Amora terus berlari menyusuri hutan, yah hutan. Awalnya Amora kira ia hanya berada di desa- desa ternyata ia berada di hutan belantara, buktinya sudah hampir satu jam Amora berlari namun belum juga menemukan satu orang pun manusia.
Dari kejauhan terdengar suara derum mobil, Amora yakin pastilah itu mobil para anak buah si Sera.
Ingin terus berlari namun rasa lelah membuat Amora harus berhenti di bawah sebuah pohon besar.
Tak lama, Amora kembali berlari menyusuri hutan namun karna tidak hati - hati, Amora terjatuh dan kakinya tersayat sebuah kayu runcing di hutan ini.
"Aws... Aduh berdarah lagi"
Amora panik sendiri saat melihat luka sobekan dan darah yang keluar begitu banyak, kakinya cukup terasa sakit untuk kembali berlari padahal suara mobil anak buah Sera semakin mendekat.
Tak mau kembali lagi kerumah itu dan menjadi korban si kendri, Amora dengan sekuat tenaga kembali berlari menahan rasa sakit yang berada di betisnya.
Namun untuk kedua kalinya Amora kembali terjatuh, kepalanya terbentur sebuah pohon dengan keras. Seketika pandangan Amora memburam hingga gelap. Amora pingsan dengan luka sobekan di betisnya yang masih mengeluarkan darah.
......
Suara gelak tawa menyambut Amora saat ia mulai tersadar dari pingsan-nya. Dengan pandangan yang masih buram Amora mulai melihat beberapa orang berdiri mengelilinginya.
Dapat Amora rasakan bahwa sekarang ia sedang duduk terikat di sebuah kursi.
Suasana juga nampak terang, bukan karna lampu tapi ternyata hari sudah mulai pagi.
"Wahh princess kita udah bangun nih... Gimana, mau di mulai sekarang?"
"Jangan dulu... Gue mau balas apa yang dia lakuin ke gue"
"Mau lo apain ser?"
Sera tersenyum penuh makna, dapat Amora lihat gadis itu kini melangkah ke arahnya. Amora yang lemah hanya bisa diam menatap apa yang akan di lakukan Sera.
Sera mengambil salah satu kursi lalu mendudukinya di hadapan Amora. Gadis itu manatap luka sobekan Amora, reflek Amora ikut menatap arah pandang Sera.
Luka sobekan nya tak lagi mengeluarkan darah, dan di atasnya nampak sehelai kain terikat begitu erat.
"Kalo gue tekan gini sakit..hm?"
Amora meringis saat Sera dengan santainya menekan luka sobekan di betis Amora.
"Mau di tambah gak?"
Amora diam mencoba memendam rasa sakitnya. Yah, sesakit apapun itu Amora berusaha tak akan menangis terlihat lemah di hadapan Sera.
"CK, sok kuat lo.... Ca ambilin gue palu"
Eca yang di suruh nampak menurut saja, ia melangkah menjauh untuk mencari barang yang Sera minta.
Tak lama, Eca kembali datang dengan sebuah palu berukuran jumbo di tanganya, gadis itu nampak ke susahan membawa palu tersebut.
"Mau lo apain? Ingat ser, kita culik dia bukan untuk membunuh " ucap Eca setelah palu tersebut berada di tangan Sera.
"Gak, gue cuma mau patahin tulang kakinya aja dikit" ucap Sera di akhiri dengan tawa mengerikan.
"Ser" tegur kendri
Sera menatap kendri bingung "kenapa? lo gak tega? Masih cinta lo sama ni cewek?"
Kendri nampak salah tingkah mendengar pertanyaan Sera, berdehem sejenak kendri melangkah mendekati Sera, mengambil palu tersebut dari tangan gadis itu.
"Lo tau siapa yang gue cintai Ser, masalahnya gue masih butuh kakinya.... Lo bisa make cara lain" ucap Kendri serius.
Sera ingin membantah namun akhirnya ia mengalah saja.
Intraksi itu tak luput dari perhatian Amora, gadis itu sedari tadi hanya diam seakan pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Oke, gue gak bakal pake cara itu tapi gue bakal pake cara...."
'plak'
'bug'
Sera dengan santai menampar Amora dan menendang luka sobekan di betis gadis itu.
