🥀 Mulai Terbuai

61.9K 1.3K 45
                                    

Hai semuanya! Apa kabar?

Apa masih setia menunggu lanjutan cerita ini?

Karna banyak yang tidak setuju cerita update Sabtu dan Minggu. Aku update cerita ini selang-seling. Oke?

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen.

See you di part selanjutnya:)




~Happy Reading~











Entah tak terhitung berapa kali Naya bolak balik ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan cairan bening dalam perutnya. Matahari belum menyingsing sepenuhnya tapi ia sudah tampak lemas dengan kondisi tubuhnya yang begitu lemah, wajah pucat yang berkeringat sedangkan di kamar ini di lengkapi pendingin ruangan.

Naya menjatuhkan tubuh kurusnya ke kasur. Jika wanita lain akan lebih berisi saat tengah hamil, berbeda dengan Naya, tubuhnya terlihat semakin kurus dari sebelumnya.

Naya berusaha membenarkan posisi berbaringnya di kasur. Semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak, mungkin karna tinggal di tempat yang asing baginya ditambah kondisinya yang lemah.

"Nona anda kenapa?"

Pagi-pagi sekali Merry sudah masuk ke dalam kamar Naya dan yang pertama kali ia lihat wanita itu terbaring di kasur dengan kondisi yang mengkhawatirkan.

"Apa anda baik-baik saja?" tanya Merry menghampiri Naya lalu menyentuh kening wanita tersebut yang terasa panas dan berkeringat."Sepertinya Nona demam, saya akan mengambilkan obat. Tunggu sebentar."

Merry bergegas keluar dari kamar meninggalkan Naya yang memejamkan matanya rapat. Ia meringkuk seperti bayi di atas kasur. Perut yang bergejolak, mual, dan badan yang terasa sangat panas. Tidak berselang lama Merry kembali masuk ke dalam kamar membawa botol kecil berisi obat penurun panas serta segelas air putih.

"Ayo bangun, Nona. Minum dulu obatnya." Merry membantu Naya bangkit dari kasur lalu menyandarkan tubuh wanita muda itu ke bahu ranjang.

Merry memberikan satu tablet obat penurun panas. Namun, Naya menggeleng, menolak obat yang pelayan itu sodorkan.

"Aku tidak bisa minum obat tablet," cicit Naya. Wanita itu tampak malu mengakui hal tersebut. Sejak kecil ia memang tidak bisa menelan obat dalam bentuk tablet ataupun kapsul.

Merry tampak tercengang mendengarnya. Bagaimana tidak, sudah sebesar ini Naya tidak bisa mengonsumsi obat tablet maupun dalam bentuk kapsul. Meskipun begitu Merry memakluminya.

"Lalu biasanya bagaimana Nona meminum obat bila tidak bisa menelan obat dalam bentuk seperti ini. Atau begini saja, saya akan pergi ke apotek membelikan obat sirup."

"Ti-tidak perlu. Cukup dihancurkan saja obat itu sampai menjadi bubuk lalu sedikit berikan air. Setidaknya aku bisa menelannya. Dan maafkan aku merepotkan, Bibi."

Naya tertunduk tak enak hati karna begitu merepotkan Merry.

Wanita yang mengenakan seragam pelayan itu tersenyum hangat."Tidak apa-apa, Nona. Itu sudah tugas saya. Saya hancurkan dulu obatnya."

Merry kembali keluar dari kamar untuk menghancurkan obat tablet itu menjadi bubuk. Namun, baru beberapa langkah menjauh dari kamar yang ditempati Naya, suara parau seseorang yang Merry kenali membuat langkahnya terhenti. Merry menoleh dan sedikit terkejut mendapati sosok Argio yang baru saja keluar dari kamar. Kamar Naya memang sengaja di tempatkan bersampingan dengan kamar Argio. Dan itu memang atas keinginan Argio.

"Kenapa?" tanya Argio melirik botol obat yang Merry pegang.

"Begini Tuan, Nona Naya sedang demam jadi saya_"

Pelayan Perawan Milik Tuan MudaWhere stories live. Discover now