41

1.5K 188 90
                                    

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

Happy Reading

.

.

Bangku panjang di area yang sepi. Hanya sedikit orang yang mendiami lokasi taman tersebut.

Ada sepasang lansia yang tampaknya tengah menikmati waktu romantis bersama. Mereka berposisi di satu bangku lainnya dalam jarak beberapa meter, dengan sang wanita yang tengah duduk di kursi roda, dan si pria tengah melantunkan guyonan hingga berakhir membuat mereka berdua tertawa.

Cinta.

Bahkan hanya dengan melihatnya, Hinata bisa tahu seberapa saling mencintai sepasang manusia di sana.

"Maaf, aku terlambat. Jalanan tadi cukup ramai."

Kepala Hinata berpaling ke sumber suara.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Toneri datang juga.

"Tidak apa-apa. Aku yang seharusnya meminta maaf karena sudah mengganggu waktumu."

Toneri tersenyum. "Tenang saja, tidak ada waktu yang sia-sia bila itu untukmu."

Hinata sedikit bersemu. Bukan hal baru baginya mendengar Toneri megucapkan kata-kata manis. Tetapi, setelah pria tersebut menyatakan perasaan padanya, Hinata jadi merasakan hal yang sedikit berbeda.

Toneri mengambil duduk di sisi Hinata. Rambut halusnya tertiup angin dengan pelan.

"Mereka terlihat bahagia," Toneri ikut memberi komentar setelah melihat pasangan senja di depan mereka. "Ketika sebuah hubungan terjalin dengan baik dan berjalan semestinya, semua menjadi sangat indah."

Kepala Hinata tertunduk. Telapak tangannya saling menggenggam di atas pangkuan.

"Jadi, ada apa kau meminta bertemu?"

Jantung Hinata segera berpacu dengan cepat. Pikirannya terasa mengambang untuk sesaat, sebelum mulutnya berkata.

"Mengenai pernyataanmu waktu itu ..."

Kepala Toneri menoleh. Ia menatap Hinata secara langsung. Sangat serius, seolah tengah menyelami sang wanita.

"... aku sudah mempertimbangkannya."

Perlahan, kedua alis Toneri menekuk lumayan erat. "Lalu?"

Hinata terdiam. Mungkin sedang mencoba mempersiapkan diri. "Apa ini akan baik-baik saja?"

"Kau ragu?"

"Aku ... hanya merasa bila diriku sangat jahat padamu."

"Kenapa?"

Kini, Hinata membalas tatapan Toneri. "Aku terkesan memanfaatmu. Jika aku menerimanya--"

"Bukankah sudah kubilang, aku bukan hanya ingin sekadar bersamamu, tetapi juga ingin membantumu untuk terlepas dari masa lalu."

Hinata terdiam.

"Seharusnya, kau sudah memahami maknanya. Namun, aku tidak memaksa." Senyuman. Toneri memang pria yang selembut itu. "Hanya kau yang tahu, apa yang terbaik bagimu."

Sejuk. Hinata merasa dadanya seperti sedang dipeluk erat. Seperti tengah menerima uluran tangan di saat dirinya terjatuh.

"Baiklah."

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang