TUJUH

1.2K 68 3
                                    

Bel istirahat berdering, Dande diseret Daisy untuk menonton apa yang gadis berkuncir satu itu katakan tadi pagi.

"Nih, gue mau nunjukin yang gue bilang tadi." ucapnya sambil memperlihatkan kepada Dande trailer series Thailand di ponselnya.

Dande yang ogahan menonton seketika membulatkan mata lalu langsung menatap Daisy yang tersenyum tidak percaya.

"Anjir, ini mah bukan trailer series ini mah trailer bokep!" seru Dande heboh. Keadaan kelas yang sepi menguntungkan mereka berdua untuk berbuat sesuka hati.

"Kan, gue bilang apa tadi. Trailernya beda dengan yang lain ini lebih terbuka." ujar Daisy yang di angguki Dande.

"Gue laper mau makan dikantin. Lo mau ikut?" tawarnya berdiri hendak pergi, Daisy menggeleng.

"Gak. Gue bawa bekal, disuruh pacar gue." diakhiri dengan tertawa pelan. Dande mengangguk pelan mengerti.

"Gue pergi." pamitnya sebelum keluar kelas yang dibalas anjungan jempol oleh Daisy.

Lorong kelas terasa penuh, lapangan basket yang biasanya sepi kini dipadati oleh makhluk bernama perempuan menjerit melihat sesuatu seakan paling langkah didunia.

Rasa penasaran menghinggapinya, melihat sebentar tak masalah sepertinya. Berjalan menuju lapangan basket, disana Spider tengah memantulkan bola lalu melemparnya menuju ring.

Masuk!

Keringat menetes mengelapnya dengan baju olahraga yang di pakai sehingga sixpack terlihat sempurna disana. Para gadis yang berkumpul menjerit menatap perut dan wajah Spider, tapi lebih banyak yang menatap perut sih.

Rasa penasaran kini hilang selanjutnya melangkah menuju kantin, perut Dande kembali berbunyi meminta dimasukkan sebuah makanan.

Spider yang sadar Dande melihatnya berjalan menuju pemuda manis itu, sekalian membeli sebotol air dingin karena rasa panas kini menderanya.

Dande kaget saat sebuah tangan merangkulnya dengan cepat ia menoleh kearah kirinya dimana mata hitam itu menatapnya.

"Kenapa?" tanya Spider menaikkan alis.

"Gak, cuman kaget." jawab Dande cuek.

"Tumben gak bolos?" tanya Spider lagi menatap kedepan.

"Diancam Daisy tadi." ketusnya mengingat gadis berkuncir satu itu. Spider mengacak rambut Dande. Ia tau pemuda manis itu tengah kesal.

"Mau beli apa?" tanya Spider saat mereka berdua tiba dikantin, suasana yang penuh menjadi pemandangan bagi keduanya.

"Mau makan batagor."

"Ayo, aku juga lapar." Spider tetap merangkul  Dande menuju penjual batagor dimana tempat asal mula dirinya disiksa di ruang ketua OSIS.

Spider ingin memesan sepiring batagor untuk mereka berdua tapi tanggapan Dande seperti ini.

"Lo udah miskin? Masa sepiring berdua mana kenyang!" Spider ingin romantis tapi malah di rusak oleh Dande.

"Aku tidak miskin, Dande. Hanya saja ingin merasakan hal berbeda denganmu." jawab Spider setelah menghela nafas dan keadaan kantin yang penuh tidak mendukung niat Spider.

"Cepat pesan, gue udah laper!" katanya mendudukan diri di kursi yang ia pinjam dari penjualnya.

Setelah memesan, batagor Dande datang. Dengan sigap diambil dan langsung dimakan, lapar banget. Spider hanya menatap Dande melupakan batagor yang di pegangnya.

"Lo mau makan atau mau liat gue makan?" ujar Dande menyadarkan Spider yang masih tetap memakan batagor tapi mata coklat itu menatap kearahnya.

"Liat kamu makan." jawab asal Spider, padahal perut kini berbunyi.

MINE DANDELIONWhere stories live. Discover now