🥀 Calon Tunangan

52.5K 1.2K 81
                                    

Hai semuanya! Apa kabar?

Apa masih setia menunggu lanjutan cerita ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan vote dan komen.

Bila ada typo tolong tandai



~Happy Reading~











"Lalu bagaimana bila anak yang dikandung Naya bukan anakmu?" Hendrik kembali melontarkan pertanyaan. Ia menatap lekat Argio.

"Dia akan mendapatkan ganjaran atas kebohongannya itu," balas Argio.

Nyatanya Argio takkan semudah itu melepaskan seseorang yang sudah bermain-main padanya termasuk menciptakan kebohongan yang menyangkut reputasinya. Jika Naya berbohong tentu ia akan memberikan pelajaran yang Naya sendiri takkan bisa melupakannya.

"Ah, sepertinya obrolan kita berhenti sampai sini. Hari ini aku harus pergi ke rumah orang tuaku. Apa Paman ingin ikut?"

Hendrik menggeleng."Tidak. Aku di sini saja. Kamu tahu sendiri, jika aku ikut ke rumah orang tuamu tentu ayahmu akan bertanya macam-macam perihal dirimu."

Argio tersenyum miring."Paman cukup berbohong saja, apa susahnya."

"Ayahmu mirip seperti dirimu tidak menyukai kebohongan."

Argio tertawa mendengarnya."Terserah paman saja."

Pria itu bangkit dari sofa lalu kembali ke kamarnya di lantai atas. Langkah Argio terhenti kala melewati depan kamar Naya. Ia melangkah mendekat lalu tangannya terulur memutar handel pintu kamar yang ditempati Naya, ia sedikit penasaran dengan keadaan wanita tersebut. Saat pintu terbuka yang Argio lihat Naya tampak tenang berbaring di kasur dengan handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air dingin lalu diletakkan di keningnya. Sepertinya wanita itu tertidur.

Melihat keadaan Naya yang tampak baik-baik saja Argio kembali menutup pintu kamar itu, sebelum pintu kamar tertutup rapat. Suara barang jatuh membuat pergerakan tangan Argio terhenti. Ia kembali membuka pintu kamar itu lebar dan melihat Naya tiba-tiba bangkit dari kasur lalu berlari ke arah kamar mandi. Handuk kecil yang menempel di kening Naya terjatuh ke lantai.

Huek!

Wanita itu kembali memuntahkan lendir bening dari dalam mulutnya. Rasanya cairan dalam tubuhnya terkuras habis karena muntah terus-menerus sedangkan yang dikeluarkan hanya lendir bening.

Naya tersentak ketika merasakan sentuhan hangat ditengkuknya yang dipijit begitu lembut. Meskipun begitu ia tampak tak memperdulikannya. Sekitar beberapa menit, rasa mual itu sedikit berkurang. Naya membasuh wajahnya yang tampak pucat. Ia tidak tahu kenapa tubuhnya selemah ini setelah hamil.

"Akh!"

Naya berteriak histeris bahkan hampir jatuh terjengkang bila pinggangnya tidak direngkuh begitu erat. Mata wanita itu melotot kaget ketika mendapati Argio sudah berdiri dibelakangnya saat ia berbalik badan.

"Ke-kenapa Tuan ada di sini?" ucap Naya tersendat-sendat . Ia melirik tangan Argio melingkar di pinggangnya.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa setiap hari selalu mual?" Argio balik bertanya. Sedari tadi ia memperhatikan Naya begitu lemas setelah memuntahkan cairan dalam tubuhnya.

Kini, mata Argio menelisik penampilan Naya. Dan ia baru menyadari badan wanita tersebut terlihat sangat kurus. Bahkan tampak tak menarik di matanya. Bagian bawah mata yang menghitam dan wajah yang pucat. Sangat berbeda sekali saat pertama kali bertemu dengan wanita itu sebelumnya.

Pelayan Perawan Milik Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang