42

1.7K 209 73
                                    

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

Happy Reading

.

.

Rumah yang kosong. Ini sudah bukan hal yang aneh bagi Naruto.

Setiap hari, tempat itu memang selalu kosong dan sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, selain jejak dirinya sendiri yang mengisi tiap sudutnya.

Namun sekarang, entah mengapa Naruto merasa kesepian secara mendadak. Rasa sepi yang terlalu dalam, hingga tempat ini seketika saja berubah hampa dan dingin.

Bukan hanya mengenai rumah, tetapi Naruto sadar bila ada ruang lain yang ikut merasakan hal serupa.

Perasaannya.

Setelah pembicaraan bersama Hinata beberapa saat lalu, efek dari rasa tak menyangka itu masih sangat pekat hingga sekarang.

Naruto tetap pada pendapat yang ia kemukakan.

Omong kosong.

Hinata benar-benar sangat penuh omong kosong.

Naruto ingin tertawa dengan keputusan spontan yang dia ambil.

Pertanyaannya, apa sebegitu bencikah Hinata padanya hingga rela bertindak seperti ini?

"Sudah cukup bagiku merasakan penderitaan karena kata cinta. Yang aku butuhkan sekarang adalah seseorang yang bisa menerimaku dengan sepenuh hati."

Perlahan, samudra itu terpejam. Ada pertanyaan lain yang hadir di kepala Naruto.

Apa ... kesempatan itu benar-benar tidak tersedia lagi?

Dengan cukup kasar, Naruto meraih botol minuman di hadapannya. Ia berniat akan menuangkan isinya ke dalam gelas, tetapi sesaat, Naruto terdiam.

Keparat, hal ini tidak membantu sama sekali. Tidak bisa memberinya ketenangan sama sekali.

Karena Naruto tahu, yang ia butuhkan sebenarnya bukanlah alkohol, tetapi Hinata.

.

.

Boruto merasa sedikit tidak mengerti. Beberapa hari ini, sang ayah yang kerap datang mengantar dan menjemputnya ke sekolah, menjadi tidak pernah lagi terlihat batang hidungnya.

Setiap kali Boruto menunggu jemputan di halaman sekolah, yang datang pasti bukan sang ayah.

"Ibu, kenapa Ayah tidak pernah datang lagi?" Boruto merasa curiga. Pasalnya, beberapa waktu lalu, ia pernah mendengar sang ibu mengujarkan kalimat larangan agar ayahnya tidak datang ke rumah mereka lagi. Boruto hanya merasa, jangan-jangan ini ada kaitannya.

"Ibu melarang Ayah datang?" Boruto seperti menuntut pengakuan.

Sembari mencoba mengabaikan ucapan sang anak, Hinata hanya berusaha menyibukkan diri dengan buku catatan.

"Ibu!" Dan karena merasa tak dihiraukan, Boruto langsung melepas mainan di tangannya dan berjalan mendekat agar bisa menarik perhatian. "Mana Ayah?"

Pada akhirnya, Hinata kalah. Terlalu mudah kalah bila bersama Boruto.

Sang putra sudah berdiri sangat dekat, bersama tangan yang memberi goncangan pelan pada pergelangannya.

"Ibu tidak tahu, Boruto. Mungkin dia sibuk." Hinata mencari alasan untuk menyudahi pembahasan.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang