39

13.6K 1.1K 46
                                    

Alberio terdiam menatap kearah beberapa dokumen yang ada didepannya sekarang, sejak datang kesini sampai larut malam seperti sekarang, ia belum beranjak dari depan laptopnya sama sekali, karena dirinya ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat, ia tak bisa terlalu lama berjauhan dengan si manis dan juga anaknya.

Karena bukan hanya pemuda itu yang tak rela ia pergi, dirinya pun sama. Ia tak ingin berjauhan dengan Delvin, tapi urusan kantor memaksanya melakukan ini semua sehingga sekarang ia sangat ingin semuanya selesai dengan baik agar bisa segera pulang, sekarang ia tak bisa terlalu berjauhan dengan istri dan juga anaknya itu, padahal dulu ia tipe pria yang sedikit cuek dan hanya fokus mengerjakan semuanya sebelum pulang nantinya, tapi sekarang?

Terdengar suara getaran handphone miliknya, membuat ia langsung melihat siapa yang mengirim pesan padanya, karena sejak sampai diluar kota hingga sekarang, ia belum membuka handphone miliknya sama sekali saking ingin segera pulang kerumah, ia terdiam saat melihat nama Delvin tertera disana. Ia lupa mengabari pemuda itu tadi, pasti sekarang istrinya itu merasa sangat khwatir padanya.

♡Si Manis♡

"Mas? Aku kangen ... tiba-tiba nggak bisa tidur sekarang, rasanya pengen nangis cuman nggak bisa:((("

Alberio terus memerhatikan pesan yang baru saja si manisnya kirim kan, karena memang selama beberapa hari ini mood pemuda itu cepat sekali berubah, gampang marah, kesal, menangis, tak ingin bicara atau bahkan terdiam tanpa mengatakan hal apapun. Perubahan mood pemuda itu selama beberapa hari ini cukup membuatnya merasa khawatir, namun karena kemarin Delvin tak menunjukan itu semua lagi, ia mengira pemuda itu sudah dalam mood yang baik sehingga ia bisa pergi, tapi sekarang saat melihat pesan yang Delvin kirimkan beberapa menit yang lalu, ia mulai berpikir jika tak seharusnya ia berada disini sekarang.

Apa mungkin ia harus pulang sekarang? Jujur sekarang ia mulai merasa khwatir karena si manis mengatakan jika dia rindu dan tak bisa tidur sekarang, ia takut Delvin sakit nantinya. Seharusnya sebelum berangkat kesini ia memastikan terlebih dahulu keadaan istrinya itu, karena bagaimana pun sekarang Delvin dan juga Kaivan adalah prioritas utamanya selain kerjaan, mungkin dulu ia mengutamakan pekerjaan dibandingkan keluarganya sendiri karena mereka tak pernah memikirkan dirinya, tapi untuk sekarang ia sudah menikah dan mencintai pemuda itu, tak seharusnya ia pergi disaat pemuda itu tengah merasa seperti sekarang.

Alberio mengeluarkan handphone miliknya kembali, mengetik beberapa nama disana sebelum membuat pesan untuk orang itu.

"Ren, saya ingin kamu menggantikan saya untuk mengurus masalah yang ada diluar kota, tadinya saya sudah sampai diluar kota, tapi istri saya tiba-tiba sakit sekarang, saya tak bisa membiarkan dia bersama dengan Kaivan saja disaat dia tengah sakit seperti sekarang. Saya harap kau mau menggantikan saya disela-sela kesibukanmu liburan, nanti akan saya naikan lagi gaji kamu. Besok saya harap kamu bisa datang kesini untuk menggantikan saya."

Alberio memberitahu sekretarisnya untuk menggantikan dirinya sekarang, karena saat ini sekretarisnya itu lagi mengambil cuti tahunannya sehingga dirinya harus turun tangan sendiri, tapi saat melihat kondisi Delvin mau tak mau ia harus mengganggu sekretarisnya itu kembali, demi keluarganya sekarang. Mungkin nanti ia akan mengganti tanggal liburan sekretarisnya itu kembali, karena sekarang ia sudah menggangu acara liburan sekretaris sekaligus temannya itu, ia yakin Rendy pasti akan mengerti dengan semua yang ia katakan lewat pesan.

