1

3.3K 263 7
                                    

____________________

Aku pernah membayangkan, bagaimana rasanya berdiri berdampingan bersamanya dan menggengam tangannya.

____________________

.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

.

.

Menikah.

Satu kata itu sudah berhasil membuat sesuatu yang disebut 'senyuman', luntur tanpa jejak dari wajah Naruto.

Pria tersebut masih mencoba memahami sejelas-jelasnya apa maksud sang ayah sampai bisa mengatakan hal paling tidak masuk akal seperti ini, namun sampai otak Naruto ingin meletus sekalipun, ia tetap tidak mendapatkan satu pun pencerahan sebagai jawaban.

Sekiranya, Naruto baru saja datang karena mendengar kabar jika sang ayah sedang sakit keras, tetapi, bukan hanya disodorkan tubuh lemah tak berdaya di atas ranjang, ia juga dihadapkan sebuah permintaan yang -- sampai sekarang masih terlalu sulit diterima.

"Apa maksud Ayah?"

Seorang pria lain yang lebih dewasa dan sedang bersandar pada kepala ranjang -- kini membalas tatapan mata yang disinari warna serupa dengan miliknya. Namikaze Minato tidak bercanda ketika memberi kabar bila dirinya sakit, terbukti dari seberapa pucat kulit si paruh bayah.

"Ayah ingin kau menikah."

Naruto mulai merasa tidak nyaman. Ini terlalu tiba-tiba baginya. Terlebih, ayahnya meminta ia menikah dengan orang yang bahkan--

Hahh ... Naruto menarik napas pelan.

Anak dari sahabat dekat sang ayah.

Ayahnya meminta ia melakukannya dengan anak dari Hyuga Hiashi.

Yang benar saja!

"Aku tidak mungkin menikahinya. Aku tidak memiliki hubungan apa-apa, bahkan tidak ada rasa sedikit pun padanya!" Naruto ingin angkat kaki. Sungguh, ia ingin pergi dari tempat ini. "Aku--"

"Ini sudah menjadi keputusan."

Naruto mendesis pelan. Ekspresinya menampilkan gurat tidak senang. "Aku tidak akan mengikuti keinginan Ayah."

"Naruto--" Minato menjeda. Dadanya menjadi terasa sakit. Helaan napas itu berubah tidak begitu stabil, hingga Naruto menjadi khawatir tatkala dihadapkan raga sang ayah yang tengah merasa sesak.

Namikaze Kushina, telah ikut memasuki ruangan dan merasa terkejut ketika mendapati sang suami sedang kesakitan.

"Ayah Naru!" Kushina mencoba memberi pertolongan. Berusaha menenangkannya agar sang suami merasa lebih baik.

Beberapa saat kemudian, barulah Minato lebih mendingan dan dapat terlelap meski masih dengan raut wajah yang mengernyit -- menandakan bila masih ada rasa sakit tertentu yang dirasakan.

Kini, pandangan Kushina tertuju pada anak satu-satunya yang berada dalam ruangan. Perasaannya mengatakan pasti ada satu pemicu. Dan Ia yakin, hal ini pasti ada kaitannya dengan Naruto.

"Ikut Ibu."

Dengan perasaan yang masih sedikit cemas karena melihat keadaan sang ayah, Naruto mengikuti langkah tersebut untuk tiba ke ruangan lain.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now