Di Jemput Ayang

63.5K 3.2K 14
                                    

Amora bersenandung kecil sambil memasak di dapur Apartemenya,  hari ini dia akan membawakan Felix ayam kecap.  Bodo Amat jika cowok itu tak suka, ntar kalo gak mau dia makan maka Amoralah yang memakanya.

Amora menata dengan rapi di sebuah kotak makan berwarna pink,  ia juga menyiapkan beberapa lalapan dan air nantinya.

Hah, Amora jadi ingat kalo bahan masakanya hampir habis,  setiap hari masakin Felix juga menguras kantong ternyata.  Oke,  ingatkan Amora untuk mengajak Felix belanja dan meminta cowok itu yang membayar.

"Selesai,  ah somoga tu cowok gak suka,  kan bekalnya bisa buat aku" ucap Amora riang.

Ia meletakkan bekal tersebut di dekat tasnya di ruang tamu, pagi sekali ia sudah menyiapkan buku agar nanti tak terlalu buru-buru.

Setelah memastikan bekalnya aman Amora segera melangkah menuju kamar untuk mandi. 

.....

Tak butuh waktu lama kini Amora telah siap dengan seragamnya,  rambutnya ia kuncir sedikit rapi.  Wajahnya yang terawat itu hanya ia beri serum dan pelembab.

Setelah merasa pas dengab penampilanya Amora segera keluar dari kamar dan menuju ruang makan,  ia akan makan sedikit agar nantinya fokus belajar.

Yah walau ia sudah lulus dulunya bukan berarati dia mengerti semua mata pelajaran saat SMA.

"Ayam-ayam mencret,  eh kamu ngapain di sini?  Syukur aku gak jantungan"

Amora mengumpat kesal,  ia yang keluar dari kamar di kagetkan dengan Felix di ruang tamu.  Cowok itu nampak santai memainkan hanphone tampa peduli kedatangan Amora.

Amora mendengus kesal, mau marah tapi perutnya sedang lapar.  Jadi sarapan lebih baik untuk sekarang ini.

Amora memakan dengan santai sarapannya,  ia yang memasak ayam kecap memilih untuk sarapan itu saja.  Itung-itung hemat kan.

Amora memperhatikan Felix yang sedang menuju ke arahnya sambil membawa bekal yang sudah Amora buatkan.

Dengan santainya cowok itu mengeluarkan bekalnya dan memakan dengan lahap.

Amora sedikit kesal melihatnya,  hey dia udah capek-capek masak pagi-pagi untuk menyiapkan bekal eh tu cowok malah makanya di sini

"tau gitu masak mi instan aja" dumel Amora kesal.  Tapi tak masalah juga sih,  ia tak susah payah membawa-bawa ke sekolah.

"enak gak? " tanya Amora penasaran.

"enak"

"lain kali makan di sini aja yah, ribet bawa ke sekolah" ucap Amora santai.

"hmm"

Amora kembali menatap Felix yang sedari tadi fokus makan.

"Emm, kamu ngapain di sini? " tanya Amora penasaran,  ingatkan Amora nanti untuk mengganti kata sandinya.

"Jemput lo" ucap Felix datar

Sedikit kaget namun Amora juga senang,  dengan Felix yang menjemputnya tentu itu sangat menghematkan.

"Keknya kamu emang suka deh sama aku,  oke-oke, aku tunggu di sofa ya, sayang"

Amora terkekeh,  ia yang sudah selesai segera menuju ruang tamu dan duduk di sana menunggu Felix.

Dari kejauhan Amora melihat Felix yang terdiam,  ada apa dengan cowok itu?  Mengedikan bahu acuh Amora memilih untuk memainkan handphonenya.

Sedangkan Felix, cowok itu sesikit kaget mendengar kata 'sayang'yang Amora ucapkan.  Ada perasaan aneh yang muncul,  telinganya terasa memanas. 

Felix tak bodoh untuk tau perasaan apa ini,  sejatinya sejak kejadian ia jatuh dari pohon itu sudah ada rasa ini,  rasa yang dapat Felix simpulkan sebagai rasa ketertarikan,  atau rasa 'suka'ah Felix terlalu gengsi untuk mengungkapkanya.

