🥀 Dianggap Impas

98.6K 1.5K 26
                                    

Warning, part ini mengandung 21+ jadi harap di skip yang dibawah umur

Terima kasih sudah mampir ke lapak ini.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan vote dan komen.

Tandai kalau ada typo

Sampai jumpa di part selanjutnya:)








~Happy Reading~




Dengan kasar Argio mendorong tubuh Naya ke kasur. Wanita itu tampak menggeliat dengan pandangan yang tampak sayu. Minuman yang diberikan oleh tiga pria itu membuat Naya tak berdaya seperti ini bahkan penampilannya sudah tak karuan.

Argio melangkah mundur, ia mengusap wajahnya kasar. Ia tak ingin lebih jauh lagi membantu wanita yang terbaring tak berdaya di atas kasur hotel itu. Yaa, ia membawa Naya ke hotel dan setelah itu ia akan pergi. Terlalu lama bersama Naya akan sangat bahaya apalagi wanita itu terlihat sangat menggoda di matanya. Dan entah mengapa, hasratnya langsung naik hanya melihat Naya seperti ini berbeda saat bersama wanita lain.

Argio berbalik badan dan hendak keluar dari kamar tersebut namun suara barang jatuh membuat Argio berbalik badan. Mata pria itu sedikit melebar melihat Naya jatuh ke lantai beserta lampu hias yang terletak di dekat kasur.

"Tuan ..." Suara panggilan Naya yang begitu lembut dan sendu menciptakan desiran aneh bagi Argio.

"Kamu sangat menyusahkan ku! Seharusnya aku tidak menolongmu!" Argio menggerutu kesal sambil mengangkat tubuh Naya lalu kembali membaringkannya ke kasur.

"Jangan pergi ..." Entah sadar atau tidak Naya mengqgenggam tangan besar Argio begitu erat.

Argio memejamkan matanya sejenak berusaha menenangkan sesuatu dalam dirinya. Semakin lekat ia memandangi wajah wanita tersebut, semakin menggoda di matanya. Bibir merah Naya yang merekah membuat Argio tanpa sadar menjilat bibir bawahnya.

"Aku ingin Tuan di sini ... eugh."

Naya melenguh rendah ketika tangan Argio mengusap pipi memerahnya. Semakin di tahan justru itu membuat Argio semakin tersiksa untuk tidak menyentuh Naya. Kedua tangan Argio meraih wajah Naya lalu mencium bibir ranum itu dengan rakus. Sementara wanita itu begitu pasrah menerima ciuman penuh gairah oleh pria tersebut. Balasan ciuman Naya tampak kaku dan begitu amatir.

Argio mendorong tubuh mungil Naya hingga terkurung dalam kungkungan tubuh besarnya. Suara decapan dan lenguhan mengisi ruangan yang terasa memanas. Tangan Argio tak tinggal diam, tangan kanannya sibuk melepaskan pakaian yang membalut tubuh Naya tanpa melepaskan tautan bibir mereka berdua. Baru kali ini Argio begitu bergairah untuk bercinta.

Pria itu melempar asal blouse hitam yang Naya kenakan. Kini, wanita itu hanya berbalut pakaian dalam dan rok mini yang tersingkap hingga memperlihatkan celana dalamnya. Argio melepaskan tautan bibir mereka berdua dengan napas tersengal-sengal. Pandangan Argio semakin menggelap kala memandangi lekuk tubuh indah Naya. Dibalik pakaian sederhana yang wanita itu kenakan, ada keindahan yang membuat Argio tidak bisa memalingkan pandangan matanya. Mata pria itu semakin berkabut hingga akalnya menipis.

Kasur itu berdecit ketika Argio turun dari sana. Ia dengan buru-buru melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya tanpa memutuskan pandangan matanya dari tubuh indah Naya yang tergolek pasrah di atas kasur. Wanita itu meneguk ludahnya kasar ketika memindai tubuh kekar Argio yang kini tak tertutup apapun bahkan ia bisa melihat jelas milik pria itu mengacung setelah meloloskan boxer yang dikenakan.

Argio kembali mencumbu Naya lalu meloloskan menutup terakhir dari tubuh wanita yang kini dibawah kuasanya. Kini, keduanya sama-sama telanjang.
Akal sehat pria itu sudah hilang tak terkendali dan tergantikan oleh hasrat yang ingin segera dipuaskan.

