20

1.7K 231 38
                                    

____________________

Bukankah rasa sakit itu lebih baik dibanding rasa malu?

____________________

.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

.

.

Hinata belum tertidur sama sekali.

Meskipun tubuhnya sudah berbaring cukup lama di atas ranjang, rasa kantuk belum menyentuh kesadarannya sedikit pun.

Hinata tidak tahu harus melakukan apa di jam-jam seperti ini. Tidak ada acara menarik yang bisa ditonton atau pekerjaan yang harus diselesaikan.

Maka yang terjadi, Hinata memilih berdiam diri di dalam kamar.

Suara dari rumah tetangga sempat mengganggunya beberapa saat lalu. Mungkin ada acara tertentu yang sedang berlangsung hingga cukup bising, meskipun hari sudah menyentuh larut.

Tidak bisa tertidur dan tidak tahu harus melakukan apa, Hinata meraih ponsel. Apakah ia bisa menghubungi Sakura saja? Pasti menyenangkan berbicara dengannya.

Namun sejenak, Hinata terhenti saat jemarinya sudah hampir menyentuh tanda 'hubungi'. Bagaimana jika Sakura sudah tidur? Seharian ini dia tampak sibuk. Pasti sang sahabat merasa kelelahan.

Alhasil, Hinata membatalkan niat untuk mengajak Sakura berbincang.

Lalu kemudian, pandangannya tertuju pada kontak lain yang tertera di sana.

Beberapa hari lalu, Natsu mengirimi sesuatu ketika Hinata sedang sibuk dengan tanaman di halaman belakang.

Hinata sudah pernah melihatnya, namun, ia merasa ingin melihatnya kembali. Ini adalah foto yang diambil saat itu; sesuatu yang menampilkan dirinya dan Naruto duduk berdampingan, dengan bayi Natsu yang berada dalam pelukan sang pria.

Natsu berkata mereka sangat mirip orangtua baru.

Kalimat yang begitu menohok bagi Hinata.

Setelahnya, Tatapan itu melemah. Hati Hinata berdesir. Jujur, Ia sudah lelah menangis. Semakin banyak dia menangis, semakin Hinata sadar betapa menyedihkan dirinya.

Sakura benar. Jika semakin lama hal ini tertunda, semakin buruk pula bagi dirinya.

Cukup kasar, Hinata membuang helaan napas. Ia tatap sekali lagi foto di layar ponsel tersebut, lalu setelah itu ... menghapusnya.

.

.

Naruto merasa gelisah. Sedari tadi, ia hanya berguling kesana-kemari tidak menentu tanpa bisa terlelap sedikit pun. Seolah matanya adalah mercusuar, ia menyala sangat terang. Tidak ada tanda-tanda bila akan terlelap dalam waktu dekat.

Padahal, Naruto sangat ingin bisa tertidur saat ini juga. Dia harus beristirahat, karena esok harus bekerja.

Tetapi--sial, masalah tidur yang sudah diderita beberapa tahun ini, benar-benar menghancurkan segalanya.

Sekarang, pandangan biru itu hanya mengarah datar pada langit-langit kamar. Dan sudah pasti hal yang akan terjadi dalam keadaan seperti ini -- adalah datangnya bayangan dan khayalan.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now