'akh'.
Amora kembali meringis menahan sakit.
Namun Sera tak hanya sampai di situ saja, gadis itu menyayat betis Amora yang lainya dengan silet. Entah di mana gadis itu mendapatkannya, sekarang Amora hanya fokus menikmati rasa perih dari sayatan silet tersebut.
"Hahahah, ni..... Makan ni... Untuk sekarang betis aja yah, nah kalo lo udah selesai kendri dan anak buah gue pake baru kita lanjut ke anggota tubuh lainya...hahaha" Sera terus melancarkan aksinya dan di tonton oleh Eca dan Kendri serta beberapa pria di ruangan itu.
Namun kegiatan Sera harus terhenti dengan suara gaduh berasal dari luar, dengan cepat beberapa pria bertubuh besar itu membuka pintu mengecek keadaan di luar.
Sera Eca serta kendri tak mau ketinggalan, mereka juga ikut keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Di sana mereka dengan jelas melihat semua anak buah mereka bersimbah darah, tergeletak tak bernyawa di lantai.
Di sana juga berdiri beberapa orang pria dengan senjata lengkap dan sedang menodongkan senjatanya pada anak buah yang tersisa dan ketiga remaja itu.
"Siapa kalian?" Teriak Sera marah.
"Di mana nona Amora?" Tanya salah satu dari pria bersenjata itu.
Sera terdiam, fikiranya lansung melayang pada si Felix. Apakah orang- orang ini suruhan Felix.
Sera menatap Kendri yang diam saja, ia menyenggol lengan cowok itu membuat kendri lansung menoleh padanya.
Mereka saling tatap dengan mata saling kode.
Tak mau kalah begitu saja, Kendri dengan lincah mengambil pistolnya lalu menembak salah satu dari pria bersenjata itu. Seketika semuanya kembali berantakan, sibuk saling tembak antara anak buah Sera dan pria- pria bersenjata itu. Sera memanfaatkan keadaan ia menarik Eca kembali memasuki ruangan tadi.
Di dalam Amora nampak masih duduk di kursi dengan wajah pucat, menatap Sera dan Eca datar.
Selain Karna kehabisan banyak darah Amora juga belumlah makan sejak saat Sera memberikan roti. Dan jika Amora tak salah, ia berada di rumah ini sehari semalam, ah atau dua hari dua malam.
"Gimana ini Ser, aku takut" Eca memegangi tangan Sera, menatap cemas dengan wajah polosnya.
"Gue juga gak tau, sana Lo jangan pegang- pegang" Sera menghempaskan tangan Eca kasar.
Eca yang mendapatkan perilaku itu seketika menangis, membuat Sera bingung sendiri dengan tingkah gadis itu. Padahal dia tak terlalu kasar tadinya.
"Hiks.... Hiks... Kamu tega benget Sera.."
Memutar bola mata malas, sera kembali duduk di kursinya tadi. Sekarang ia hanya bisa berharap Kendri dan anak buah mereka menang.
Merasa tak di perhatikan oleh Sera lagi dan Amora juga nampak mulai tak sadarkan diri. Eca segera melangkah menuju jendela ruangan itu.
Mengintip ke adaan di luar, merasa aman Eca dengan perlahan membuka jendela tersebut dan lansung keluar dari rumah itu, Sera tau apa yang di lakukan Eca maka dari itu ia mengikuti gadis itu dari belakang. Meninggalkan Amora yang masih terduduk di kursi.
Tak lama, pintu ruangan terbuka dengan kasar.
Amora yang masih setengah sadar dapat melihat seorang pria yang amat ia kenali memasuki ruangan itu dengan gagahnya.
Pria itu melangkah ke arahnya, melepaskan ikatan tangan dan kaki Amora lalu membawa Amora ke pelukannya. Di ujung kesadaran amora sempat tersenyum manis.
Setidaknya jika ia mati kali ini bukan di Sampar petir lagi, namun di pelukan cogan.
Vote comen gaes
YOU ARE READING
Amora (END)
General FictionAmora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang berubah 180°. Tak terlalu bodoh untuk berfikir apa yang terjadi padanya, hingga menikmati adalah jalan...