DUA PULUH SATU

538 25 0
                                    

Matahari mulai terik, namun rasa panas telah dirasakan sejak pukul 9 tadi. Dande berbaring di atas sofa di ruang keluarga memperhatikan Spider yang sibuk dengan laptop di depannya, sibuk mengerjakan sesuatu dibawah lantai.

"Spider, didalam kulkas ada es gak?" tanya Dande menggoyang kakinya malas.

Ia mendapat gelengan pelan dari Spider sebagai jawaban. Dande mendesah kecewa, padahal asik kalo makan eskrim di cuaca seperti ini.

"Beliin dong." pinta Dande, Spider hanya menoleh sebentar lalu kembali pada laptopnya.

Dande memutar matanya, seandainya saja pinggangnya tidak sakit seperti ini, mungkin ia sudah berada di dalam minimarket memborong semua eskrim yang ada.

Kakinya menendang-nendang bahu Spider mencoba membuat pemuda itu risih, tapi sepertinya tidak berhasil. Tangannya mencoba menggapai Spider.

Grep!

"Spider, beliin. Ini cuaca panas dan gue mau makan!" nada suaranya semakin lama semakin meninggi di setiap kata yang keluar.

"Jaminannya apa kalo aku mau?" tantang Spider menatap jahil Dande. .

"Lo boleh cium gue sepuasnya."

Dengan semangat Spider langsung bangkit berdiri berlari keatas kamar untuk mengambil kunci mobil karena banyak yang ingin ia beli nantinya.

Kemudian turun, mengecup pelipis Dande sekilas kemudian lanjut berlari menuju garasi yang hanya ditatap bingung oleh Dande tak lama ia mendengus setelah tau.

"Ginian aja dia cepat, sangat bangsat sekali."

Rasanya kembali bosan saat ia sendirian di rumah, mata coklatnya menatap laptop Spider di atas meja, ia menimang sebentar lalu memutuskan untuk menggunakannya.

"Cuman sebentar doang sih." gumamnya sambil menyimpan file yang di kerjakan Spider.

Ia membuka game yang memang ada didalamnya, hanya sedikit 5 game saja.

Setengah jam berlalu, ia kembali bosan. Mata coklatnya menatap kearah jam, 10:30 dan Spider belum juga kembali.

"Nih, orang gak matikan? Lama banget, bangsat!" ia menggerutu kesal karena Spider belum pulang.

Segala permainan ia sudah mainkan untuk mengurangi rasa bosan yang ada, tetapi suara deru mobil belum juga terdengar.

Matanya mengantuk dan ia tertidur di sofa setelah mematikan laptop Spider.

Pas sekali ketika ia akan melambung ke alam mimpi, suara mobil yang masuk kedalam garasi terdengar. Ia berdecih pelan, menyampingkan dirinya malas menatap Spider.

"Nih, sudah aku beliian." suara riang Spider masuk kedalam telinganya. Dengan malas ia duduk menatap kearah Spider lalu kantong plastik ditangan pemuda itu.

"Lo ngerampok supermarket!?" teriak Dande kaget melihat sekitar 5 kantong plastik merah ditangan Spider.

"Gak. Cuman mau beli aja." ucap Spider santai, ia mengeluarkan satu kantong plastik hitam besar yang berisikan ekrim, tak banyak paling hanya sekitar 58 eskrim yang ada dari yang terkecil hingga yang terbesar pun ada.

Jika dibilang Dande boros maka jawabannya ia, tapi tidak seboros Spider. Sungguh ia tidak tau untuk apa semua ini.

Ia hanya meminta untuk dibelikan eskrim mungkin 3 atau 4, tapi kalo begini siapa yang akan menghabiskan semuanya. Kepala Dande pening memikirkan semuanya.

Sedangkan pelaku kini kembali mengerjakan tugas dengan memakan snack yang ia beli.

"Ngapain pusing, kan bisa di bagiin kalo gak abis."

"Lo juga sih, ngapain beli banyak banget. Kan gue cuman nyuruh lo buat beliin gue eskrim 3 atau 4 lah. Lah ini, lo mau buka warung gitu?" omel Dande memakan eskrimnya. Sebagian ia simpan didalam freezer, dan semuanya muat.

"Memangnya kenapa?"

