DUA

2.7K 101 1
                                    

Cuaca yang agak mendung tak mengurangi aksi bolos Dande siang ini. Mengawasi sekitar sebentar, tetapi mungkin rencananya akan gagal kali ini sebab Spider tak jauh berdiri darinya disana.

Ingin lari pun kini tak bisa, karena baru saja dirinya terjatuh menginjak batu.

"Ack! Batu sialan!" makinya kesal.

Perlahan Spider mendekat menolong pemuda manis yang masih merintih terduduk. Dengan sekali tarikan, Dande berdiri tersenyum manis dihadapan Spider yang menatap datar dirinya.

"Mau kemana?" tanya Spider.

"Eh! Gak kemana-mana, cuman mau duduk diatas aja kok." jawabannya asal dan kurang masuk akal.

Menaikan alis menunggu lanjutan dari Dande yang matanya berkeliaran memaksa otaknya mencari jawaban lain yang mungkin masuk akal.

"Mau kemana?" tanya Spider sekali lagi dengan nada yang menuntut jawaban asli, mata hitam itu menatap wajah Dande yang pucat basi.

"Mau bolos." jujurnya menunduk takut menatap balik mata itu yang seakan membunuhnya perlahan dari dalam

"Kemana?" ketiga kalinya bertanya dengan tatapan semakin tajam, terlihat jelas ada urat dibagian leher, menahan marah.

"Mau ke warung belakang sekolah." katanya pelan, tangannya sakit dicengkeram kuat. Ingin merintih tapi ditahan.

Spider tau dengan jelas, bahkan sangat. Warung belakang sekolah adalah tempat dimana para berandalan sekolah lain berkumpul entah untuk bersantai atau menyusun strategi untuk tawuran. Banyak kasus yang sudah ia tangani dari siswi yang lewat disana.

"Untuk apa?!" nadanya kini mendalam dan menyeramkan untuk pendengaran Dande.

"Shhhhhh!" meringis menatap tangannya yang mulai memerah. Nafasnya tercekat, kata-katanya mendadak hilang, menggigit bibir bawahnya.

"Gue tanya untuk apa lo kesana?!" bentak Spider akhirnya. Tangannya mencengkram rahang Dande membawanya menatap tepat kearah mata hitamnya.

Mata hitam itu semakin menghitam kala pemiliknya semakin marah. Apalagi mengetahui jika tujuan pemuda manis itu adalah tempat yang mengerikan, bagaimana bisa ia tidak marah.

"Jawab Dandelion, mau ngapain kamu kesana?!"

Bukannya menjawab Dande malah meringis, air matanya kini perlahan jatuh tak kuasa menahan rasa sakit yang amat dirahang dan tangannya.

"L-lepas." satu kata menyadarkannya. Dengan segera melepas tangannya, tatapannya kini sedikit melembut mengarah pada rahang yang memerah juga pergelangan tangan yang saat ini dielus pemilik.

"Jawab Dandelion, untuk apa kamu kesana?" nadanya masih terdengar sama walau tidak seperti tadi yang membentak.

Masih menunduk, Dande menjawab dengan takut. "Aku hanya penasaran soalnya banyak yang membicarakannya."

Spider menghela nafas kasar, lihat kelakuannya sangat di luar nalar. Memang benar banyak yang membicarakan tentang warung belakang sekolah dalam hal yang negatif dan Dande penasaran akan hal itu.

"Bisakah kamu simpan saja rasa penasaranmu jika itu dalam hal yang negatif?" kata Spider menuntun Dande untuk duduk di bawah pohon mangga.

Tangan penuh urat itu mengelap air mata Dande, mata coklat itu memerah kesan imut yang ada kini malah menjadi, hingga perlahan amarahnya menjadi turun.

"Gak janji sih, emangnya ada apa sih disana?" tanyanya menyandarkan tubuhnya ke batang pohon.

"Aku sudah bilang kalo disana itu tempat para berandalan sekolah lain berkumpul."

MINE DANDELIONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora