36

1.6K 218 78
                                    

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

Happy Reading

.

.

Hinata masih belum berkata apa-apa.

Setelah mendengar ucapan Naruto, jiwanya seperti sedang digoncang sanga hebat.

Tidak bisa melupakannya?

Dalam definisi apa maksudnya?

"Aku mengaku sudah bersalah padamu. Aku membuatmu banyak mengalami hal yang menyakitkan."

Mereka terdiam.

Naruto sebenarnya bukanlah orang yang suka bila perkataan seriusnya tidak menerima tanggapan oleh lawan bicara. Tetapi, karena yang ia hadapi adalah Hinata, Naruto sadar bila dirinya harus memberi waktu.

"Dan aku menerima ganjarannya. Semua yang terjadi mulai menjadi mimpi buruk bagiku setiap saat."

"..."

"Aku terlambat. Saat perlahan aku menyadari perasaanku, keputusanmu sudah tidak bisa dibantahkan lagi. Saat itu, aku berpikir untuk memperbaiki segalanya, namun--" Tak berlanjut, perkataan Naruto terhenti saat Hinata menjauhkan diri dan masuk dengan cepat ke dalam kamar.

Hinata ingin segera meraih Boruto dan membawanya pergi dari sini.

Tetapi, Naruto belum selesai.

"Hinata!"

Tak ada tanggapan. Hinata menepis saat pria tersebut kembali mencoba menyentuhnya.

"Aku bersungguh-sungguh ingin memperbaiki--"

"Hentikan!" Mendadak saja, Hinata berbalik. Matanya sedikit berkaca saat menatap langsung wajah Naruto. "Aku tidak ingin mendengar apa pun. Aku datang hanya untuk mengambil anakku, bukan yang lain."

"Aku ingin kau tahu jika selama ini aku juga menderita," Naruto mendesis dalam hati. Sial. Dia sampai berkata sejauh ini. Naruto tidak pernah berpikir bila harga dirinya bisa sejatuh ini karena sebuah perasaan. "Aku benar-benar tidak bisa melupa--"

"Sudah tidak ada artinya, Naruto."

Bibir Naruto tertutup.

"Aku sudah sempat memberimu kesempatan saat itu, tapi kau sendiri yang menyia-nyiakannya."

Benar, di malam percintaan mereka, Hinata sudah melakukannya. Ia kembali mencoba membuka hati bagi Naruto. Sempat berpikir bila Naruto telah menginginkannya saat itu.

Tapi, semua hanya omong kosong.

"Dan seperti yang kau katakan, kau terlambat. Apa pun alasan yang kau ucapkan, ..." Hinata menggeleng pelan. "... tidak berguna lagi."

Jemari Naruto terkepal sangat erat.

Hinata ingin menyudahi semua pembicaraan menyesakkan ini dengan segera. Ia meraih Boruto. Tindakannya mungkin sedikit kasar karena Boruto tersentak kaget.

"Boruto? Kita pulang, Sayang."

Boruto menggeliat pelan. Salah bangun membuatnya langsung menangis dan sempat tidak mau diangkat.

"Tidak mau ..." Boruto merengek pelan.

"Ayo, kita harus pulang. Sudah semakin malam sekarang." Hinata berhati-hati saat membantu sang anak bangkit terduduk. "Maaf karena Ibu sudah mengganggumu, ya?" Kemudian, Hinata berhasil menggendongnya.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang