SEPULUH

1.1K 58 1
                                    

Pagi ini keadaan rumah sepi, memang sepi sih tapi tidak se sepi ini dimana Dande bangun seorang diri. Di atas nakas terdapat stick note dari Spider.

Aku berangkat dulu, jangan sampai telat untuk acara pembukaan.

Sayang kamu

Dande menguap lebar lalu bangkit berjalan kearah luar kamar. Ditangga ia hampir terjatuh karena pandangannya tidak fokus masih merasa melayang. Jika ada Spider, pemuda itu akan memarahinya.

"Makanya cuci muka dulu, kalo kamu beneran jatuh yang sakit kamu sendiri nantinya."

Dande menuju dapur untuk meminum segelas air, setelahnya kembali kekamar untuk mandi dan bersiap-siap.

Tema pakaian yang dipilih sekolah simpel dan elegan. Jadi, pilihannya  jatuh pada kaos putih polos lalu di baluti oleh kemeja hitam yang tidak terkancing lalu celana kain abu-abu, sepatu hitam putih jadi sentuhan terakhir di tubuhnya.

Rambutnya ia biarkan acak, membuat kesan nakalnya terlihat. Diambilnya crossbody bag hitam dari dalam lemari untuk tempat menyimpan ponsel dan dompetnya.

Setelah dirasa ok, ia turun kembali menuju dapur, kali ini ia membuat sarapan, hanya telur dadar di taburi bawang goreng.

Ponselnya bergetar, bertanda ada pesan masuk.

Sudah bangun?

Yah.

Lagi apa sekarang?

Makan, malas bikin yang ribet. Telur.

Jangan sampai telat, sayang kamu
Dan juga hati-hati di jalan

Dande meminum air setelah kuyahan terakhirnya tertelan, bangkit menuju wastafel untuk mencuci peralatan makannya.

Mata coklat itu melirik jam 08:00 tinggal 30 menit acara pembukaan ulang tahun sekolah akan dimulai. Kakinya melangkah menuju garasi dimana motor sport birunya berada.

15 menit ia tempuh menuju sekolah, parkiran kini penuh dengan kendaraan. Mencari motor Spider dan di sampingnya akan ia parkirkan motornya.

Suasana sekolah begitu ramai, cuek dengan yang memanggil namanya karena nada yang di keluarkan menggoda tapi terdengar menjijikkan di telinganya.

Ada beberapa siswa atau siswi yang menggunakan pita berwarna di pergelangan tangan menandakan mereka dari sekolah lain yang di undang sekolah. Di sana diujung koridor, dapat ia lihat Daisy di kerumuni sekitar 3 pemuda dengan warna pita merah.

Karena tidak ada seseorang yang diajak untuk berkeliling jadi ia menghampiri gadis yang rambutnya diikat satu itu kini terurai dengan kepangan kecil di antara dua sisi kepalanya dan di satukan belakang kepala. Rambut yang lain di buat bergelombang bagian bawahnya.

Daisy terlihat feminim dengan dress selutut warna biru langit dengan motif bunga dandelion menghiasinya. Pemuda yang mengenakan sweater abu-abu menoleh kearah Dande saat merasakan ada seseorang yang mendekat membuat semuanya ikut menoleh.

"Bocah SD?"

Daisy mendekat kearah Dande yang berhenti 2 langkah dari mereka. "Gue gak tau kalo lo bisa keren juga " puji Daisy yang lebih ke sindiran.

"Sialan! Gue kan berandalan sekolah. Yah, harus keren dong." balasnya dengan nada sedikit kesal.

"Iya deh, yang kesayangan kelas!"

Pemuda lain ikut mendekat, ingin mengenal seseorang yang disapa Daisy. Gadis itu menoleh saat ada seseorang yang menyentuh pinggangnya, kemudian tersenyum manis.

"Kalian belum berkenalan secara langsungkan? Dia ini, kesayangan kelasku, namanya Dandelion." kata Daisy memperkenalkan Dande yang hanya menatap mereka datar, terlalu malas berkenalan dengan seseorang yang terus mengatainya bocah SD.

"Dande, ini Geranium. Lo pasti udah tau dia siapa gue." ujar Daisy memeluk lengan Geran dengan tersenyum senang.

"Gue gak LDR-an lagi." sambungnya.

Pemuda yang berada di belakang sebelah kiri Daisy mengulurkan tangan. "Kenalin gue, Hirta. Teman dari Geranium." ucapnya ramah.

Dande hanya diam tanpa kata melirik tangan Hirta pun tidak, Hirta kembali menarik tangannya tersenyum canggung. Pemuda yang di sebelah kanan Geranium tertawa pelan akan temannya itu.

"Gue Raltar, salam kenal." pemuda yang pertama kali menyadari Dande mendekat. Matanya fokus kepada wajah Dande yang imut, pemuda yang ikut berbicara saat Daisy dan Geran video call.

"Udah pada kenalkan? Eh, bentar lagi acara pembukaan mulai." kata Daisy saat melihat jam tangannya yang tersisa 5 menit lagi.

Melepaskan pelukannya pada Geran lalu merangkul Dande. "Kembalilah pada sekolah kalian, mungkin kalian sudah dicari. Bye sayang."

Sebelum benar menjauh, Daisy melakukan flykiss kepada Geran yang ditangkap dan dimasukkan kedalam hatinya lalu tersenyum. Dande hanya memutar bola matanya malas, sangat alay menurutnya.

Sebelum kelapangan, mereka berdua menuju kelas hanya sekedar melihat dekorasi kelas karena akan di nilai nantinya.

Dande sedikit kagum akan dekorasi kelas, tembok yang mulanya hanya bercat putih kini disulap menjadi lebih berwarna dan terlihat sangat bagus. Dekorasi kelasnya hampir mirip dengan dekorasi kafe.

"Tes! Tes! Diharapkan semuanya berkumpul dilapangan sebab acara pembukaan ulang tahun sekolah akan dimulai."

Daisy menyeret Dande menuju lapangan, mereka duduk sesuai dengan kelas mereka masing-masing. MC mulai membacakan susunan acara dimulai dengan doa bersama, sambutan kepala sekolah, penyerahan hadiah dari sekolah lain dan penutup.

Dande menguap merasa bosan dengan kepala sekolahnya yang entah membicarakan apa diatas mimbar sana. Mengeluarkan ponselnya, bermain game menjadi pilihannya.

Hampir 1 jam pidato kepala sekolah kini saatnya penyerahan hadiah dari sekolah lain. Mata coklatnya menatap Spider yang memakai jeans hitam dipadukan dengan jaket kulit dalamannya adalah kaos putih. Terlihat keren dengan ramput diacak, menambah kharisma seorang Spider.

Kilatan kamera membuatnya dengus, pasalnya yang memotret adalah seorang gadis dari sekolah ini, kakak kelasnya di tingkat atas. Jadi otomatis yang paling banyak gadis itu ambil adalah gambar Spider.

Mata hitam Spider menatap kearahnya sekilas lalu menatap kedepan lagi. Menundukkan kepala sebagai hormat untuk yang memberikan. Lalu turun dari atas mimbar, Dande semakin kesal saat gadis dari sekolah lain yang duduk dekat dengannya membicarakan Spider.

"Cowok yang tadi sangat tampan deh." ucap salah satu dari mereka memekik pelan.

"Gue denger katanya, itu ketua OSIS sekolah ini. Kalo gitu gue mau sekolah disini." kata mereka lagi.

"Gue iri sama gadis yang sekolah disini pasti setiap hari mereka melihatnya."

Dande cemburu! Jika acara ini selesai ia akan mencari Spider. Bisakah pemuda itu tidak berpakaian seperti itu? Padahal banyak baju Spider tapi mengapa pakaian itu yang ia pakai.

Acara selesai, Dande bergegas pergi mencari Spider. Daisy yang bersama Dande juga pergi menemui Geran.

Sudah setengah sekolah Dande mencari Spider, kini langkah menuju ruang ketua OSIS berharap Spider disana. Tubuhnya ia sandarkan pada tembok di sebelahnya menatap datar pemandangan di depannya.

Spider menatap malas pada gadis yang entah keberapa menyodorkan surat, botol mineral dan coklat.

"Maaf, Kak Spider. Ini aku bawakan air. Aku mohon Kakak terima." kata gadis itu menunduk menyodorkan air mineral kehadapan Spider yang hanya di lihat.

Gadis yang kemarin.

"Buat lo aja. Gue gak miskin." kemudian pergi.

Mendekat kearah Dande yang menatap datar.

"Kamu kenapa natap kayak gitu?" tanya Spider saat berdiri tegak di hadapan Dande.

"Pesonanya kurang ditebar. Sekalian buka baju di lapangan sana, masih banyak yang belum liat!"

Bersambung.

MINE DANDELIONWhere stories live. Discover now