"Udah? Eh tungguin el" Amora berlari melihat Felix sudah di ambang pintu.

.........

"Makasih, eh nanti siang temani belanja yah" ucap Amora tampa peduli bahwa mereka sedang menjadi pusat perhatian pagi ini.

"Hmm"

Amora tak peduli seperti apa jawaban Felix,  ia tau cowok itu tak akan menolak.  Hey bahan masakan Amora habis ya gara-gara masakin si Felix.

"ntar kamu bayarin yah,  kan belanja buat kamu juga" ucao Amora santai,  ia takut pada Felix tapi untuk urusan ini gak ada kata takut. 

"Hmm"

"Yaudah aku ke kelas, bay sayang"

Amora sengaja mengeraskan sedikit suaranya,  ia memang awalnya sangat kesal ketika Felix mengaku-ngaku pacarnya,  tapi setelah di pikir-pikir gak papa juga sih,  gak rugi juga.  Felix ganteng, ganteng banget malah.

"Cie yang datang bareng ayang, padahal ngakunya gak suka"

Amora menatap gea dan Alin cengengesan. Mau menaolak tapi itulah faktanya.

"itu tadi Felix yang maksa,  aku juga udah nolak" ucap Amora, ia memang tak menceritakan kejadian penembakan malam itu kepada kedua gadis ini.

"gak yakin gue,  Felix gak sebaik itu mor" ucap Alin.

"Iya,  yakin aja deh lin,  Felix sebaik itu liat aja kemarin dia nolongin kita" ucap Amora mengingatkan.

"Nolongin lo aja kali" gea nampak menyahut kesal,  temannya ini nampak tak peka.

"tapi kalian juga ikut tertolong kok" ucap Amora sambil terkekeh mengingat kejadian kamarin.

Hey,  pasti sakit sekali itu si kendri.

"Gimana itu si kendri?  Masih marah-marah gak jelas? " Amora mencoba untuk membuka pergibahan di pagi ini.

"Gak,  dari tadi juga gak kelihatan batang hidungnya,  malu kali" ucap Gea mengejek lalu di akhiri tengan tawa,  Amora sontak ikut tertawa namun tentu tidak untuk Alin.

"keknya lo keterlaluan deh semalam mor,  pasti dia sakit" ucap Alin pelan dan yah seperti tebakanya pasti dua gadis itu menghentikan tawa dan menatap ke arahanya dengan tajam.

"lo masih suka ama tu cowok?" tanya gea di angguki Amora.

"Emmm...... "

"Suka boleh lin,  bodoh jangan, masa kamu masih suka sama orang yang jelas hampir ngirim kamu ke akhirat" ucap Amora kesal.

Alina menggaruk pipinya bingung,  gimana yah jelasin ke kedua sahabatnya ini.

"Cinta itu buta mor ge,  coba deh kalian jatuh cinta pasti lebih dari gue" ucap Alin

"Amit-Amit" ucap Gea dengan wajah jijik.

Amora menatap Alin dengan ekspresi tak jauh berbeda dari Gea.

......

Untuk kesekian kalinya Amora masih saja tak percaya dengan apa yang ia alami sekarang. Ia menikmati hidupnya kini,  menganggap sahabat Amora Amerta sahabatnya juga, menganggap orang tua Amora orangtuanya juga, apalagi duitnya.

Amora ingin sekali mengelak dan kembali ke rumah emak dan bapaknya,  namun tentu itu adalah hal mustahil.  Bisa-bisa ia di tendang oleh abngnya yang tentara.

Hah memikirkanya Amora jadi mengingat Edo,  cowok itu selama dua hari ini terus mengirimnya pesan,  dia juga mengatakan akan pindah ke sekolah yang sama dengan Amora. Namun tentu bukan untuk mendekati Amora,  cowok itu pindah karna ayahnya yang seorang dokter bertugas di kota ini.

Amora sedikit senang saat itu,  namun fikiranya tiba-tiba tertuju pada Felix.  apakah nanti Felix akan merasa cemburu?  Ah dasar Amora,  percaya diri sekali dia.

Terima kasih sudah membaca

Jangan lupa vote and comen

Amora (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin