16: Bertanya-Tanya Bagaimana Rasanya Jatuh Cinta

764 21 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya ya, karena itu sangat amat berarti bagi author, terima kasih banyaaakk yaa❤️

"Terkadang aku ingin bertanya-tanya bagaimana rasanya jatuh cinta? Apa mungkin rasa cinta itu datang secara tiba-tiba, lewat rasa nyaman dan seiring berjalannya waktu yang ada? Semua perlahan-lahan tercipta nyata, hingga hadirnya itu semakin teras...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang aku ingin bertanya-tanya bagaimana rasanya jatuh cinta? Apa mungkin rasa cinta itu datang secara tiba-tiba, lewat rasa nyaman dan seiring berjalannya waktu yang ada? Semua perlahan-lahan tercipta nyata, hingga hadirnya itu semakin terasa? Entahlah, aku tidak mau terlalu sibuk memikirkannya, yang jelas saat aku mengenalinya awal dari rasa itu tumbuh sebisanya."
***

Seusai mengucapkan itu, Nacita pun berpamitan pada Zukorov, kini ia dan Neva pun berjalan menuju kelasnya. Yaitu, Zukorov memandangi mereka yang tengah berjalan. Jujur saja ia tak bisa menjelaskan begitu bahagianya apa yang tengah ia rasakan saat ini, ia benar-benar bersyukur tepat waktu memberikan hadiah itu untuk Nacita.

"Gue seneng, ternyata Nacita nerima pemberian dari gue dengan sangat baik. Gue nggak nyangka aja bakalan dipertemukan dengan perempuan sebaik Nacita, udah cantik, hatinya baik, nggak sombong pula," gumam Zukorov, ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan yang tengah ia rasakan sekarang. Tapi asal kalian ketahui, bahwa hari ini Zukorov itu benar-benar berbunga-bunga hatinya.

Riko yang sedari tadi memerhatikan Zukorov dan Nacita di balik pohon jambu, tentu saja ia pun mendengar semua yang dibicarakan keduanya. Kini ia jadi tidak penasaran lagi, tapi tak tahu kenapa ia agak ingin sedikit tertawa begitu mengetahui ini semua.

"Loh? Itu 'kan Riko? Ngapain tu anak ada di balik pohon jambu? Hem gue yakin nih, dia pasti kepo sama apa yang gue obrolin barusan, itu anak emang bener-bener kebangetan ya keponya! Gue samperin aja ah," ucap Zukorov, ia begitu penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Riko, lalu ia pun berjalan menghampiri temannya.

Riko yang kini berada di balik pohon jambu pun menyadari jika Zukorov tengah berjalan menuju dirinya, tapi ia tidak mungkin melarikan diri, ini sudah terlambat. Karena temannya itu sudah semakin dekat ke arahnya, mau bagaimana lagi? Ia hanya bisa pasrah dan tentunya ia harus mampu menjawab apa yang nantinya akan ditanyakan oleh Zukorov kepadanya.

"Mampus. Gue nggak mungkin kabur, karena udah terlambat. Harusnya tu kalau mau kabur dari tadi, bodo amat ah, mau nggak mau ya gue harus bisa ngejawab apa yang ditanyakan sama Zukorov, ini juga sebagian dari resiko karena rasa kepo," ucap Riko, saat ini ia merasa panik namun ia berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja agar Zukorov tidak mencurigainya, tetapi ia rasa Zukorov sudah menyadarinya.

Zukorov kini berada di hadapan Riko, lalu ia bertanya pada temannya itu. "Ngapain lo dari tadi di balik pohon jambu? Menguping pembicaraan gue sama Nacita? Gue yakin 100% pasti lo itu kepo hubungan gue sama Nacita. Gue sama dia tuh nggak ada sesuatu hubungan spesial apa pun, kita hanya berteman aja nggak lebih," terangnya.

Riko mengernyit. "Pret ah! Nih lo itu harus jujur sama perasaan lo, jangan diem-diem Mulu lo! Gue tahu kalau sebenarnya lo itu berharap lebih dari sekedar teman 'kan sama Nacita? Tapi lo itu gengsi, ya 'kan?" tanyanya.

"Lo itu rese banget ya jadi temen, duh kenapa dulu gue mau berteman sama lo, sampai bisa akrab kayak gini, huh. Padahal jelas-jelas temen kayak lo itu rese sama kepo-nya kebangetan! Yap, sampai gue pusing lihatnya!" gerutu Zukorov, ia menatap sinis ke arah sahabatnya itu, sejujurnya ia sedikit terusik dengan sikap Riko yang selalu kepo pada sesuatu yang dijalaninya.

Berbeda dengan Zukorov dan Riko yang tengah beradu omongan, kini Nacita dan Neva sudah berada di dalam kelasnya, kelas X IPS 1. Mereka tengah berbincang bersama, rupanya membahas persoalan tadi. Nacita kini terlihat begitu senang berkat hadiah yang diberikan oleh Zukorov, Neva yang melihatnya pun jadi ikut senang.

"Kak Zuko itu baik banget, ya. Jujur aku baru nemu kakak kelas seperti itu, sebelumnya di SMP aku nggak pernah menemukan kakak kelas kayak Kak Zukorov, makanya aku bisa sebahagia ini, Nev. Malah waktu di SMP aku kesepian banget, semenjak aku dipertemukan sama kamu dan Kak Zukorov, hari-hariku jadi lebih bersemangat dan berwarna," ucap Nacita, ia berkata jujur apa-adanya pada Neva, sewaktu SMP ia memang tidak memiliki teman yang akrab, padahal ia sudah berusaha sebaik mungkin mampu beradaptasi dengan pertemanan yang ada di kelas semasa SMP nya itu, tapi nihil hasilnya, tidak ada teman satu frekuensi dengannya.

"Bentar deh. Ada yang janggal pada pikiranku, gini deh, maksud kamu kesepian itu apa ya? Jujur, kamu tuh sama sekali nggak pernah cerita ini loh sama aku, Cita. Ada apa emang dengan teman-teman pada masa SMP kamu, Cit? Boleh jujur?" pinta Neva, ia ingin Nacita menjelaskan apa pun itu yang pernah dirasakan olehnya.

Sebenarnya Nacita tidak siap jika harus membahas persoalan ini lagi, karena rasanya begit menyakitkan sekali, ia bahkan tidak mempunyai teman saat di masa SMP nya, karena teman-temannya seperti memiliki circle tersendiri. Ia seringkali tidak diajak jika ada acara main bersama di hari libur sekolah, ketika teman satu kelasnya berkumpul, terkadang hanya Nacita saja yang tak diberikan kabar.

"Sedih banget kalau bahas persoalan di SMP, temen-temen sekelasku pada berkubu-kubu gitu, kadang aku suka dicuekin. Makanya aku bersyukur banget di SMA nggak mengalami itu. Ya, karena temen-temen di SMA pada solidaritas banget, ya termasuk kamu, Nev. Makasi banyak ya, udah mau berteman sama aku, aku beruntung bisa dipertemukan sama teman yang baik seperti kamu," ucap Nacita, kini ia tidak merasakan kesedihan seperti apa yang ia rasakan di masa SMP nya, Neva yang mendengar curhatannya pun tentu jadi ikut terbawa suasana.

"Dulu waktu aku SMP, nggak kayak gitu sih, Cit, pertemanannya, tapi kamu nggak perlu khawatir lagi ya. Sekarang 'kan di SMA pertemanan yang kamu rasakan udah nggak kayak gitu lagi, semangat!" respon Neva, ia pun langsung memberikan semangat penuh kepada sahabat terbaiknya itu.

"Terima kasih banyak ya, Nev." Nacita tersenyum saat Neva mengatakan itu.

"Sama-sama, udah sekarang kamu harus terus semangat. Kak Zukorov aja dukung kamu terus," kata Neva, jujur saja saat ia memerhatikan raut wajah Zukorov saat memandangi Nacita, terlihat jelas ketulusan yang ada di dalam diri kakak kelasnya itu. Neva bersyukur dan tentu saja ia pun senang, jika Zukorov bisa berteman dengan akrab dengan Nacita, karena keduanya itu pribadi yang sama-sama tulus dan menghargai segala sesuatu.

"Iya, Nev. Aku jadi kepikiran terus sama Kak Zuko, soalnya nanti kalau beliau udah lulus, ya pastinya aku jarang bisa ngobrol sama dia," lirih Nacita, meski berat baginya untuk menerima kenyataan itu, tapi ia harus ingat bahwa setiap pertemuan akan berhadapan dengan perpisahan, tentu ia harus bisa menerima akhirannya. Akhir dari pertemuan Nacita dan Zukorov, jika waktu itu telah datang.

Sampai jumpa di next bab ya kawan kawan, apa perasaan kalian setelah membaca bab ini? Main tebak"an aja intinya ya haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai jumpa di next bab ya kawan kawan, apa perasaan kalian setelah membaca bab ini? Main tebak"an aja intinya ya haha. #25hari bersama Janu dan Febri, ada cerita ada makna.

Januari Untuk Februari [OPEN PO] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang