🥀 Pernyataan Yang Pedih

57.2K 1.3K 46
                                    

Hai semuanya! Terima kasih sudah mampir

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan vote dan komen.

See you di part selanjutnya

Tandai bila ada typo





~Happy Reading ~
















Satu bulan berlalu...

Tak terasa sudah satu bulan Naya meninggalkan kota yang merupakan tempat kelahirannya. Bukan karna takut dengan ancaman Argio, ia juga ingin melupakan semua masalah yang sudah menimpanya. Bahkan sudah satu bulan berlalu namun Naya tidak benar-benar melupakan kejadian pahit itu, seolah sudah melekat di kepalanya.

Namun, ia sedikit merasa tenang dan tak merasa tertekan seperti awal-awal kejadian pedih itu. Naya juga memilih untuk mengambil cuti kuliah,  tentu hal tersebut ditentang oleh sang ibu. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak ingin mempersulit ibunya dan menambah beban mengeluaran yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keduanya dan membayar uang sewa rumah. Ia juga tidak memperbolehkan ibunya untuk bekerja.

Bahkan Naya juga tak menggunakan cek yang Argio berikan. Ia hanya menyimpan cek itu. Dan sekarang Naya bekerja sebagai pelayan self service. Beruntung ia mendapatkan pekerjaan setelah dua minggu pindah ke kota ini.

"Naya, kamu tawarkan minuman ini pada para tamu. Hati-hati membawanya," ucap Wulan memperingatkan.

Naya mengangguk lalu membawa nampan besar yang berisi minuman perasa yang akan ia tawarkan pada tamu undangan. Kebanyakan tamu yang hadir orang-orang penting dan sering muncul di televisi. Lebih tepatnya pesta ini dihadiri para pembisnis besar yang ada di negara ini.

"Silahkan minumannya, Tuan, Nyonya." Naya menawarkan minuman pada setiap tamu yang datang.

Mata coklat itu tak henti-hentinya berdetak kagum dengan dekorasi pesta yang sangat mewah. Ini pertama kalinya ia melakukan pelayanan self service dipesta sebesar ini.

"Minumannya tidak ada yang dingin?" pertanyaan seorang pria membuat Naya tertegun dari kekagumannya.

"Tuan ingin minuman yang dingin? Akan saya ambilkan," ucap Naya.

"Tidak perlu, ini saja." Pria itu meneguk minuman perasa berwarna merah itu.

"Sudah lama bekerja menjadi pelayan seperti ini?" tanyanya memperhatikan penampilan Naya dari atas sampai bawah.

"Baru seminggu saya bekerja menjadi pelayan."

"Benarkah? Padahal menampilan dan wajahmu sangat menarik."

Naya tersenyum kaku merespon ucapan pria itu. Ia mengalihkan pandangan matanya ke arah lain.

"Berapa umur mu?" tanya pria itu lagi.

"22 tahun. Kalau begitu saya permisi." Naya memilih menjauh dari pria asing yang merupakan bagian dari tamu tersebut. Ia tak nyaman terus-menerus ditodong pertanyaan apalagi tentang kehidupan pribadinya.

Naya kembali menawarkan minuman yang ia bawa di dekat pintu masuk pada tamu undangan. Pandangan Naya mengedar, memperhatikan suasana pesta yang semakin ramai oleh para tamu. Namun, pandangan mata Naya terhenti pada sosok pria yang ia kenal.

"Jangan sampai ada darah saya dirahim mu."

Ucapan pria itu langsung terngiang-ngiang di telinga Naya. Ia melangkah mundur dan memilih untuk menyembunyikan dirinya dari Argio yang juga menghadiri pesta ini.

Pelayan Perawan Milik Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang