15

1.9K 244 40
                                    

____________________

Bukankah cinta memang bisa berbentuk apa saja?

____________________

.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

.

.

Waktu terus berjalan tanpa jeda. Pagi ini, Hinata sudah terlihat sibuk melakukan aktivitas sebagai satu-satunya wanita di dalam rumah.

Sebenarnya, suasana hatinya masih kurang bagus sejak kejadian di mana Naruto yang datang ke rumah orang tuanya dan menabur sikap-sikap manis selayaknya menantu idaman, yang sebetulnya hanyalah perbuatan semu semata.

Itulah mengapa, Hinata sengaja bangun lebih cepat pagi ini dan beberes rumah sesegera mungkin, agar ia dapat segera pergi sebelum Naruto keluar dari kamar.

Semua pekerjaan itu akhirnya selesai sesuai harapan. Selepas bersiap, Hinata hanya tinggal mengatur rapi beberapa berkas yang sengaja ia simpan di meja depan, lalu akan berangkat pergi bekerja.

Sayangnya, saat ia hendak mendekati meja tersebut, ternyata Naruto sudah berada di sana; sedang duduk dan merapikan kerah kemejanya, dengan jas yang belum dikenakan dan hanya tersimpan di lengan sofa. Hinata tidak tahu bila Naruto sudah keluar dari kamar sejak tadi.

Saat lelaki itu menoleh menatapnya, Hinata merasa percuma untuk bersikap seolah tidak saling menyadari keberadaan satu sama lain.

Dengan langkah sedikit enggan, Hinata telah berjalan mendekat. Tujuannya adalah untuk meraih tas miliknya dan barang-barang lainnya di sana.

Dari seberang meja, ketika tangan si wanita terulur untuk mengemas beberapa hal di depannya, Naruto ikut bersikap seolah tidak peduli. Ia tidak beranjak untuk menjauh, namun juga berlagak seakan Hinata tidak ada di sana.

Tetapi, beberapa lembaran mendadak berhamburan ke lantai beserta map yang menaunginya. Hinata terkesan terlalu tergesa-gesa hingga malah berbuat ceroboh.

Ia mendesah pelan. Sebagian kertas yang belum disatukan dalam jepitan itu melesat jauh dan berada di dekat kaki Naruto. Hinata tidak berniat meminta tolong, maka, tanpa terlalu banyak berkata, ia sudah mengambil tempat di bawah si pria dan memunguti semuanya satu per satu.

Sejak tadi, Naruto sudah bersikap seakan tidak acuh, tetapi, melihat posisi Hinata kini, ia jadi melirik dan memperhatikan wanita itu dalam diam.

Hinata memiliki rambut lurus yang rapi dan lembut, maka helaian tersebut mudah sekali lepas ke wajah.

Ketika jemari Hinata sedang mencoba merapikannya kembali ke belakang telinga, Naruto mengulum bibir dengan tipis.

"Bisa bergeser sedikit?"

Namun suara itu segera memutus fokus sang pria. Hinata ingin meraih satu lembaran lain dan meminta agar Naruto bisa memberi ia ruang.

"Hm," Naruto hanya bergumam. Ia bergerak sedikit tanpa niat benar-benar beranjak.

Saat Hinata mencoba meraih lembaran terakhir itu, alis Naruto telah mengernyit.

"Kau melepasnya?"

Gerakan Hinata ikut terhenti. Ia mendongak dan ingin memastikan apa yang sedang Naruto katakan.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang