9

1.6K 242 59
                                    

____________________

Mereka berkata, hidupmu tidak sedang kacau, kau hanya sedang merasa lelah.

Tentu saja, bukankah terus berlari memang begitu melelahkan?

____________________

.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

.

.

Sadar atau tidak, sedari tadi, mata Naruto tanpa putus terus melirik pada sosok di sana.

Hinata dengan pakaian kerjanya terlihat sedang berjalan ke segala arah, seperti sedang mencari sesuatu bersama raut wajah yang merengut kecil.

Rambut panjangnya disisipkan sembarangan ke belakang telinga, lalu melanjutkan kegiatan sembari sesekali bergumam.

Dia membuka meja dan laci, berlutut untuk mengintip bawah sofa, lalu memegang jidat seolah sedang mencoba berpikir. Dirinya sempat berlari ke dalam kamar, setelah itu keluar kembali untuk memastikan keadaan ruangan televisi sekali lagi.

"Di mana aku menyimpannya?"

Ratapan tersebut sampai ke telinga Naruto. Sepertinya, Hinata telah kehilangan sesuatu dan kini sedang kesulitan menemukannya.

Kemarin, saat hari sudah melewati tengah malam, Naruto memang sempat mendapati Hinata masih berkutat dengan layar laptop. Bisa dipastikan jika perempuan itu bekerja hingga tidak tahu waktu.

Dan mungkin, ia sedang mencari sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Ketika mendapati wanita tersebut kembali berjalan ke arah kamar, Naruto bangkit dari tempat yang ia diami dan berjalan menuju sofa.

Matanya bergerilya sebentar menatapi sekitar dan secara sadar mengangkat beberapa bantalan sofa.

Sesuatu yang terhimpit di sekitar garis dudukan empuk tersebut menarik perhatian. Alis Naruto sedikit mengernyit karenanya. Mengapa bisa Hinata melepaskan cincin pernikahan mereka di sini?

Saat Naruto mencoba meraihnya, bersamaan pula dengan si wanita yang datang sembari menghela napas pasrah. Dia sudah lelah.

"Kau mencari ini?"

Atensi Hinata teralih. Sesuatu di tangan Naruto membuat ia terlonjak pelan. Itu yang ia cari.

Kakinya hampir saja berjalan mendekat dengan segera, tetapi, Hinata seketika tersentak dan berhenti dalam pergerakan.

Ia saling menatap bersama Naruto, pun Hinata merasa berat saat harus berdekatan dengannya.

Sadar akan raut wajah sang wanita, Naruto meletakkan benda tersebut ke atas meja lantas berjalan ke arah lain.

Barulah Naruto menjauh, Hinata bergegas meraih cincin itu dan melirik pada jam.

Astaga. Dia sudah hampir terlambat.

"Ingin ku antar?"

Entah karena menangkap raut resah yang hadir di wajah Hinata, tawaran itu mendadak keluar dari mulut Naruto.

Hinata sempat terkejut mendengarkannya. Namun, ia mencoba mengontrol diri.

"Tidak perlu."

Naruto tidak menanggapi.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now