LIMA

1.5K 68 3
                                    

"Itu yang dibelakang jangan main!" tegur sang guru perempuan di depan yang tengah menjelaskan materi.

Dande hanya nyengir saja saat ditegur, dirinya sudah biasa di tegur seperti ini bahkan pernah dikeluarkan dari kelas dan ia sangat senang dapat bolos sesuka hatinya.

"Perhatikan ke depan Dandelion." ucap sang guru yang kini kembali fokus pada buku ditangannya.

Saat ini adalah pelajaran terakhir. Ia kembali dari ruang ketua OSIS pada pelajaran terakhir akan dimulai. Daisy langsung menyadari cara berjalan Dande yang aneh tidak seperti tadi pagi.

"Lo kenapa jalan kayak gitu?" tanya Daisy saat Dande berjalan melewatinya menuju kursinya dibelakang.

"Jatuh!" jawab Dande. Duduk dengan sangat perlahan.

"Karma instan tuh, udah gue bilang jangan bolos masih bolos aja." sembur Daisy.

"Dandelion! Perhatikan!" tegur sang guru kembali.

Semua memperhatikannya, lebih tepatnya apa yang dilakukannya. Bermain dengan mobil Tayo, sudah tidak heran lagi jika setiap guru yang masuk mengajar dan ada Dande didalam kelas pasti pemuda manis itu akan selalu ditegur.

"Sekali lagi, peringatan untukmu Dandelion. Jika kamu tidak memperhatikan apa yang saya jelaskan, jangan salahkan saya nantinya jika nilaimu berada di standar." ancam guru perempuan itu.

Dandelion hanya cuek dengan mengangguk sesekali bermain dengan mobil Tayo ditangannya. Ia duduk sendirian dibelakang.

Pernah suatu waktu Daisy menawarinya untuk duduk bersama dan ini jawaban Dande.

"Gak. Gue lebih suka duduk sendirian."

Meskipun sikapnya nakal, tapi ia kesayangan kelas. Menghormati perempuan, bahkan pernah ia rela wajah manisnya didandani oleh Daisy. Dipaksa lebih tepatnya, di sogok dengan dibelikan eskrim nanti.

Mungkin sudah lelah menegur Dande, guru perempuan itu membiarkan saja Dande bermain meskipun mata coklat itu sesekali melihat kedepan tapi tangannya tetap aktif memainkan mobil Tayo diatas meja.

"Untuk menutup perjumpaan kita pada hari ini, halaman berikutnya adalah tugas untuk kalian kerjakan dirumah. Saya permisi." pamit guru perempuan itu keluar dari kelas.

Dande merenggangkan tubuhnya, mengambil tas yang mungkin hanya berisi satu buku atau dua buku karena terlihat ringan.

"Dande, lo mau main basket gak?" tawar teman cowok sekelasnya.

Dande menggeleng. "Gak, gue mau pulang. Ngantuk."

"Ia deh, yang kesayangan kelas. Kita duluan." pamitnya lalu pergi mengobrol dengan yang lain.

Berjalan perlahan dengan normal, tak lama Daisy datang dengan wajah kusutnya.

"Dande, gue main kerumah lo yah. Udah lama gue gak ketemu Bunda." ujar Daisy.

Dengan segera Dande menggeleng menolak. "Jangan datang!  Eh... Maksud gue kapan-kapan aja deh lo datang, Bunda juga keluar kerumah saudaranya." suaranya terdengar panik.

"Kenapa panik gitu, lo ada sesuatu yang di sembunyikan." Daisy curiga dengan Dande 2 bulan terakhir ini. Sikapnya tidak seperti biasanya.

"Sesuatu apa? Gue gak ada sembunyiin sesuatu." katanya tanpa menatap Daisy.

"Iya deh, gue percaya."

"Uhm... Jadi lo gak kerumah kan hari ini?" tanya Dande memastikan.

"Gak, gue juga rencananya mau selesain tontonan gue yang menumpuk bejibun." kata Daisy dengan tertawa diakhir kalimat.

MINE DANDELIONWhere stories live. Discover now