Bisakah Dande memukul kepala Spider kuat sampai pemuda itu amnesia?

Tapi jangan deh, kalo beneran kan bisa nangis ia nantinya.

───※ ·❆· ※───

Sore ini langit mulai gelap lagi, mungkin sekitar 5 menit lagi akan turun.

Pemuda manis itu kini bersiap dengan selimutnya diruang keluarga yang ditemani oleh segelas susu coklat dan tontonan kartun.

Ia sendirian sebab, Spider ijin keluar menemui temannya yang kembali dari luar negeri dan akan menginap di rumah mereka beberapa hari nantinya.

Tetesan air kini mulai berbunyi di atap rumah tak lama semakin deras dan Dande semakin mengeratkan selimutnya.

Ponselnya berbunyi dan nama Spider muncul disana, enggan rasa untuk bergerak tapi ia juga sedikit khawatir jadi terpaksa ia mengulurkan tangannya menggapai ponselnya diatas meja.

"Apa?"

"Aku kayaknya agak terlambat pulangnya."

"Ok. Hati-hati." lalu percakapan berakhir.

Hanya itu, bisa saja Spider menchatnya tapi pemuda itu suka mendengar langsung suara Dande.

Menghembuskan nafasnya pelan mencoba menenangkan diri dari rasa khawatir. Beberapa menit ia kembali tenang seperti biasa.

Hujan berlangsung lama, kini jam telah menuju 17: 54. Hampir jam enam tapi Spider belum juga pulang, ia melirik dapur. Ia lapar kembali, padahal tadi jam 3 ia makan.

Kakinya menyentuh lantai dan rasa dingin langsung menyapanya, dengan segera ia berlari kekamar mengganti pakaiannya menjadi lengan panjang. Turun kembali menuju dapur.

Kini ia bingung ingin masak apa, melirik kembali pada jam. Sudah jam enam lewat. Jadi ia memutuskan untuk memasak makan malam saja. Saat semuanya sudah ia tata diatas meja makan, suara langkah kaki mendekat di susul oleh suara Spider.

"Dande!"

"Didapur!" balas Dande menyahuti teriakan Spider. Lalu muncul dua pemuda yang tingginya sama. Pemuda yang sudah beberapa kali ia lihat itu tersenyum padanya.

"Gue kira siapa, ternyata orang gila yang datang." decak Dande lalu duduk untuk makan.

Spider dan pemuda itu mengikuti Dande. Mata biru itu berbinar saat melihat masakan Dande.

"Gak salah nih orang pilih teman hidup." ucap pemuda itu yang makan dengan lahap bahkan menambah sampai 3 kali karena ia saking enaknya dan juga rasa rindu akan makanan Dande.

"Jangan banyak bacot, cepat makan! Gue mau cuci piring atau lo yang cuciin."

Si pemuda langsung mencepatkan kunyahannya. Jangan sampai ia yang disuruh beneran buat cuci piring.

"Ah! Gue kenyang. Btw kamar gue dimana, gue mau langsung tidur capek." ujarnya berdiri. Dande mencibir menatap punggung itu sampai hilang.

"Biar aku saja yang cuci, kamu antar ia kekamar tamu." kata Spider mengumpulkan piring kotor menjadi satu tumpukan.

"Sekalian kamu istirahat, kamu keliatan sangat lelah." sambung Spider sebelum Dande menghilang.

"Gerbera! Kamar lo tuh." tunjuk Dande lalu pergi begitu saja meninggalkan Gerbera disana yang juga langsung masuk.

Sepertinya rencana Spider untuk seks 3 hari ini tidak terlaksana, ia sudah menolak untuk menjemput Gerbera di bandara tapi pemuda itu mengancam kalo ia akan membocorkan rahasia Spider pada Dande.

Jadi, ia terpaksa menjemput pemuda itu agar rahasia tetap aman. Tapi tak apa, ia sudah mendapatkannya 2 hari ini jadi tak masalah.

Selesai dengan urusan cuci piring ia sedikit berlari menuju kamar, tapi itu terhenti karena ucapan Gerbera.

"Babang Spider ingin ngentot nih ceritanya."

"Gerbera bangsat!" pekik Spider yang dibalas suara tawa Gerbera.

Bersambung.


MINE DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang