2

33.6K 2.3K 56
                                    

Delvin tak fokus mendengarkan apa yang balita disampingnya itu katakan, karena fokusnya mengarah pada seorang pria yang tadi terkena kaleng miliknya, ia bernapas lega saat melihat pria itu sudah pergi dengan mobilnya.

Sungguh sejak tadi ia merasa gugup bukan main karena takut akan di laporkan ke polisi atau bahkan diminta ganti rugi untuk biaya pengobatan pria yang terkena kaleng tadi, ia sama sekali tak bisa melakukan itu semua karena sekarang saja ia masih berjuang untuk mencari kerjaan.

"Tata? Tata na mau tan temenin Andla ditini? Coal na daddy na Andla lama!"ujar Kaivan saat melihat kakak yang sejak tadi ia ajak bicara hanya diam saja, padahal ia sudah berbicara banyak sejak tadi tapi kakaknya itu hanya diam saja!

Delvin tersentak ia langsung kembali menatap kearah bawa dimana ada Kaivan yang tengah menatapnya dengan datar. Wajah balita itu memang menggemaskan, namun jika tengah datar seperti ini cukup membuat semua bulu yang ada ditubuhnya berdiri semua, ia bisa memastikan jika daddy balita itu pasti sangat menyeramkan karena anaknya saja seperti ini apa lagi daddy-nya. Banyak yang mengatakan jika sikap dan sifat seorang anak, itu tak jauh dari kedua orang tuanya.

"Lo minta temenin dari gue? Lo nggak takut gue jual? Gue makan?"ujar Delvin saat sadar akan satu hal, balita disampingnya sekarang sangat mudah sekali akrab dengan seseorang, padahal mereka baru pertama kali bertemu, bagaimana jika dirinya seorang penjahat? Sudah pasti balita itu akan segera ia jual sekarang juga.

Ia juga merasa aneh dengan kedua orang tua balita itu yang bisa dengan mudah meninggalkan anak mereka didalam mobil sendirian, padahal sudah sangat ramai kejadian penculikan seorang anak disini. Tapi kedua orang tua balita itu masih saja membiarkan anak mereka sendirian didalam mobil. Ia memang masih muda dan tak seharusnya berpikir hal seperti ini, tapi nanti jika ia bertemu dengan orang tua balita itu maka ia akan sedikit memberi nasehat untuk mereka, karena sebagai manusia kita harus saling mengingatkan bukan?

"Tata na baic toc! Andla tau!"

Delvin tersenyum kecil mendengar itu semua, dari mana balita itu tahu jika dirinya orang baik? Apa memang benar apa yang orang-orang katakan, jika anak kecil bisa tahu sifat seseorang, maka dari itu terkadang ada anak kecil yang takut saat bertemu orang baru karena tak ingin dijahatin, tapi balita disampingnya sekarang berbeda. Ia merasa sedikit terhibur sekarang karena bertemu dengan balita itu, ia bisa sedikit melupakan rasa frustasinya karena belum mendapatkan kerjaan sama sekali hari ini.

Cukup lama mereka berdiri ditempat yang sama, bahkan Delvin yang tadinya berniat untuk langsung pulang kerumah setelah tak mendapatkan kerjaan apapun langsung saja mengurungkan niatnya itu saat tahu jika balita disampingnya sekarang ingin ditemani sebentar, ia takut jika nanti ia pulang dan meninggalkan balita itu sendirian disini, akan ada orang jahat yang datang, ia tak ingin Kaivan sampai dalam bahaya karena sekarang balita itu percaya padanya, ia akan menjaga balita itu sampai kedua orang tuanya kembali, mungkin sebentar lagi.

"Kai? Apa yang kau lakukan disini?"

Baik Delvin mau pun Kaivan sama-sama tersentak saat mendengar suara seseorang. Pemuda itu langsung menatap kearah samping sehingga tatapannya bertemu dengan seorang pria yang menatapnya dengan datar tanpa ekspresi apapun, ia merasa merinding sehingga secara langsung memutuskan tatapan miliknya dari kedua mata tajam pria itu.

"Daddy!"

Kaivan tersenyum sebelum berjalan mendekat kearah daddynya, kedua tangan itu terulur agar daddynya bisa menggendong dirinya, namun tak ada respon sama sekali dari daddynya itu membuat balita itu menunduk, ia tak tahu kenapa daddynya tak ingin menggendongnya sekarang.

"Daddy sudah bilang sama kamu kan? Agar menunggu didalam mobil saja dan jangan keluar dari mobil? Tapi apa yang sekarang daddy lihat? Kamu berada diluar bersama dengan orang asing yang bisa saja menyakiti kamu? Kenapa kamu selalu tak menurut dengan apa yang daddy katakan huh? Kenapa kau sangat keras kepala seperti mommymu yang sudah pergi itu?"

Tubuh kecil itu bergetar sebelum terisak dengan pelan saat mendengar daddynya marah sekarang, balita itu memundurkan langkahnya sebelum berlari kearah Delvin, memeluk kaki kakak yang ia temui dengan sangat erat.

"Kaivan? Kesini! Daddy tak pernah mengajari kamu untuk menjadi takut dan juga cenggeng seperti ini. Jika salah maka kau harus meminta maaf, bukan menangis seperti perempuan!"

Delvin menatap tak suka kearah pria yang sepertinya ayah dari balita yang semakin erat memeluk dirinya itu, kenapa pria itu bersikap sangat kasar pada anaknya sendiri? Ia tahu jika memang benar jika balita yang sekarang tengah memeluknya itu salah karena tak mendengarkan apa yang ayahnya katakan, tapi anak kecil memang seperti itu. Gampang sekali merasa bosan dan juga ramah terhadap orang lain, ia tak bisa menyalakan balita itu sepenuhnya.

"Emang harus banget bentak anak sendiri kayak gini? Dia masih kecil anjir! Mana tahu mana yang bahaya sama nggak, mungkin dia ngerasa bosen didalam mobil doang makanya dia keluar. Lo juga sebagai orang tua seharusnya sadar kalo nggak sewajarnya lo ninggalin anak lo sendirian didalam mobil, tanpa mengawasan sedikitpun. Itu juga bahaya buat dia,"ujar Delvin dengan terus menatap kearah pria yang mulai menatapnya juga sekarang.

Pria itu menarik dengan kasar tangan anaknya yang masih menangis, sebelum mengangkat tubuh gempal anaknya yang tengah menangis itu.

"Kau tak perlu bersikap seakan-akan peduli dengan anak saya. Karena dia anak saya, sudah hak saya untuk marah atau memukulnya jika dia salah, kau hanya orang asing yang tak sepenuhnya baik."

Delvin tersengang, baru kali ini ia bertemu dengan seorang pria dingin dan juga brengsek secara bersamaan. Anaknya sendiri dia perlakukan seperti itu, apa lagi orang lain. Mungkin jika orang lain, maka orang itu akan mati sekarang juga.

"Dasar om-om nggak tau diri! Dikasih tau malah marah-marah nggak jelas kayak orang gila gini! Dia sendiri yang bilang kalo salah itu minta maaf lah dia? Dasar om-om gila!" Seru Delvin dengan sangat kencang, demi apapun ia baru merasa lebih baik saat bertemu dengan balita bernama Kaivan itu tapi sekarang karena ayah balita itu ia jadi kesal sendiri.

"Semoga gue nggak ketemu om-om gila kayak dia lagi mulai hari ini. Mungkin kalo gue lagi hamil anak gue bakalan sawan karena ketemu sama om-om kayak dia! Eh hamil? Anjir!"

Delvin langsung menggeleng ribut setelah mengatakan itu semua, bahkan ia tak sadar jika ada seseorang tengah menatapnya sejak tadi.

Bersambung..

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now