38

1.4K 220 77
                                    

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

Happy Reading

.

.

"Boruto, kita bisa terlambat ke sekolah kalau tidak berangkat sekarang."

Sembari terkekeh-kekeh pelan, balita kecil itu berlari dari arah ruang tamu untuk menyusul sang ibu yang sedang menanti di dekat pintu.

Sebenarnya, Boruto sudah selesai mengganti pakaian sejak beberapa menit lalu, namun dia menghabiskan waktu dengan memandangi deretan mainan barunya yang dibeli oleh sang ayah.

"Ibu, aku bawa satu ke sekolah."

"Tidak boleh. Nanti bisa rusak. Mainnya saat di rumah saja."

Sembari menjulurkan bibir bawahnya, Boruto mengalah. "Aku mau pergi bersama Ayah lagi, supaya dibelikan mainan baru lebih banyak."

Hinata menghela napas. Naruto sangat memanjakan Boruto. Semua yang Boruto mau selalu dituruti tanpa berpikir panjang. Padahal, Hinata sudah berusaha mendidik sang anak dengan cara yang sangat berbanding terbalik.

Hinata hanya tidak mau Boruto menjadi terbiasa dengan keadaan seperti ini.

"Ibu, itu apa?"

Setelah pintu dibuka, Boruto langsung berseru. Ada sesuatu yang tersimpan pada dudukan depan teras dan membuat Hinata ikut mengernyit heran.

Sepertinya, Hinata tidak pernah meninggalkan sesuatu di sini.

Hinata meraihnya, pun cukup terkejut setelah itu.

Sebuket bunga.

"Kenapa bisa ada di sini?"

Dan ...

Satu ha lagi membuat Hinata semakin bertanya-tanya, Ini adalah bunga yang ia sukai.

Tapi, milik siapa?

"Bunga dari siapa, Ibu?"

"Entahlah." Hinata menggeleng. "Tidak ada tanda pengirimnya."

"Itu untuk Ibu?"

Sekali lagi, Hinata tidak tahu. Sebab, mendadak saja benda ini sudah ada di depan rumahnya.

.

.

Ada yang salah dengan Naruto hari ini.

Kemarin-kemarin auranya terasa hangat, namun kali ini, wajah pria tersebut selalu datar dan tampak ... cukup kesal?

Shikamaru tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tetapi, sejak awal hari, bahkan sampai saat ini, Naruto seperti bom yang jika disentuh sedikit saja pasti akan langsung meledak.

Ada apa sebenarnya?

"Naruto, kau tidak--"

"Tidak dulu."

Bahkan, Shikamaru belum selesai bicara, tetapi pria tersebut sudah melenggang meninggalkan ruangan.

"Dia mungkin tidak tahu apa yang ingin kukatakan, tapi langsung menolak saja."

.

.

Dengan kasar, Naruto menghempas tubuhnya pada dudukan sofa. Lelah dari tempat bekerja, tubuh yang terasa gerah, dan pikiran yang tengah terganggu.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now