Argio tahu apa yang ia lakukan pada Naya adalah salah. Menikmati tubuh Naya saat wanita itu dibawah pengaruh minuman yang memabukkan. Tapi ia lelaki normal yang mudah tergoda melihat sesuatu yang membuat libidonya naik.

"Eugh ..."

Lenguhan dan des*han Naya mengalun indah, membuat Argio tak sabar  merasakan milik Naya


"Apa kamu melihat laki-laki duduk di sini?" Hendrik bertanya pada bartender yang sibuk melayani pelanggan. Ia sudah berkeliling mencari Argio di sekitar bar tapi tidak menemukannya.

Baru saja ditinggal beberapa menit Argio sudah hilang.

"Dia sudah pergi."

"Pergi? Ke mana?"

"Saya tidak tahu, mungkin pulang."

Hendrik menghela napas berat. Ia merogoh saku celana mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang.

Suara dering ponsel yang tergeletak dilantai terus berbunyi namun tersamarkan oleh suara decitan ranjang yang menghantam tembok dengan gerakkan brutal seorang pria yang mengejar kenikmatan pada wanita dibawah kuasanya. Beruntung ranjang tersebut tidak ambruk.

"Kenapa Argio tidak mengangkat telponnya? Anaknya itu selalu saja membuatku pusing dengan tingkahnya." gerutu Hendrik sambil melangkah keluar dari bar.

Pria berusia 50 tahunan itu celingak-celinguk dipinggir jalan menunggu taxi lewat di tempat ini. Ia menggerutu kesal dengan Argio. Tanpa memberitahu lewat pesan atau telpon pria itu meninggalkannya di tempat ini.


Rembesan cahaya matahari yang menembus sela-sela gorden lalu membias wajah seorang wanita yang melenguh dan meringis ketika membuka matanya. Naya memegang kepalanya terasa pusing dan sekujur tubuhnya terasa sangat sakit serta remuk terutama dibagian area sensitifnya yang terasa perih.

"Badanku sakit sekali." Dengan susah payah wanita itu bangun dari kasur lalu menyandarkan tubuhnya di bahu ranjang.

Suara pintu kamar mandi terbuka membuat Naya menoleh. Bola mata wanita itu melebar sempurna ketika melihat Argio keluar dari kamar mandi dengan handuk putih memelilit di pinggangnya.

"Tu-tuan ..."

Argio memalingkan wajahnya, enggan melihat Naya yang sangat terkejut menatapnya ditambah bagian dada wanita itu tereskpos. Ia memunguti pakaian miliknya di lantai. Naya yang melihat Argio memunguti pakaiannya di lantai perlahan melihat pada tubuhnya.

Wanita itu memekik tertahan penuh keterkejutan melihat dirinya sudah tak mengenakkan sehelai benang pun. Ia langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"A-apa yang sudah kita lakukan?" Naya bertanya dengan suara tercekat di tenggorokan.

Argio yang tengah mengenakan pakaiannya menoleh sekilas pada Naya.

"Kamu bisa menyimpulkan sendiri apa yang terjadi," balasnya datar dan dingin. Tidak ada raut bersalah di wajah tampan Argio setelah apa yang terjadi diantara mereka berdua.

"Cepat kenakan pakaianmu. Dan uang 70 juta yang kamu pakai saya anggap impas. Tidak perlu bekerja lagi di mansion."

Sedangkan Naya tampak shock dengan apa yang terjadi. Bibir wanita itu gemetar. Tanpa sadar kedua tangannya meremas selimut yang membalut tubuh polosnya.

"Anggap saja apa yang terjadi tadi malam diantara kita berdua sebagai ganti dari uang 70 juta yang kamu pakai."

Tanpa menunggu balasan Naya dan sudah berpakaian lengkap Argio melangkah keluar dari kamar hotel. Namun, sebelum benar-benar pergi dari kamar itu ia menoleh menatap Naya yang menampilkan tatapan kosong.

"Dan satu lagi, jangan sampai ada darah saya dirahim mu."

Tidak ada jawaban dari Naya. Argio menatap sejenak wanita tersebut setelahnya meninggalkan kamar hotel itu. Bersamaan kepergian pria itu air mata Naya meluruh. Ia berusaha mengingat-ingat yang sebelumnya terjadi sampai berakhir seperti ini.

_____

Jangan lupa follow akun ini untuk mendapatkan informasi terupdate cerita ini.

Terima kasih sudah membaca sampai selesai.
















Pelayan Perawan Milik Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang