengobati di area yang terluka.

"Akh!"

"Lo laki, masih gini doang lo teriak." ejeknya menatap kearah Dande.

"Ck! Ini sakit anjing." makinya menatap ke samping kearah Spider.

MINE DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang