08: Tibanya Kejutan Yang Mengejutkan

905 27 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya ya, karena itu sangat amat berarti bagi author, terima kasih banyaaakk❤️

"Bisa jadi saat kamu berusaha untuk mencintai orang yang sama sekali tidak mencintaimu, justru di satu sisi ada seseorang yang telah setia menantikan sebuah jawaban dari perasaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bisa jadi saat kamu berusaha untuk mencintai orang yang sama sekali tidak mencintaimu, justru di satu sisi ada seseorang yang telah setia menantikan sebuah jawaban dari perasaannya. Namun, kamu sendiri yang tidak menyadari kehadirannya selama ini."
***

Ucapan Tenggara padanya memang benar, mungkin selama ini Februari terlalu lelah mencintai Januari hanya seorang diri. Rasa itu sudah lama ia pendam, mungkin saja jika ia sudah tidak bisa mempertahankan apa yang ia rasakan, ia akan menyudahi semua ini dan berusaha bersikap biasa saja.

"Maaf ya, Bang. Sebenernya semalam itu Febri nunggu Janu di taman, dia bilang mau ketemu dan mau ngobrol berdua sama Febri. Sampai akhirnya Febri nunggu lama, tapi Janu nggak kunjung nemuin Febri, akhirnya dia ingkar janji sama aku," ujar Februari, ia berkata jujur apa-adanya, ia tidak mau membohongi kakaknya sendiri.

"Abang nggak larang kamu deket sama Janu, tapi abang cuman nggak mau nantinya kamu malah kecewa sendiri. Sebelum itu terjadi, lebih baik kamu bersikap biasa aja sama Januari dan jangan melibatkan perasaan di antara persahabatan kalian berdua. Karena kalau memang Januari itu sayang sama kamu, nggak mungkin dia berani ingkar janji sama kamu." Tenggara memberikan jawaban yang agak sedikit menohok pada adiknya, agar adiknya itu tidak berteman dengan rasa sakit yang lebih lama.

Februari terdiam, kini ia merasa telah bersalah pada dirinya sendiri, karena terlalu memaksa untuk dicintai oleh orang yang tak pernah mencintainya sama sekali, ia sadar, selama ini ia telah lelah berjuang sendirian meski seharusnya ia tidak boleh seperti itu.

"Sekarang aku sadar, selama ini aku nya aja yang terlalu berharap. Jujur, aku ngelihat abang dicintai dengan tulus sama Kak Kiana, buat aku jadi iri, kapan ya aku bisa dicintai oleh seseorang dengan tulus, kayak cinta abang ke Kak Kiana," terang Februari, ia berusaha menahan sesak yang ada di dalam dirinya itu, seharusnya dari dulu ia mundur untuk menaruh rasa pada Januari, agar tidak merasakan rasa sakit dan luka yang lebih lama.

Tenggara tersenyum, kemudian ia pun menanggapi perkataan adiknya itu. "Suatu saat, pasti ada Februari, atau mungkin selama ini orang itu ada di dekat kamu, meski itu bukan Januari. Tapi abang yakin pasti ada seseorang yang diam-diam menaruh rasa sama kamu, cuman kamunya aja terlalu asik mikirin Janu," terangnya.

Ketika Tenggara berkata seperti itu, entah kenapa ia langsung teringat akan seseorang yang selama ini selalu berusaha ada untuknya, menemani dirinya dalam suka maupun duka. Tetapi, selama ini Februari saja yang tak menyadari jika seseorang itu telah menyimpan rasa padanya, hingga sampai saat ini perasaan itu terus saja dipendam tidak mudah diungkapkan.

"Jalan hidup itu suka nggak ketebak, banyak plot twist nya kadang-kadang, kalau suatu saat kamu mendapatkan sesuatu kenyataan yang nggak mudah kamu terima, ya saat itu juga kamu harus bisa menerimanya, sekalipun itu pahit. Tapi, kalau kenyataannya sudah seperti itu, kamu tak akan bisa menghindarinya," pesan Tenggara, ia berkata seperti itu karena ia juga pernah merasakan apa yang tengah dirasakan oleh adiknya, sebelum ia mengenal Kiana, ia pernah mencintai Rosalina (teman satu kelasnya ketika masa SMA) Dulu ia dan Rosa begitu dekat, hingga pada akhirnya Tenggara memiliki rasa pada Rosa. Namun, ia mendapatkan kenyataan pahit, jika orang yang selama ini ia cintai, justru malah mencampakkannya begitu saja ketika dekat dengan orang baru yang tidak lain adalah temannya sendiri.

Kini perasaan Februari menjadi campur aduk, sampai ia tidak tahu harus berkata-kata apalagi mengenai perasaannya ini. Jadi, ia memutuskan untuk segera pergi ke sekolah saja, dari pada ia harus memikirkan hal yang sebenarnya tidak begitu penting.

"Mau Abang antar ke sekolah?" tawar Tenggara, entah kenapa ia tiba-tiba merasakan sesuatu yang agak beda.

"Nggak usah, Bang. Febri naik angkot aja, soalnya takut abang kecapek'an,"
balas Februari, lalu Tenggara pun mengangguk bermaksud mengiyakan balasan dari adiknya itu. Baru saja ia akan berpamitan pada kakaknya, ada suara klakson motor terdengar dari luar rumahnya, setelah itu seseorang berulangkali memanggil namanya.

Saat Februari dan Tenggara keluar dari rumah, mereka berdua melihat seorang laki-laki dengan motor vespa sedang menunggu di depan pagar rumah, mereka berdua pun langsung menghampiri laki-laki itu.

"Loh Oktav, ada apa?" tanya Februari, ia penasaran kenapa temannya itu mendatangi rumahnya pagi ini, tidak seperti biasanya, ini terasa berbeda.

Oktav langsung saja menghampiri Tenggara, lalu kakaknya Februari itu pun menyambut ramah Oktav, tentu saja Oktav merasa senang dibuatnya.

"Aku ke sini, karena dapet perintah dari abang kamu, jujur aku nggak mengada-ada tentang ini," ungkap Oktav, ia sebenarnya sudah lama berkomunikasi dengan Tenggara, ia pun diminta oleh Tenggara untuk berusaha menjadi teman dekat Februari, bahkan Tenggara pun tahu bahwa selama ini Oktav menyimpan perasaan pada Februari, adiknya itu.

"Kalian saling kenal?!" tanya Februari, ia begitu terkejut mengetahui hal ini.

"Iya, waktu itu, Oktav sendiri yang datengin abang. Dia jelasin banyak hal sama Abang, itu tentang kamu. Makanya Abang izinin kamu buat berteman baik sama Oktav, karena dia yang lebih bisa menghargai kamu, Feb. Kamu nggak tahu aja apa yang dia ceritain sama abang, tapi suatu saat kamu juga bakalan paham, atau bahkan nggak lama lagi." Tenggara berucap panjang lebar, tapi rasanya ia yakin adiknya itu belum memahami apa yang dimaksud olehnya, ia yakin, nanti Februari akan menyadarinya.

Februari mengernyit, jujur saja ia benar-benar bingung dengan semua ini. "Maksudnya Abang itu apa sih? Aku bener-bener nggak ngerti, ada apa ini? Apa yang nggak aku ketahui dari semua ini?" tanya Februari, ia begitu penasaran maksud dari semua ini, karena ini tidak mudah ia tebak.

Oktav tersenyum tipis, ia berusaha untuk sabar. "Nggak ada yang perlu kamu bingungkan, Feb. Udah nggak usah kamu pikirkan, nanti juga kalau udah waktunya kamu bakalan paham nggak bertanya-tanya lagi," ucapnya.

"Udah, kamu berangkat sama Oktav aja, abang izinkan, nanti juga lambat laun kamu tahu maksud Oktav apa. Karena, Oktav belum siap kalau harus ungkapin semuanya sekarang, tapi abang tahu semuanya," sambung Tenggara, sembari memberi senyum pada keduanya, ia pun berharap agar adiknya itu segera menyadari apa yang sudah ia ketahui, tetapi tidak mungkin ia beritahukan sekarang, karena ini permintaan Oktav sendiri.

"Ada apa lagi ini? Kejutan apalagi yang bakal aku dapatkan? Rasanya sudah banyak hal yang membuatku terkejut tak menyangka, apa akan ada sesuatu yang kuketahui lagi??" batin Februari, ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Jujur ia benar-benar bingung akan maksud dari semua ini, mungkin ini soal waktu, jika waktu itu tiba akan menjawab sesuatu yang semestinya harus ia sadari setiap kenyataannya.

 Jujur ia benar-benar bingung akan maksud dari semua ini, mungkin ini soal waktu, jika waktu itu tiba akan menjawab sesuatu yang semestinya harus ia sadari setiap kenyataannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sampai jumpa di next bab ya kawan kawan, apa perasaan kalian setelah membaca bab ini? Main tebak"an aja intinya ya haha. #25hari bersama Janu dan Febri, ada cerita ada makna.

Januari Untuk Februari [OPEN PO] Where stories live. Discover now