DUA PULUH ENAM

969 38 0
                                    

Higan yang sedang berjalan menuju kantin harus terhenti dengan mendadak, pasalnya baju seragamnya menjadi basah dan berbau susu coklat. Matanya birunya menatap marah pada gadis pendek di depannya itu yang hanya diam tanpa bergerak.

Setelah ditatap seperti itu, barulah gadis itu bergerak hendak membersihkan baju Higan yang langsung di tepis kasar oleh pemilik.

"Punya mata gak sih lo!" bentaknya.

"Maaf, aku gak sengaja." suaranya bergetar takut akan tatapan Higan yang seolah ingin memakannya, jadi ia hanya menunduk setelah perlakuan kasar Higan.

"Maaf lo gak akan bikin baju gue bisa bersih lagi." decak Higan kesal menatap seragamnya yang basah.

Ia membawa gadis itu menuju tempat sepi yang dekat gudang. Dari sana dapat terlihat rooftop dengan agak jelas, kebetulan ia melihat seseorang yang mirip dengan Dande berdiri disana yang baru datang. Di sebelah ada seseorang yang tinggi dengan minuman kaleng di tangannya.

Mata birunya kembali pada gadis yang ia seret kesini, di perhatikan dengan sekilas wajah gadis itu yang lumayan manis untuk seukurannya.

Sebuah ide muncul begitu saja. "Kalo lo mau gue maafin, lo harus cium sepatu gue. Ah! Sekalian lo bersihin." perintahnya.

Mata gadis itu membesar seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Biasa di novel yang ia baca si cowok hanya akan menyuruh si cewek yang gak sengaja menumpuk minuman pada baju si cowok untuk di cuci atau gak si cowok yang cuek dengan apa yang dialami.

Realita tidak akan selalu sama dengan ekspektasi, itu ungkap yang cocok untuk situasi saat ini.

"Cih! Cepat kalo lo mau gue maafin!" sentak Higan tak sabar.

"Tapi itu terlalu-"

"Mau atau tidak!?"

"Apakah tidak ada syarat yang lain?" tawarnya takut karena tempat ini sepi jadi kemungkinan Higan dapat berbuat jahat padanya.

"Tidak! Cepat cium sepatu gue juga lo bersihin."

Dengan perlahan ia menggerakkan tubuhnya berjongkok, baru setengah membungkuk tangannya langsung ditarik untuk berdiri, matanya kembali melebar saat tau siapa yang menariknya begitu saja.

"Oh, ternyata ada pahlawan yang sok jago disini." nada suara Higan terdengar sangat meremehkan untuk Dande.

Mata coklatnya mengarah pada seragam Higan, jadi ia bisa langsung menyimpulkan jika semua perkara ini hanya awal yang sangat sepele.

"Hanya karena ketumpuhan?"

"Kenapa gak lo beli air aja tadi buat lo siramkan lagi padanya, bukankah itu langsung menghilang noda?" itu bukan tertuju pada Higan melainkan pada gadis yang masih ia lengannya itu.

Gadis itu hanya diam tertunduk tidak bisa berkata apapun pada kondisi saat ini. Ia takut bicara yang bisa saja memperburuk keadaan. Dande berdecak sedikit kesal akan keterdiam gadis yang ia tolong ini.

Higan tertawa pelan, entah mengapa kelakuannya barusan mirip dengan temannya itu. "Sepertinya dia tidak akan berani."

Kini mata keduanya bertemu namun berbeda. Yang satu hanya ada rasa puas sedang yang lain ada rasa dendam dan amarah, mata coklat Dande sedikit menggelap jika dilihat secara teliti.

"Pergi dari sini, dia biar gue yang urus." itu seperti perintah bagi gadis itu yang mengangguk lalu pergi dari sana meskipun ia sesekali menoleh kebelakang. Penasaran dengan urusan kedua cowok itu.

"Gue akan terus melakukan segala cara agar lo bisa mati." ucap Higan dengan penuh keyakinan Dande tertawa pelan.

"Silakan coba, gue udah berubah. Bukan bocah yang bisa lo tindas lagi kayak dulu." Dande membalikkan badan melangkah 2 kali lalu berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MINE DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang