25

1.9K 245 83
                                    

Omong-omong, gaes, kalo misal kalian mau bersuara, nanti komennya dibuat sedikit lebih kalem aja ya, boleh? Hehehe 😂

Jangan salah paham. Aku enggak keberatan sama sekali, malah aku seneng sama antusias kalian terhadap cerita ini. Cuma, kita menghindari hal-hal yang enggak diharapkan aja, wkwk.

Enggak apa-apa, 'kan?

Mungkin nanti kalo mau luapin kekesalan, kata-katanya bisa dipleset-plesetin aja ya, haha 😂

Terima kasih ^^

.

.

.

____________________

Sulit untuk memberi penjelasan secara baik bagi keadaan yang tidak baik.

____________________

.

.

.

--- K A L O P S I A ---

.

.

.

Sebenarnya, tujuan kedatangan Hinata adalah untuk menghindar sejenak dari masalah pikiran dan perasaan yang tengah menderu dirinya.

Akan tetapi, segala ucapan sang ibu yang terus-menerus menjadikan Naruto sebagai topik pembahasan, membuat Ia semakin tidak mampu mengontrol diri lebih jauh untuk bersabar.

Baginya, jika masih dibiarkan terus begini -- seperti yang sudah pernah Hinata katakan pada Naruto, kedua orangtuanya hanya akan semakin berharap pada pria tersebut.

Itulah mengapa, keputusan mendadak terpaksa Hinata lontarkan. Tidak sesuai dengan rencana -- di mana ia akan menanti keadaan menjadi membaik, seperti yang telah dipikirkan sebelumnya.

Sayang sekali, Hinata jadi semakin mengerti sekarang. Keadaan yang lebih baik itu tidak pernah ada. Malahan, semua semakin tidak terkendali bila ia menunda lebih lama lagi.

"Kami sudah membicarakannya, tapi semua tertunda karena ayah Naruto masih menjalani pengobatan." Hinata berhenti bicara, mungkin untuk sejenak. Sekarang, ia sedang menatap sang ibu yang tampak masih syok dengan apa yang diperdengarkan.

Lalu, Hikari mengambil tempat untuk duduk. Ini artinya, pembahasan mereka telah serius.

"Kenapa bisa begitu? Apa yang membuat kalian ingin berpisah?" Di mata Hikari, Naruto dan Hinata terlihat baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah yang terdengar, namun kabar ini tiba-tiba saja sampai ke telinganya. "Ada masalah apa?"

Hinata ingat, Sakura pernah berkata padanya untuk tidak menutupi apa pun. Ia harus jujur. Tetapi, rasanya ... Hinata menjadi tidak kuat.

Ayah dan ibunya begitu senang saat Naruto menyetujui pernikahan mereka. Ayah dan ibunya begitu bahagia ketika mereka telah menjadi sepasang suami-istri. Bila ia berkata kalau sejak awal Naruto terpaksa melakukannya dan masih menjalin hubungan bersama kekasihnya, Hinata tidak tahu akan sekecewa dan sehancur apa hati kedua orangtuanya.

Hinata hanya ingin mengakhiri semuanya tanpa masalah lain yang hadir. Selama ini, batin Hinata sudah lelah. Dia tidak ingin hal lain semakin membuatnya kerepotan.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now