TIGA BELAS

912 38 0
                                    

Ini hari kedua acara ulang tahun sekolah. Suasananya semakin meriah karena memperbolehkan warga sekitar untuk ikut serta dalam acara tersebut.

Dande menatap sekitar dengan malas tapi acara ini hanya terjadi dalam satu tahun sekali. Ia duduk di depan kelas dengan Daisy disampingnya tak lupa Geran juga ada disana.

"Akh! Bangsat! Kalo kalian mau bermesraan jangan di sini." gerutu Dande kesal. "Noh, di perpustakaan bisa!"

Daisy mendelik menatap Dande lalu ekspresi berubah menjadi menyebalkan dimata Dande. "Ah! Ada yang cemburu. Makanya lo cari pacar sana, atau sama Raltar atau Hirta kan mereka ganteng." ujar Daisy menyandarkan tubuh pada bahu Geran.

Dande berdecih kesal. "Gak!"

Daisy tertawa, Geran pun ikut tersenyum.
"Bocah SD kalo ngambek imut banget." timpal Geran memanasi Dande yang melotot padanya.

"Gue bukan bocah SD!"

Geran yang tadinya tersenyum kini tertawa. "Mana ada berandalan sekolah mukanya imut ke bayi."

"Ck! Adalah, gue buktinya."

"Berandalan sekolah itu minimal punya badan tinggi, cewek aja masih tinggi dia dari pada lo." ejek Geran sambil merangkul Daisy.

"Ada kok cewek yang pendek dari pada gue."

Daisy mencibir Dande. Lalu menatap kedalam lapangan. Entah ia salah lihat atau memang sosok itu ikut dalam acara ini. Menggeleng pelan lalu menajamkan penglihatannya.

"Mungkin cuman salah liat aja." gumamnya sangat pelan.

Sudah hampir setengah jam mereka bertiga duduk disana, Hirta yang kebetulan lewat pun kini ikutan duduk di samping Geran karena jika ingin duduk disamping Dande, pemuda berambut ikat itu harus memindahkan tiang tembok dahulu.

"Eh, katanya nanti sekitar jam 1 ada acara nyanyi didalam aula. Emangnya benaran?" celetuk Hirta memakan cilok yang ia beli sebelumnya.

"Iya, siapapun yang ingin ikutan boleh. Tapi harus daftar dulu sama panitianya."

"Gue mau ikutan ah. Siapa tau ada cewek yang suka suara gue kan."

Geran menoleh menatap Hirta, lalu tersenyum mengejek. "Lo kalo nyanyi yang ada cicak pada tepar. Suara lo sumbang, gak usah deh lo ikutan."

Hirta kesal dan memukul Geran. "Bangsat banget sih lo!"

Si korban hanya tertawa menistakan temannya itu.

"Eh, gue gak liat Raltar. Dia kemana?" tanyanya baru sadar temannya yang satu tidak bersama dengan mereka.

"Itu, lagi pdkt sama siswa disini."

"Siapa?"

"Entah, ketemu kemarin di aula." Hirta mengangkat bahu tidak tau.

"Kelas berapa?" Daisy ikut menimpali.

"Gak tau, tapi siswa itu pendek mungkin adek kelas lo."

Dande hanya diam mendengarkan. Tidak ingin ikut dalam pembicaraan. Lebih tepatnya malas. Suara berharga untuk saat ini.

"DANDELION!"

Suara Melati menggelegar menarik perhatian semua orang, Dande segera menoleh kearah Melati yang kini berjarak 3 meter darinya.

"Lo sembunyin kemana bando gue?!"

Melati menatap tajam Dande yang menyengir. Telunjuknya terangkat ke arah Dande.

"Lo tuh, kemarin-kemarin lo anteng gak jahil sama gue. Tapi sekarang... Lo tuh!" Melati kehabisan kata agar Dande tidak menjahilinya lagi. Ingin rasa ia membuang sosok pemuda imut di depannya ini ke lautan segitiga sekarang juga tapi sialnya sang pemuda kesayangan kelas.

MINE DANDELIONWhere stories live. Discover now