Ia segera beranjak dari tempat duduknya saat melihat balasan dari Rendy jika pria itu setuju dengan usulannya barusan, ia akan kembali pulang sekarang karena dirinya tak tenang. Mungkin hanya butuh waktu empat jam untuk ia sampai dirumah, demi apapun rasa bersalah langsung masuk kedalam hatinya. Ia merasa sangat bersalah karena sudah meninggalkan istrinya itu dirumah dalam keadaan mood tak baik.

****

Sekitar pukul empat subuh, Alberio memarkirkan mobilnya didalam halaman rumah setelah membuka gerbang menggunakan pintu cadangan.

Ia keluar dari dalam mobil sebelum membuka pintu utama menggunakan kunci cadangan juga, ia berjalan masuk kedalam rumah yang terlihat sangat sepi dan juga sunyi, ia langsung berjalan kearah lantai dua dimana ada kamarnya dan juga Delvin disana.

Saat sampai didepan pintu, ia langsung membuka pintu kamar miliknya dengan pelan, sebelum terdiam saat melihat punggung seseorang tengah bersandar di sofa dengan kemeja miliknya berada ditubuh kecil itu, ia semakin merasa bersalah saat melihat tubuh kecil itu bergetar dengan pelan.

"Sayang ... " Alberio berjalan mendekat, menyentuh bahu pemuda itu, sebelum Delvin membalik tubuhnya dan turun dari atas tempat tidur, memeluk pria itu dengan sangat-sangat erat, karena ia merasa sangat kacau sekarang.

"A-aku nggak mimpi kan? Mas pulang? Gimana kerjaannya? Aku gangguin mas kerja ya? Maaf .... soalnya aku nggak bisa tidur, pengen peluk mas terus dari tadi,"ujar Delvin dengan memeluk suaminya itu, sangat erat.

"Mas tak bisa membiarkan dunianya mas sedih dirumah, sekarang kalau bisa tidur ya? Ini sudah subuh, nanti kamu sakit,"ujar Alberio mengangkat tubuh kecil si manis dalam gendongannya, mengelus punggung Delvin dengan pelan berharap pemuda itu bisa tidur, memeluk pemuda itu ala koala.

"Ugh! Kepalaku tadi pusing, nggak bisa tidur. Mikirin mas terus, tapi pas aku pakai kemejanya mas Alber, pusingnya sedikit menghilang,"lirih Delvin, membenam kan wajahnya didada bidang pria itu.

"Banyak pusing nya?"tanya Alberio, sedikit menggerakan tubuhnya ke kanan dan juga kiri, berharap pemuda itu merasa lebih baik.

"Sedikitttt, dikit bangett."ucap Delvin, menunjukan tanganya, agar pria itu tahu seberapa banyak pusing yang tertinggal didalam kepalanya sekarang.

Alberio tersenyum, boleh kah ia merasa sangat senang bisa melihat sisi manis pemuda itu? Ia baru tahu jika Delvin sakit, maka dia akan berubah menjadi kucing manis yang sangat menggemaskan.

"Suttt tidur, biar pusingnya hilang dan besok kita akan pergi kerumah sakit untuk memeriksakan keadaan kamu ya?"ujar Alberio, bicara selembut mungkin karena sekarang ia tengah berurusan dengan pemuda yang berbeda dengan istrinya yang selalu bar-bar itu.

"Disuntik nggak? Kalo disuntik Delvin nggak mau! Pasti bakalan sakit, nanti aku pukul dokternya kalo sakit,"jawab Delvin dengan pelan, ia sudah dalam keadaan setengah sadar sekarang, karena merasa mengantuk.

Sekarang ia semakin yakin jika dirinya begitu bergantung pada Alberio, bahkan sekarang saat bertemu dengan suaminya itu pusing dan juga rasa tak mengantuknya langsung menghilang, bergantikan dengan rasa mengantuk dan juga nyaman. Ia ingin selalu berada didalam dekapan hangat milik suaminya ini, karena rasanya begitu menenangkan baginya, ia merasa senang sekarang.

Bersambung..

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now