Dibelain Ayang

69.4K 3.7K 19
                                    

Gea menatap Amora dengan tajam,  begitu juga dengan Alin.  Amora yang baru datang sangat paham jika kedua sahabatnya ini pasti sedang mempertanyakan Felix.

Amora mengangkat bahu acuh,  ia tak peduli dan tak berniat untuk bercerita jika mereka tak bertanya.  Terlalu malas untuk mengeluarkan suara.

Sejak pertemuanya dengan Edo Amora yang dulunya santai menikmati kehidupanya di tubuh orang mulai merasakan sedih dan ingin kembali ke tubuhnya yang mungkin sekarang sudah mulai di grogoti cacing.

Amora menyukai Edo,  walau Edo sering mengejeknya,  menjailinya,  atau bahkan kadang menghinanya.  Namun Edo juga kadang perhatian padanya,  Edo juga sangat sering meminjam hp nya hanya untuk mendengarkan DJ.  Mungkin bagi orang itu hanya hal biasa tapi tidak dengan Amora yang baperan.

" lo di apain Felix kok jadi pendiam gini? "

Amora menatap Gea

"Gak di apa-apain" jawab Amora jujur,  kan memang benar,  Felix hanya memintanya untuk memasak nasi goreng.

Hah mengingat itu Amora jadi ingat jika bahan masakanya sudah habis dan syukur tadi masih ada sesikit jadi ia bisa memasaki nasgor buat Felix. 

"Lo jujur sama kita Mor,  ada hubungan apa lo sama Felix?  Lo tau kan dia siapa? "

Amora menggeleng,  benar juga,  selama ini Amora hanya tau nama Felix dan Felix si psikopat. tak tau siapa sebenarnya cowok itu.

"Aku ada hutang sama dia,  dan untuk siapa Felix sebenarnya aku gak tau" ucap Amora berbohong. 

"Astagaa, utang apaan lo?  Duit?  Jatah dari bokap lo kurang? "

Amora mencubit dengan gemas pinggang Gea.

"Gak, intinya ada hutang, sekarang ceritakan siapa Felix sebenarnya"

Entah kenapa melihat Ekspresi sahabatnya ini membuat Amora merasa penasaran akan sosok Felix.

"Hahh,  lo keknya ngutang sama orang yang salah mor, si Felix itu anak pemilik sekolah yang sering berlaku seenaknya,  cuma itu sih yang gue tau" jelas Gea.

Amora menghela nafas, kalo itu sih bisa si tebak,  ia kira Felix itu psikopat,  anak mafia kek,  atau ketua geng kek,  atau kapten basket kek,  atau apa lah... Maklum kebanyakan baca novel yah banyak hayalan.

"Dia misterius mor, tertutup dan tak tersentuh,  gak ada di sekolah ini yang berani mendekatinya, kecuali lo.  Berani banget ngutang ama iblis" ucap Alin

Amora menatap Alin,  apa tadi iblis?

"Kok iblis? " tanya Amora mulai kepo. Tapi tak bisa di pungkiri Amora juga memikir demikian saat cowok itu menyatakan jika ia menembak Amora.

"Ya karna..... "

"ALINA!!"

Atensi ketiganya teralihkan dengan masuknya Kendrian dan kedua temanya di ikuti dengan Sera dan Nadira di belakang. 

Nadira terlihat di peluk oleh sera dengan raut ketakutan,  berbeda dengan Kendri yang nampak marah.

Mereka melangkah ke arah Alin, dengan cepat kendrian mencekik leher Alina.

Gea dan Amora nampak panik dan segera mendekati Alin.. Berteriak agar Kendri segera melepaskanya.

"Lepas bangsat,  lo bisa bunuh Alin" teriak Gea.

"Ken.. Lo bisa bunuh dia..." Deri ikut memperingati sahabatnya.

"Diam lo semua,  cewek iblis ini pantas untuk mati..."

'duk'

"Kendri!! "

Semua orang napak kaget, kendrian yang tergeletak di bawah dengan dahi memerah.

