ENAM BELAS

565 31 0
                                    

Acara puncak yang paling di tunggu oleh semua yang hadir. Acara kembang api yang di usulkan oleh kepala sekolah dan juga telah dirapatkan oleh OSIS.

Dande merapatkan dirinya pada Spider, mengusap pelan lengannya yang terkena tiupan angin. Spider yang sadar menyampirkan jaket yang memang sengaja ia bawa di bahu Dande.

Dande tersenyum. "Thanks." Spider hanya mengangguk.

"TIGA... DUA... SATU..." teriakan anggota OSIS yang bertugas menyalakan kembang api memberi aba-aba agar siswa yang terlalu dekat perlahan mundur menghindari percikan yang bisa saja menyebabkan luka.

CTUS.... PRAK... CTUS... PRAK...

Kilauan warna warni yang terpecah di atas langit malam sangatlah indah, tak hanya itu berbagai variasi kembang api memeriahkan puncak acara. Dande terpesona mata coklatnya terus mengarah pada langit.

Spider menatap Dande dari samping, pemuda manis di sampingnya ini tidak sadar jika mulutnya terbuka saking asiknya melihat kembang api.

"Kamu suka?" tanya Spider lalu mata hitamnya menatap langit lama kemudian menatap Dande lagi.

"Yah, sudah lama rasanya gue gak liat ini. Mungkin terakhir 2 tahun yang lalu." ujar Dande yang tetap menatap pecahan warna dari kembang api yang meluncur ke atas langit malam.

Spider terdiam, entah bagaimana masa lalu Dande karena Spider tidak pernah bertanya. Tapi kini rasa penasaran mulai menggerogotinya.

"Emangnya tahun lalu kamu tidak lihat waktu pergantian tahun?" tanya Spider heran. Dande menggeleng pelan, raut wajahnya sedih namun seketika digantikan oleh senyum manisnya.

"Tak apa, yang penting gue bisa liat lagi."

Dande kembali menatap ke atas hingga semua kembang api itu habis. Tangannya memegang tangan Spider lalu menariknya menuju parkiran.

"Kita pulang, gue udah ngantuk." katanya menaiki motornya menyala mesin mengkode Spider agar segera menaiki motornya juga.

Mereka berdua pergi dari sana.

Deru motor yang saling bersisian memecahkan malam yang entah mengapa kini sunyi, hanya beberapa kendaraan yang melintas melewati mereka. Tak lama mereka sampai di garasi rumah.

Perubahan mood Dande membuat Spider heran, tidak seperti biasanya pemuda itu. Dengan langkah cepat, Dande memasuki rumah lalu segera menuju kamar. Tak ingin ingatan yang buruk kembali menguasainya, dengan segera ia melepas pakaiannya dan menuju kamar mandi.

Pintu terbuka berpapasan dengan pintu kamar mandi yang tertutup. Spider masuk, meletakkan kunci motor di atas meja dan memunguti baju Dande lalu di masukkan kedalam keranjang pakaian kotor.

Membaringkan tubuhnya diatas kasur seraya menunggu Dande selesai mandi, lalu menanyakan apakah ada masalah. 30 menit berlalu, tidak ada tanda jika Dande akan keluar. Rasa khawatir mulai menguasainya, ia bangkit berjalan menuju pint kamar mandi. Mengetuknya pelan, mencoba memastikan jika Dande tidak pingsan didalam sana.

"Hey, kamu masih mandi?" tanya Spider dengan nada khawatir. Tidak ada jawaban.

"Hey, Dande. Jawab, jangan membuatku takut!" nadanya sedikit meningkat. Namun tidak ada jawaban.

"Hey! Dande, bicara sesuatu." katanya menggoyangkan gangang pintu namun terkunci dari dalam. Karena rasa khawatir yang sangat mendominasi, ia mendobrak pintu itu dengan paksa beberapa kali hingga terbuka menampilkan Dande yang pingsan dalam bahtup.

Wajah pucat dan mata terpejam langsung menyapanya, dengan segera ia menarik handuk mengelap tubuh Dande dan menggendong ke atas kasur untuk dibaringkan.

MINE DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang