SEBELAS

979 51 2
                                    

Suasana yang semakin meriah tidak sepenuhnya dinikmati oleh Dande. Matanya tak lepas dari Spider sejak menemukan pemuda itu di lorong menuju ruangan ketua OSIS.

Wajah imutnya kini terlihat sedikit menyeramkan. Duduk menyandar pada kursi yang ia tarik keluar kelas hanya untuk mengawasi Spider agar pemuda itu tidak menebarkan pesonanya lagi.

Jika dulu ia membiarkannya sekarang tidak! Pesona Spider hanya ia yang melihatnya tidak untuk orang lain.

Hirta yang kebetulan lewat di belakang Dande berhenti, berjalan menghampiri pemuda imut itu yang katanya berandalan sekolah tapi tidak membuat kekacauan saat ini. Hal itu membuat heran.

"Lo gak liat lomba di dalam aula?" katanya membuat Dande menatap padanya walaupun sebentar.

"Malas."

"Lo ada masalah?" tanya Hirta yang duduk di bawah lantai menatap ke depan meskipun mata hazelnya sesekali menatap kearah Dande hanya untuk melihat ekspresi pemuda itu.

"Gak!" jawabnya dengan nada yang sedikit dinaikan membuat Hirta semakin yakin jika Dande ada masalah.

"Meskipun kita baru kenalan tadi, gue bisa jaga rahasia lo kalo lo mau cerita."

Dande menoleh pada pemuda dengan rambut ikat itu, menatapnya sinis. "Gue gak ada masalah." ujarnya.

"Gue gak maksa lo buat cerita tapi kalo lo ada masalah jangan di pendam sendiri, tubuh lo gak akan mampu untuk terus menyimpannya. Lebih baik lo cerita ke orang yang menurut lo dapat dipercaya." terang Hirta sambil berdiri.

Menepuk pundak Dande dua kali. "Gue pergi. Jika lo mau nyari gue, gue ada di aula." pamitnya lalu pergi menjauh.

Spider sedang berbicara dengan kepala sekolah tapi matanya terkadang melihat kearah Dande.

"Sepertinya begitu Pak. Nanti saya bicarakan dengan anggota OSIS yang lain."

Kepala sekolah mengangguk. "Ok, saya pergi. Selamat menikmati acaranya."

"Bapak juga." balasnya sopan menunduk sekilas lalu menuju Dande yang masih menatapnya seperti tadi.

"Kamu tidak lapar?" tanya Spider kala berdiri di hadapan Dande.

"Gak!" balasnya ketus.

Spider menghela nafas, ia tidak memiliki cara untuk membujuk Dande. Menarik tangan putih itu berdiri tapi ditepis kasar oleh sang pemilik.

"Gue bisa bangun sendiri!" berjalan meninggalkan Spider dengan kaki yang sedikit di hentakan. Spider mengikuti dari belakang.

Dari arah depan ada seorang cowok dari sekolah lain menghampiri Dande.

"Maaf, bisakah aku mendapatkan nomormu? Kamu sangat cantik." ucapnya tanpa malu bahkan mengedipkan matanya.

"Gue cowok bangsat!" makinya. Spider hanya diam tidak berani berbicara yang ada ia tambah salah nanti.

Siswa itu terkejut tapi kemudian tersenyum. "Tak masalah. Yang penting aku punya nomormu."

"Dia punya gue." suara berat dan dingin Spider terdengar hingga suasana menjadi mencekam. Siswa itu meneguk ludahnya takut akan tatapan mata hitam itu yang tajam mengarah padanya.

"Ah! Maafkan aku. Permisi." dengan segera pergi dari sana mengamankan jiwanya yang sepertinya akan tercabut.

Mengerikan.

Dande semakin kesal, tidak bisakah mata orang itu melihat penampilannya yang keren ini.

Tak lama datang 3 orang gadis dari belakang mereka. Berniat ingin berfoto tapi ditolak dengan mentah oleh Dande tak lupa menarik Spider menjauh. Sudah cukup untuk mengambil gambar Spider. Dande cemburu!

MINE DANDELIONWhere stories live. Discover now