"Hem lemah,  di pukul vas aja jatoh" cibir Amora dengan tangan memegang vas bunga kosong yang untungnya tak pecah,  walau tadi Amora sedikit kuat memukuli kepala Kendri.

Oh ayolah,  jika Amora tak begitu mungkin sekarang Alin sudah berada di alam baka. Wajah gadis itu bahkan sudah memerah,  dan lihatlah sekarang ia sedang duduk dengan wajah syok di tenangi oleh gea.  Amora tak tega,  Alin terlihat lemah dengan air mata yang bercucuran.

"Apa-apaan lo?"ucap Sera sambil mendorong bahu Amora kasar.

"Apaan sih? kalian yang apa-apaan? Datang-datang cekik anak orang,  kalo aku gak lakuin itu pasti dia mati,  dan cowok bego itu pembunuh nya" Amora marah,  ia sangat jijik melihat orang-orang bodoh ini.

Kendrian mulai berdiri,  ia menarik sera ke belakang dan mulai menatap Amora tajam.

"temab lo udah buat Nadira syok kar.... "

"Ada buktinya?  Lagian cuma buat syok kan?  Gak buat mati" potong Amora kesal

Kendri nampak menggeram,  dia menunjuk wajah Amora.

"Seorang yang menjijikan kayak teman lo memang pantas mati, lo tau, sekarang ada banyak orang yang menggunakan uang untuk memperalat orang lain, dia bisa dengan mudah menyuruh orang untuk mencelakai Nadira"

"Lo mau bukti?  Hem,  kurir pengantar paket itu mengatakan dengan lantang kalo Alina lah yang mengirimkan, dia memberikan sebuah bangkai dengan belatung di mana-mana hanya untuk membuat Nadira menjauh dari gue,  cih sampai kapan pun gue gak akan pernah suka sama jalang kayak lo"

Amora menatap cowok yang ada di hadapanya dengan tajam,  walau sedikit mendongak.  Maklum pendek.

"Oh ya?  Sorry tapi Alina gak se menjijikan itu,  di miskin btw.  Mau makan aja susah,  apalagi harus nyewa orang nyakitin cewek lo,  oh iya dia juga pobia ama belatung, apalagi belatung kecil lo" ucap Amora mengejek,  dengan di akhiri menatap selengkangan Kendri.

Yang di lakukanya berhasil membuat seisi kelas mengikuti yaitu menatap selengkangan Felix.  Ah Amora ingin tertawa, apalagi melihat wajah memerah cowok itu.

Felix kembali menggeram dengan wajah marah ia mengangkat tanganya bersiap menampar Amora.

Amora yang reflex memjamkan matanya tak merasakan tamparang sama sekali,  ia membuka pelan matanya,  di sana ia melihat Felix tengah memegangi pergelangan tangan kendri.  Mereka saling menatap tajam.

"Banci" ucap Felix ternyum remeh ke arah Kendri.

Amora yang di tarik gea menjauh menatap kagum Felix,  selain karna menyelamatkan Amora dia juga nampak keren. Uhh Amora nampaknya jatuh cinta ini.

"Jangan ikut campur"

Kendri menghempaskan tangan Felix,  ia kembali menatao Felix datar.

"pacar gue mau di tampar, jadi gak salah gue ikut campur" ucap Felix datar,  ia melangkah ke arah Amora dan merangkul pingang gadis itu.

Semua orang di sana nampak terkejut dengan pengakuan itu,  bahkan Amora sendiri tak kalah terkejut.

"pergi, atau lo berurusan sama gue" ucap Felix datar

Kendri menggeram,  ia ingin menghajar Felix tapi perlu berfikir dua kali untuk itu.

ini bukan tentang Felix si anak pemilik sekolah.

Kendri tau siapa sebenarnya Felix,  cowok itu psikopat kejam yang tak pandang bulu. 















Jangan lupa Vote and comen

Terima kasih sudah membaca

Amora (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz